Mohon tunggu...
Yessa Tita Puspa Negara
Yessa Tita Puspa Negara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Perempuan kelahiran 2003 yang suka foto-foto gaya analog.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cacar Sapi (Lumpy Skin Disease) sebagai Ancaman Baru bagi Peternak Setelah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku)?

24 Mei 2023   21:45 Diperbarui: 24 Mei 2023   22:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat ini ramai masyarakat memperbincangkan penyakit yang sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia. Namun, penyakit ini kembali dan memunculkan kekhawatiran masyarakat, khususnya bagi peternak sapi. 

Hal tersebut dikarenakan sapi yang terkena penyakit ini sulit untuk disembuhkan dan mengakibatkan kerugian berupa daging dan susu yang tidak layak konsumsi dan resiko kematian masal pada ternak. Penyakit tersebut biasa disebut oleh masyarakat dengan penyakit cacar sapi atau Lumpy Skin Disease (LSD).

Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi merupakan penyakit menular yang menyerang hewan ternak, khususnya pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh virus poxviridae yang dibawa (vektor) oleh nyamuk dan lalat. 

Infeksi LSD pertama ditemukan pada tahun 1929 di Afrika dan kemudian menjadi penyakit yang menetap/endemis (Moris et al.;Sendow et al. 2021). Penyakit ini kemudian menyebar ke beberapa wilayah negara Eropa, Timur Tengah, dan Asia.

Selama ini kawasan Indonesia tergolong aman dari penyakit Lumpy Skin Disease. Namun, menurut data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo pada Januari 2023 lalu kasus LSD pertama muncul di Indonesia, tepatnya di Lampung. Kemudian mulai menyebar ke beberapa wilayah di Pulau Jawa.

Virus LSD memiliki kemampuan menyebar dengan cepat. Layaknya PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), LSD dapat menjadi wabah yang merugikan peternak. Lebih dari itu, apabila kasus LSD menyebar luas, penyakit ini berpotensi mengancam perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Maka dari itu, untuk mencegah munculnya kasus lainnya, perlu adanya pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai penyakit ini.

Gejala penyakit LSD dapat terlihat jelas secara fisik. Hal tersebut ditandai dengan kondisi tubuh sapi demam (mencapai 41,5 , tidak nafsu makan (badan kurus kering), lesu, terdapat benjolan-benjolan (nodul) di sekitar tubuh (khususnya pada bagian leher, punggung, dan perut), mengalami penurunan produksi susu, dan menghasilkan air liur yang berlebihan (hipersalivasi). 

Pada sapi jantan penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas) baik secara permanen maupun sementara, sedangkan pada sapi betina mengakibatkan keguguran (abortus) dan kemandulan yang bersifat sementara. 

Secara umum, sapi yang terkena LSD sulit untuk sembuh total, karena infeksi lanjutan dapat terjadi, seperti munculnya penyakit pneumonia dan gigitan lalat pada benjolan dapat menyebabkan luka yang dalam (Sendow, et al. 2021). Namun, pada sebagian hewan ada yang tidak menunjukkan gejala klinis, meskipun telah terdeteksi adanya penyakit LSD ini (Issimov, et. al; Sendow, et al. 2021).

LSD disebabkan oleh virus pox yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dan lalat. Ternak yang terinfeksi akan mengalami masa inkubasi  sekitar 2-5 minggu, tetapi secara percobaan, demam mulai terjadi 6-9 hari setelah terpapar virus (inokulasi) dan muncul benjol pada rentang waktu 4-20 hari setelah inokulasi (Sendow et al. 2021). 

Sehingga OIE atau Organisasi Kesehatan Hewan Dunia memutuskan masa inkubasi LSD selama 28 hari (OIE. 2017; Sendow et al. 2021). Penularan penyakit ini sangat cepat, terutama pada sapi yang berada dalam satu kandang atau yang jarak kandangnya berdekatan. Sehingga, penting untuk memisahkan sapi yang telah terinfeksi dengan sapi yang sehat, agar penularannya dapat dikendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun