Mohon tunggu...
Yesri EsauTalan
Yesri EsauTalan Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti

Goresan pena hari ini memberikan cahaya bagi generasi selanjutnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Deskriptif Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Storytelling pada Anak Usia Dini

12 Februari 2024   11:38 Diperbarui: 12 Februari 2024   11:38 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi model pembelajaran storytelling pada anak usia dini (Picture:shirtshalo477.webley.com)

Pembelajaran storytelling, atau pembelajaran melalui cerita, telah menjadi pendekatan yang populer dalam pendidikan anak usia dini. Meskipun memiliki kelebihan yang signifikan, pendekatan ini juga tidak terlepas dari beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.

Kelebihan Pembelajaran Storytelling

  1. Stimulasi Imajinasi: Cerita-cerita menawarkan dunia imajinasi yang kaya bagi anak-anak. Mereka dapat membayangkan situasi, karakter, dan tempat yang berbeda, yang merangsang kreativitas dan imajinasi mereka.
  2. Pengembangan Bahasa: Melalui mendengarkan dan menceritakan cerita, anak-anak dapat memperluas kosakata mereka dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang struktur bahasa.
  3. Pengajaran Nilai dan Moral: Cerita sering kali menyampaikan pesan moral atau nilai-nilai positif yang dapat membentuk karakter dan perilaku anak-anak dengan cara yang menyenangkan dan menarik.
  4. Stimulasi Kognitif: Melalui mengikuti alur cerita, anak-anak belajar mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya, dan memahami konsep-konsep abstrak.
  5. Pembentukan Keterampilan Sosial: Melalui berbagi cerita, berdiskusi, dan berkolaborasi dalam aktivitas storytelling, anak-anak belajar untuk berinteraksi secara sosial, berbagi ide, dan mendengarkan perspektif orang lain.

Kekurangan Pembelajaran Storytelling

  1. Keterbatasan Interaksi Langsung: Dalam beberapa kasus, pendekatan storytelling dapat mengurangi interaksi langsung antara guru dan siswa, yang dapat menghambat pemahaman yang lebih dalam atau pemberian umpan balik yang langsung.
  2. Kesesuaian dengan Kebutuhan Individual: Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dan beberapa anak mungkin tidak menanggapi pendekatan storytelling dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan tantangan dalam memenuhi kebutuhan individu setiap anak.
  3. Keterbatasan Materi dan Konten: Beberapa cerita mungkin tidak sesuai dengan nilai atau budaya anak-anak, atau tidak menyentuh pada topik-topik yang relevan atau bermakna bagi mereka.
  4. Keterbatasan Penilaian: Menilai pemahaman anak-anak terhadap cerita mungkin sulit dilakukan secara objektif, terutama dalam konteks pembelajaran formal di kelas.
  5. Ketergantungan pada Narasi Eksternal: Anak-anak mungkin menjadi terlalu bergantung pada narasi eksternal dan kurang terlatih dalam membangun pemahaman atau cerita mereka sendiri.

Meskipun terdapat kekurangan, penting untuk diingat bahwa pembelajaran storytelling masih merupakan alat yang berharga dalam pendidikan anak usia dini. Dengan pemahaman yang mendalam tentang kelebihan dan kekurangan pendekatan ini, pendidik dapat memanfaatkannya secara efektif untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menarik bagi anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun