Mohon tunggu...
Yesri EsauTalan
Yesri EsauTalan Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti

Goresan pena hari ini memberikan cahaya bagi generasi selanjutnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bisakah Hidup Minimalis di Kota Surabaya: Mengulas Kisah Hidup Seorang Perantau

27 Januari 2024   18:00 Diperbarui: 27 Januari 2024   18:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hidup minimalist (picture blogspot.com)

Di tengah gemerlapnya pusat perkotaan Surabaya, terdapat kisah menarik seorang perantau yang memilih hidup minimalis. Nama saya, Yesri, dan saya adalah salah satu dari mereka yang menjalani gaya hidup sederhana di tengah keriuhan Kota Surabaya.

Perjalanan hidup saya dimulai dari kota kecil di pedalaman Nusa Tenggara Timur. Pada suatu hari, saya memutuskan untuk mencari peruntungan di Surabaya, kota yang dipenuhi dengan peluang namun juga tantangan. Saat tiba di sini, saya tersentak oleh hiruk-pikuknya kehidupan perkotaan yang begitu berbeda dengan kampung halaman.

Awalnya, saya tergoda oleh kilauan kemewahan dan gaya hidup konsumtif yang ditawarkan Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan uang. Saya merenung, mengapa saya membutuhkan begitu banyak barang yang sebenarnya tidak saya perlukan?

Dari sinilah perjalanan menuju gaya hidup minimalis saya dimulai. Hidup minimalis dimulai ketika saya memikirkan hidup saya hanya seorang diri di Surabaya. Tidak mungkin saya hidup mewah sedangkan penghasilan saya hanya cukup untuk makan dalam sebulan.

 Tentu saja, hidup minimalis di tengah pusat perkotaan tidaklah mudah. Saya harus melawan godaan konsumsi berlebihan dan terus mengingatkan diri sendiri akan tujuan hidup saya. Namun, dengan tekad yang kuat dan dukungan dari komunitas minimalis lokal, saya mampu melewati berbagai rintangan.

Hidup minimalis di Kota Surabaya memberi saya banyak keuntungan. Saya tidak hanya menghemat uang, tetapi juga waktu dan energi. Saya memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang benar-benar saya cintai, seperti membaca, menulis, dan berolahraga. Selain itu, saya merasa lebih bahagia dan tenang karena hidup sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut.

Dengan berbagi kisah hidup saya ini, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk menjalani gaya hidup minimalis di tengah keriuhan Kota Surabaya. Meskipun tantangan mungkin ada di sepanjang jalan, kebahagiaan dan kedamaian hati yang kita dapatkan jauh lebih berharga daripada segala sesuatu yang bisa kita beli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun