Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Tua (Nggak) Harus Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

7 Juli 2016   14:12 Diperbarui: 7 Juli 2016   14:20 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama sekolah, saya lalui tanpa kehadiran ayah maupun ibu. Beliau berdua berhalangan hadir untuk mengantar dan menemani saya di kali pertama pendaftaran masuk sekolah dasar. Saya akhirnya diantar oleh om Apip. Beliau merupakan suami dari adik ibu saya, tante Eli. Jikalau “Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” telah ada semenjak 20 tahun silam, maka bisa jadi ayah dan ibu kemungkinan besar akan terkena “penalti”. Pada saat itu, Yesi kecil belum paham apa pentingnya diantar di hari pertama sekolah. 

Toh, keinginan saya bersekolah lebih besar dan telah mensubstitusi itu semua. Yesi kecil tidak merasa kesepian, karena dia tidak sekedar diantar, melainkan ditemani hingga proses pendaftaran selesai. Kehadiran orang tua secara fisik memang penting, tapi kehadiran mereka dalam diri sanubari serta sosok pengganti menjadi hal yang lebih krusial. Buktinya, ternyata yang Yesi kecil butuhkan hanyalah rasa aman dan nyaman, terutamanya terhadap jaminan masa depannya. Terimakasih, om Apip!

Tapi yang jelas, setelahnya ayah tidak pernah absent antar-jemput ke sekolah hingga saya kuliah, ibu tidak pernah absent menjaga dan menunggui saya di sekolah hingga kelas 1 SMP dan beliau berdua tidak pernah absent bersama-sama mengambil rapot hingga SMA, hanya agar dapat bersilaturahmi dengan wali kelas, memberikan mereka buah tangan sebagai ucapan rasa terimakasih dan membicarakan perkembangan akademik saya di kelas.

Pengalaman mendasar inilah yang kemudian membentuk mindset saya hingga dewasa. Di usia menjelang 27, saya menyadari betul pengorbanan kedua orang tua baik secara materil maupun non materil. Ayah akan selalu tepat waktu mengantar dan menjemput saya di sekolah. Pernah suatu waktu saat kelas 1 SMP, saya akan selalu mendapati mobil beliau terparkir di bawah pohon rindang di halaman sekolah saat pulang sekolah di sore hari. Tidak terbayang ketika itu beliau harus menempuh kemacetan di jalan raya agar bisa tiba tepat waktu menjemput dan tidak membiarkan saya menunggu lama. Beliau benar membuktikan bahwa beliau merupakan sosok ayah yang sangat disiplin dan bertanggung jawab.

Ibu akan selalu menemani saya di sekolah. Beliau menjaga dan menunggui saya dari pagi hingga pulang sekolah. Saya akan selalu mendapati beliau di kantin sekolah lengkap dengan bekal makanan. Hal ini beliau lakukan hingga saya duduk di bangku SMP. Ada satu kisah menarik, saya ingat betul ketika saya baru saja pindah sekolah dan menjadi murid baru saat kelas 5 SD, beliau memarahi sekumpulan anak laki-laki yang mengganggu saya. Setelahnya, saya bebas dari gangguan "remeh temeh" tersebut dan dengan bebasnya dapat berkreasi serta berprestasi.


Sebagaimana program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan yang mengajak para ayah untuk datang ke sekolah dan meluangkan waktu sejenak mendampingi anak-anaknya dalam berkegiatan di sekolah, ayah saya sudah terlebih dahulu melakoninya, bahkan jauuuuuh sebelum itu. 

Ayah saya benar menunjukkan peran pentingnya. Beliau membuktikan bahwa keterlibatan seorang ayah terhadap anak-anaknya di sekolah akan dapat membangun suka cita dan kebanggaan tersendiri bagi seorang anak. Inilah makna esensial pola pengasuhan dan pendidikan anak kaitannya dengan peningkatan prestasi. Menumbuhkembangkan rasa percaya diri merupakan suatu keharusan dan faktor penting penentu keberhasilannya di masa depan. Minimal dia akan mampu menghadapi permasalahan yang ada.

Sumber Gambar

Semasa kecil saya pernah bercita-cita menjadi guru TK. Mungkin terdengar agak sedikit aneh ketika seorang anak kecil berkeinginan mengajar anak kecil lainnya. Bisa jadi hal ini dikarenakan kebahagiaan tersendiri di masa kanak-kanak. Pendidikan anak usia dini dan di masa kanak-kanak ialah pondasi dasar pendidikan masa depan. 

Tentu saja peran orang tua didalamnya memegang andil besar. Diantaranya menjadi mitra terbaik dalam pendidikan anak bersama dengan guru di sekolah. Hal ini seiring sejalan dengan Program yang diusung oleh Bapak Anies Baswedan selaku Mendikbud yaitu “Gerakan Nasional Keayahbundaan dalam Lingkungan Taman Kanak-Kanak”. Gerakan ini merupakan tanggung jawab moral berkelanjutan yang bertujuan menjangkau orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun