Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

8 Misi Penunjang Visi Impian Tak Terbatas: Perwujudan Bukan Harapan!

14 Mei 2016   16:04 Diperbarui: 15 Mei 2016   07:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tak ada yang dapat mengendalikanmu sehebat angan-angan” (Al – Hikam, Ibnu Atha’Illah Al – Iskandari; 61) 

Bismillah.

Semoga apa yang saya catatkan ini tidak sedemikian muluknya.

Ada delapan hal (dari puluhan atau ratusan bahkan lebih) yang menjadi mimpi terbesar tak terbatas saya dengan delapan hal lain yang mengikutinya. Laksana misi yang menunjang visi, saya berusaha untuk meraihnya. Yang pasti mimpi-mimpi besar tak terbatas saya ini sedang berusaha keras saya gapai. Proses atau usaha untuk menggapai mimpi tersebut sedang berjalan dan dalam kesempatan yang baik ini saya mohon perkenannya untuk didoakan dan diaminkan supaya bisa mewujud.


  • Pertama, LULUS!!! >> Saya merupakan mahasiswa semester delapan (8), oleh karenanya hal ini (re: lulus) menjadi fokus perhatian saya yang utama. Setelah dihitung, dikalkukasi dan dicermati ternyata saya telah menghabiskan waktu sekitar 23 tahun lamanya (hanya) untuk bersekolah secara formal (tanpa jeda) hingga kini. Lihat saja, 2 tahun di TK, 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA, 3 tahun di bangku kuliah S1, 2 tahun di bangku kuliah S2 dan 4 tahun (yang masih berproses) di bangku kuliah S3 sekarang ini. Itu berarti saya hanya menghabiskan waktu 3 tahun lamanya (dari total keseluruhan usia saya saat ini, 26) untuk tidak terlibat dalam sistem pendidikan formal (baca: leha-leha). Pantas saja saya seringkali ditanya “Kamu tidak capek?”. Sepertinya memang sudah saatnya untuk capek, tapi saya harus lulus dulu. Saya harus menjadi pribadi bertanggung jawab dengan menyelesaikan apa yang telah dimulai. Barulah bisa disebut pembelajar sejati yang paripurna. Kendati proses belajar pasti jalan terus. Upaya yang tengah dilakukan ialah dengan membaca, membaca, membaca, dan (berusaha) menulis! Empat semester awal perkuliahan Alhamdulillah telah terselesaikan, Ujian Prelium di semester lima (sembari meniti karir hingga kebablasan sampai semester tujuh, ops!), dan di semester delapan ini ibaratnya: Memulai kembali! Mohon dukungan dan doanya ya supaya bisa lulus tepat waktu. Aamiin!

dok: pribadi

  • Kedua, Publikasi di Jurnal Terakreditasi/Terindeks >> Ini merupakan salah satu kewajiban dan syarat kelulusan bagi mahasiswa Pascasarjana (serta pembuktian aktualisasi dan eksistensi diri khususnya dalam ranah akademik). Semenjak 2007 silam saya (dibantu dosen pembimbing yang terhormat dan tim partner) telah berlatih mempublikasikan karya tulis ilmiah. Sebut saja, beberapa jurnal nasional terakreditasi, prosiding nasional dan scientific journal. Tulisan kami pun telah disitasi oleh beberapa pihak baik dalam maupun luar negeri. Berkat menulis dan publikasi ini pula kami bisa berkenalan dengan beberapa pihak di lembaga/instansi terkait (dan tentunya jalan-jalan!) diantaranya Bank Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Padjajaran Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sam Ratulangi Manado, hingga Universitas Kebangsaan Malaysia. Pencapaian terbesar saya dan tim, diantaranya yaitu saat tulisan kami disitasi oleh mahasiswa Pascasarjana Universitas John. F. Kennedy, School of Government, Harvard University terkait topik “Asuransi Pertanian”, juga ulasan artikel tersebut dimuat di harian media ternama rubrik ekonomi, bahkan ada mahasiswa yang menghubungi kami via email untuk sekedar berkonsultasi akibat membaca salah satu tulisan kami. Semoga ilmu yang belum/tidak seberapa ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, dan semoga upaya latihan menulis sembilan tahun belakangan ini dapat menghasilkan publikasi yang mumpuni dan diakui. Aamiin.

m-10-5736e5ccb47e61880c1a36ed.jpg
m-10-5736e5ccb47e61880c1a36ed.jpg
dok: pribadi

m-3-5736e3eab47e61ae0c1a36f2.jpg
m-3-5736e3eab47e61ae0c1a36f2.jpg
dok: pribadi
  • Ketiga, Menjadi Tenaga Ahli (yang benar-benar ahli!) >> Berbekal pengalaman berprofesi menjadi Tenaga Ahli Anggota Dewan DPR RI pada salah satu fraksi dan komisi yang bidangnya seiring sejalan dengan bidang keilmuan yang saya tekuni maka saya ingin benar-benar mengasah kemampuan saya. Bermodalkan ilmu dan pengetahuan serta kemampuan yang (belum seberapa) dimiliki saya harus “tega” menuntut diri saya sendiri agar mampu berkontribusi lebih. Atmosfer akademik perlu tercipta tidak “melulu” dalam ruang kelas, saya pun perlu melibatkan diri dalam proyek penelitian diantaranya bersama salah satu instansi Badan Pemerintahan Provinsi, serta menjadi bagian dari tim survey lapang bersama salah satu Kementerian, dan pengalaman kerja lainnya lagi. Adapun sesuai dengan tugas Tenaga Ahli maka saya bertugas Mendampingi anggota dalam rapat komisi atau alat kelengkapan dewan dengan mitra kerja; Menyusun telaah, kajian, analisis bagi anggota terkait dengan isu yang berkembang di daerah pemilihan anggota; Menyusun telaah dan analisis berkaitan dengan fungsi DPR di bidang legislasi, anggaran dan pengawasan; Menyiapkan bahan untuk keperluan kunjungan kerja anggota; Mendampingi anggota dalam melaksanakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan; Membuat laporan hasil kunjungan kerja dan laporan pertanggungjawaban keuangan kunjungan kerja; Menghimpun aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada anggota; Mengikuti perkembangan isu strategis yang dapat mempengaruhi kinerja anggota; Memberikan masukan kepada anggota dewan; Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada anggota secara berkala; Materi rapat dan hasil kesimpulan rapat dengan mitra kerja dipelajari dan difilekan; Membuat matriks dan isu terhangat dalam bentuk format/kolom sumber data, masalah dan jalan keluarnya. Mohon doanya agar kedepan saya dapat berkarir dan berprofesi sebagaimana mestinya tanpa melupakan peranan saya sebagai seorang perempuan. Aamiin.

m-16-5736e6310f9773a1076bf878.jpg
m-16-5736e6310f9773a1076bf878.jpg
dok: pribadi

m-4-5736e3a6cf7a61a807563560.jpg
m-4-5736e3a6cf7a61a807563560.jpg
dok: pribadi
  • Keempat, Mahir Berbahasa Asing >> Proses belajar bahasa Arab berawal dari rutinitas (?) mengaji, yang mana sebenarnya belum cukup karena perlu diimbangi dengan mengkaji. Untunglah memiliki teman yang mahir dalam berbahasa Arab, sebut saja Kang Fendy. Beliau dengan sabar dan telaten mengajari kami. Guna semakin mengasah kemampuan berbahasa Arab, saya pun bergabung dalam Pelatihan Bahasa Arab Online Metode Fahimna untuk Tingkat Pemula. Metode pengajaran via watsapp disertai modul berupa Kitab Fahimna cukup memudahkan proses belajar. Adapun daya upaya dalam mempelajari bahasa Inggris diantaranya dengan memperoleh kesempatan emas mengikuti pelatihan/les bahasa Inggris ketika SMP hingga mengikuti tes TOEIC (gratis), ikut TOEFL test dan Conversation Class untuk Intermediate Level pada tahun 2014. Sedangkan bahasa Jerman dipelajari semasa SMA karena faktor pilihan yang ketika itu diperhadapkan dengan opsi bahasa Perancis dan Jepang. Saya memilih yang peminatnya banyak, hehe. Ternyata mempelajari bahasa asing selain bahasa Ibu (Indonesia) ternyata cukup bermanfaat juga. Saya pernah mencoba mempraktekkan bahasa Jerman pada suatu kesempatan di “Indonesia – Malaysia Youth Forum”, kendati saat itu hanya untuk prolog pengantar perkenalan diri, sih. Haha. Mohon doanya supaya saya bisa (cukup) mahir ber cas-cis-cus ria beragam bahasa ya. Aamiin. Ich liebe dich.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun