Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gerakan Semesta: Ikhtiar Kolektif dalam Kosmos Pendidikan

22 Mei 2016   18:06 Diperbarui: 22 Mei 2016   18:17 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: selasarcom.tumblr.com

Sebagaimana salah satu tweet Pak Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam buku Melalui Mimpi Bersama Anies Baswedan, Pak Menteri sempat menuliskan bahwa “Pendidikan merupakan persiapan masa depan. Pendidikan bukan sekedar program pemerintah. Pendidikan harus menjadi gerakan semesta”. Hal ini beliau utarakan pada Hari Pendidikan Nasional 2012 silam.

Lalu pada Desember 2014, Pak Menteri kembali menekankan perihal “Pendidikan sebagai Gerakan Semesta” yaitu konsep pendidikan sebagai sebuah gerakan semesta yang merupakan tanggung jawab semua pihak. Sebagaimana video “Inisiatif untuk Pendidikan” di bawah ini yang menjadi pesan awal saatnya pendidikan menjadi tanggung jawab kita semua.


Lantas, pada 2015 Pak Menteri kembali menegaskan tentang “Gerakan Semesta” tersebut dalam Sambutan Mendikbud dalam Rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang mengambil tema “Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila”. Dan, pada 2016, bulan Mei lantas ditetapkan sebagai Bulan Pendidikan dan Kebudayaan. Sekaligus bentuk penghormatan bagi Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Gerakan ini kemudian semakin memperjelas bahwa dunia pendidikan bukan milik perorangan melainkan milik dan tanggung jawab bersama.

Tapi, gerakan semesta semacam apa yang ingin digalakkan pemerintah dari tahun ke tahun hingga kini? Semesta mendukung (Semestakung) ala Prof. Yohanes Surya sang pakar fisika, kah? Atau mirip substansi film “Mimpi Ananda Raih Semesta (MARS)”? Kisah keluarga miskin yang kaya cita-cita.

Lalu, saya iseng saja ingin mengaitkan antara “Semesta” dan “Planet Mars” seperti hal nya dahulu pada awal perkuliahan Filsafat Sains guna memperoleh pemahaman konsep pendidikan sebagai gerakan semesta. Berdasarkan buku The End of Science: Senjakala Ilmu Pengetahuan (hal.371) yang mengulas tentang Kehidupan di Mars. Intinya, penulis menegaskan bahwa berdasar penemuan yang ada bahwasanya kita tidak sendirian di alam semesta. Tapi, tentunya kita hanya akan mengetahui dengan pasti apakah kehidupan di Mars eksis bila dilakukan penelitian langsung ke planet tersebut. Harapan yang terbaik ialah sekelompok manusia yang menggali jauh ke dalam. Ibarat prinsip Darwin yang tidak hanya berkuasa di bumi yang kecil ini, tapi juga di seluruh kosmos. Luasnya alam semesta dan ketidakmungkinan adanya keunikan absolut pada setiap bagian di alam semesta membawa kepada kemungkinan yang sangat luas bahwa ada jenis kehidupan dimana-mana.  

Bisa jadi, gerakan “menggali jauh ke dalam” secara kolektif oleh mereka “sekelompok manusia” yang peduli tersebut seiring sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan yang melibatkan seluruh elemen bangsa. Seperti halnya diungkapkan oleh Pak Menteri "Dimana masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli dan ormas/LSM mengorganisasi"

Sambutan Mendikbud pada 2015 silam juga memuat apresiasi bagi semua pihak terutamanya para pelaku pendidikan dan para pendidik di semua jenjang. Penghormatan luar biasa beliau atas peran aktif dan kerja keras mereka dalam mencerdaskan dan membangkitkan potensi peserta didik. Pendidikan yang dielu-elukan tiada lain karena telah membuka pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan dan menguatkan pilar ketahanan moral. Dari, oleh dan untuk mereka yaitu manusia terdidik dan tercerahkan. Pendidikan yang (ternyata) memerlukan luang perhatian, membutuhkan keterlibatan demi kemajuannya, serta butuh kehadiran guna berbagi dan menginspirasi.

Tanggung jawab inilah yang tidak sekedar menjadi “beban” para pendidik melainkan juga setiap orang terdidik dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia yang harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama dimana semua ikut peduli dalam memajukan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan. Kata kuncinya ialah “Gerakan”. Pendidikan lantas menjadi “ikhtiar kolektif” guna menumbuhkan rasa memiliki.

Pada tahun yang sama yaitu 2015 diadakan Sidang bersama DPD RI dan DPR RI dimana Presiden dalam pidato Kenegaraannya mengungkap bahwa pendidikan berperan sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Membangun pendidikan yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting untuk melahirkan SDM bermutu, yang menguasai IPTEK, terampil dan berdaya saing.

Pembangunan pendidikan sampai tahun 2014 telah menunjukkan keberhasilan yang nyata melalui capaian pentingnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan dalam pembangunan pendidikan diantaranya:

  • Belum semua penduduk memperoleh layanan akses PAUD yang berkualitas
  • Masih senjangnya partisipasi pendidikan dasar antar wilayah dan antar kelompok pendapatan
  • Belum meratanya ketersediaan layanan pendidikan
  • Masih rendahnya kualitas hasil belajar siswa dilihat dari pengukuran di tingkat internasional
  • Masih rendahnya kualitas dan keselarasan pendidikan menengah kejuruan dan pelatihan keterampilan kerja dengan kebutuhan dunia kerja yang menyebabkan rendahnya keterserapan lulusan di dunia kerja
  • Masih rendahnya akses, kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi
  • Belum signifikannya dampak berbagai program peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa
  • Belum memadainya kapasitas kelembagaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun