Keringat dan darah petani itu mengalir membasahi tubuhnya.
Menggarap ladang dan sawahnya demi sesuap nasi dan sekunyah jagung untuk kaumnya.
Ia bukan pahlawan tapi ia adalah harapan para kaumnya untuk tetap bertahan hidup di tengah tekanan dan himpitan dari segala penjuru.
Karena ia adalah satu-satunya sosok yang mendengar suara rintihan dan tangisan ibu dan anak-anak itu.
Hari demi hari, ia tidak betah di rumahnya. Ia memilih berdiam diri di ladang dan sawahnya itu.
Burung-burung dan anjing-anjing itu mencoba mencopot hasil kebunnya yang sudah matang.
Ia terus berupaya untuk mengusir burung-burung itu dengan orang-orangan sawah.
Begitupun anjing-anjing itu, ia berusaha untuk menjerat satu persatu tetapi namanya juga binatang, "Kelakuannya tetap binatang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H