Tahun 2017, semacam menjadi turning point berfokusnya kepariwisataan digital tanah air. Sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya bahwasanya di tahun 2017 arah pariwisata tanah air Indonesia mesti fokus untuk Go Digital. Ya, pemerintah memang cukup berambisi mencapai target 15 juta wisatawan mancanegara di tahun ini. Oleh karenanya pemerintah telah memiliki beberapa program prioritas diantaranya ialah Digital Tourism alias pariwisata digital. Peluncuran Indonesia Tourism Exchange yaitu platform digital marketplace dalam ekosistem pariwisata yang berupaya mempertemukan buyer dengan seller menjadi salah satu bukti keseriusan go digital di tanah air.
Bahkan tepat pada Rabu 15 Februari 2017 Telkom Indonesia telah meluncurkan Satelit Telkom 3S sebagai upaya pemerataan akses telekomunikasi yang menjangkau seluruh Nusantara. Harapannya melalui peluncuran satelit baru andalan Telkom Indonesia ini maka akan memudahkan masyarakat dalam berinteraksi secara digital.
Di satu sisi bukan rahasia lagi bahwa sektor pariwisata tanah air memang cukup memegang kendali dalam menyumbang persentase terhadap Produk Domestik Bruto nasional dengan nilai devisa yang dihasilkan mencapai triliunan rupiah dan tentunya berkontribusi dalam membuka belasan juta lapangan kerja di Indonesia. Dan kabar baiknya lagi pariwisata ternyata mampu meningkatkan toleransi. Percaya?
Aziz Abu Sarah dalam dialognya yang berjudul “For More Tolerance, We Need More... Tourism?” pada tahun 2014 di forum TED Talks menyatakan bahwa sejatinya pariwisata merupakan cara yang berkelanjutan dan sekiranya cara yang terbaik untuk meruntuhkan sekat maupun dinding pembatas antar perbedaan dan menciptakan hubungan antar sesama yang berkesinambungan serta membangun persahabatan.
Aziz bercerita tentang kisahnya pada tahun 2009 dimana dia mendirikan Mejdi Tours yaitu sebuah perusahaan sosial yang bertujuan untuk menghubungkan antar manusia. Perusahaan tersebut didirikan bersama temannya yang notabene merupakan seorang Yahudi, sedangkan Aziz sendiri merupakan seorang Palestina. Aziz memposisikan pariwisata sebagai sebuah gaya perjalanan masa depan dan memberikan sensasi cara berwisata yang berbeda. Dari sinilah pariwisata lantas tidak hanya sekedar menjadi sebuah rekreasi atau kebutuhan non primer semata, melainkan juga kontribusi dalam bertoleransi. Luar biasa!
Kaitannya dengan pariwisata tanah air, tentu tidak kalah menariknya. Pariwisata digital yang berupaya diusung oleh pemerintah Indonesia sendiri didukung oleh para stakeholder terkait lainnya menjadi satu terobosan baru di dunia kepariwisataan. Era digital yang berkembang disokong oleh kecanggihan satelit yang terus mengalami revolusi. Kekuatan satelit memberi daya sokong yang kuat dalam perkembangan ekonomi digital. Bahkan tidak menutup kemungkinan industri kreatif dapat menjadi masa depan ekonomi digital tanah air Indonesia. Saya lalu teringat tentang apa yang pernah diungkapkan oleh Juliana Rotich di tahun 2013 dalam forum TED Talks tentang “Meet BRCK, Internet Access Built for Africa” khususnya terkait Revolusi Digital.
Pada 2008 silam, Afrika mengalami salah satu masalah pelik yaitu kurangnya aliran informasi. Lantas, dibentuklah “Ushahidi” yaitu sebuah prototipe dimana ide dari perangkat lunak guna mengumpulkan informasi dari SMS, Email dan Web dengan kelebihan yaitu pengguna dapat memvisualisasi data tersebut. Pada intinya dapat dipahami bahwa ide utama dari blok-blok pembangun ekonomi digital ialah konektivitas dan bisnis mandiri.
Berkenaan dengan hal tersebut maka pariwisata berbasis digital di tanah air menjadi perlu untuk disegerakan pengembangannya lebih lanjut. Pariwisata dewasa ini sudah menjadi industri terbesar di dunia dengan perkembangan yang sangat pesat. Adapun pengembangan destinasi dan industri pariwisata diarahkan untuk meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri diantaranya melalui peningkatan citra kepariwisataan.
Kendati demikian tantangan utama pembangunan ke depan ialah bagaimana memanfaatkan secara optimal potensi kekayaan dan keragaman baik budaya maupun alam untuk meningkatkan sumbangan ekonomi dari sektor kepariwisataan. Bila ditelaah lebih jauh maka permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata tanah air diantaranya aspek destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan pariwisata.
Pengembangan kepariwisataan dihadapkan pada isu pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan. Tantangan lain yang terkait dengan destinasi wisata diantaranya ialah infrastruktur Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karenanya pariwisata digital dapat menjawab tantangan dan permasalahan yang ada.
Selain itu kesenjangan kualitas usaha pariwisata antar wilayah di Indonesia yang masih kerap terjadi disebabkan karena belum adanya penerapan standar usaha pariwisata yang tidak hanya berfokus pada upaya pengembangan standar dan sertifikasi usaha tapi juga perlu adanya pendampingan terhadap usaha pariwisata untuk dapat memenuhi standar usaha yang telah ditetapkan.