Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Prof. Firmanzah Ph,D Mendorong Proses Kemanusiaan dan Pemanusiaan melalui Ilmu Ekonomi yang Manusiawi

23 Desember 2015   20:16 Diperbarui: 23 Desember 2015   21:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu pendidikan terdiri atas dua ranah (domain) yaitu ilmu pendidikan teoretis dan ilmu pendidikan praktis. Objek studi ilmu pendidikan adalah berbagai aspek interaksi psikologi, sosial dan budaya antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik merupakan subjek dengan karakteristik pribadi, kebutuhan, aspirasi dan nilai-nilai yang dianut.

Pendidikan memberdayakan manusia untuk membangun komunitas, memperkuat hubungan antar manusia, membangun kekuatan batin diri, khususnya harga diri, percaya diri dan harapan untuk masa depan, sehingga dapat membantu manusia membangun kepribadian. Pendidikan terjadi melalui tiga jalur upaya utama, yaitu pembiasaan, pembelajaran dan peneladanan. Pendidikan tidak hanya formal, dalam ruang lingkup sekolah, sehingga sering salah dipahami bahwa sistem pendidikan adalah sistem persekolahan belaka.

Pendidikan merupakan upaya pembudayaan demi peradaban manusia sehingga pendidikan bukan hanya pengalihan pengetahuan dan keterampilan, akan tetapi mencakup pula pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial. Pendidikan berperan sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Membangun pendidikan yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting untuk melahirkan SDM bermutu, yang menguasai IPTEK, terampil dan berdaya saing. Pendidikan merupakan akar dan fondasi dari setiap pemikiran bangsa.

Prof. Darwis S. Gani (2008) dari IPB Bogor mengungkapkan bahwa keterkaitan manusia dengan pendidikan terjadi sejak manusia mengenal lingkungan yang diperlukan dan dimanfaatkan untuk kelangsungan hidupnya. Pendidikan adalah upaya pemberdayaan manusia yang selalu berada dalam gerak proses/tranformasi dan transisi yang tak kunjung selesai, sehingga manusia disebut sebagai animal educandum (makhluk yang mendidik) dan animal educandus (makhluk yang dididik).

Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki kemampuan berpikir, menguasai IPTEK, mengambil keputusan, memecahkan masalah, membangun dan mengembangkan berbagai keterampilan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan. Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subyek didik menuju manusia yang bertanggung jawab. Pendidikan adalah Proses Kemanusiaan dan Pemanusiaan secara simultan; Proses sosial yang dibangun untuk menggali dan mengembangkan potensi dasar manusia untuk menjadi insan beradab dan berbudaya; dan Proses interaksi manusiawi yang dilakukan oleh subjek dewasa untuk menumbuhkan kedewasaan kepada subjek yang belum dewasa dengan menggunakan potensi yang ada dan sesuai.

Abdul Munir Mulkhan (2010) dalam bukunya “Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan” menyebutkan bahwa Kiai Ahmad Dahlan melalui pendidikan, yang bisa disebut Pendidikan Kemanusiaan, telah merancang sebuah dunia baru dan sebuah kesatuan kemanusiaan dalam kemajuan IPTEK dan peradaban yang cerah sesuai etika Kitab Suci Al Quran. Pengembangan konsep dan model pendidikan yang diharapkan bisa memecahkan berbagai problem kemanusiaan dalam peradaban global.

Dengan demikian, kerahmatan Islam bagi manusia dan alam serta dunia bisa dibuktikan dalam aksi sosial budaya dan teori pengetahuan yang fungsional dan pragmatis sekaligus transendental. Sebagaimana peran Agama pada dasarnya yaitu untuk mencegah dari segala macam kerusakan/kehancuran, maka pendidikan kemanusiaan mencegah segala macam bentuk kejahatan nurani. Ciri pendidikan manusia yang humanis adalah bahwa manusia menjadi semakin paham akan tugas kemanusiaannya dan berguna bagi manusia lainnya.

Pendidikan humanis mementingkan kedudukan, pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi pribadi yang harmonis, berpikir bebas dan berani. Kebebasan dan keberanian yang bertanggung jawab inilah yang perlu dimiliki tiap anak muda Indonesia. Pribadi yang humanis ialah mereka yang telah selesai/tuntas dengan dirinya sendiri.

Nobelis ekonom Amartya Sen (1998) mengungkapkan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kebijakan ekonomi. Karya-karyanya mengenai HAM, kemiskinan dan ketimpangan sosial dinilai telah mengubah cara pemerintah dalam menangani bencana kelaparan. Karyanya telah mengembalikan dimensi etis dalam diskusi mengenai masalah ekonomi yang vital. Sumbangan paling utama dari karya-karyanya adalah penelitiannya di bidang Ekonomi Kesejahteraan, sebuah teori dasar mengenai bagaimana masyarakat melakukan pilihan yang adil dan sekaligus efisien. Beliau mencoba menganalisis hubungan antara nilai-nilai individual dengan pilihan kolektif.

Hubungan itu menjadi sangat penting karena menentukan prioritas penilaian, tindakan serta kebijakan publik dalam menangani kesejahteraan sosial. Beliau melakukan penelitian mengenai ketimpangan sosial dan kemiskinan. Ahli ekonomi India ini berhasil menciptakan sebuah indeks kemiskinan dan sekaligus indikator kesejahteraan, yang kemudian menjadi salah satu acuan utama bagi kegiatan pembangunan dan kemanusiaan PBB.. Menurutnya, peningkatan kemampuan individual masyarakat – melalui penghargaan terhadap HAM, akses kesehatan dan pendidikan serta peningkatan penghasilan – merupakan dimensi utama dalam upaya mengatasi ketimpangan sosial dan memberantas kemiskinan. Kemenangan Nobel bidang ekonomi yang diraihnya sungguh merupakan pengakuan terhadap pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam membangun sebuah perekonomian bangsa. Orientasi kemanusiaan – dengan syarat-syarat utama menghargai keragaman – memang tak akan pernah habis tertindas meski oleh berpuluh dasawarsa.

Sama halnya dengan Nobelis Amartya Sen, Indonesia juga memiliki Prof. Firmanzah, Ph.D (39) yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina sejak Januari 2015. Beliau terkenal ketika usia 32 berhasil menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Sebagai akademisi, terpilihnya beliau menerobos senioritas dalam tubuh UI. Hal ini juga mencatat sejarah baru sebagai Dekan termuda yang pernah dimiliki UI. Tapi, baginya kepemudaannya bukanlah titik jual (selling point) mengapa terpilih, tetapi dikarenakan beliau memiliki pengalaman praksis yang solid dengan catatan akademiknya yang baik. Sehingga hal ini juga yang membuat beliau bisa menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Adapun konsep pembelajaran yang diperoleh dari ibunya berupa manajemen berdasar hasil (management by output) dimana beliau diberikan kebebasan oleh orang tua dalam menentukan cara belajar, tetapi yang penting nilai yang diraih harus baik. Visi beliau ialah menjadi orang yang berguna bagi masyarakat. Buah pemikirannya tentang ilmu ekonomi yaitu ilmu tersebut tidak akan bisa berdiri sendiri bila diimplementasikan dalam realitas. Ekonomi seharusnya dipahami dengan pendekatan berbasis multidisipliner.

Ekonomi memiliki metodologi kuantitatif yang kuat, tetapi memilki banyak kelemahan yang sebaiknya dilengkapi dengan disiplin ilmu yang lainnya. Menurutnya, hal ini akan membuat seorang ekonom tidak terjebak oleh fundamentalisme pemahaman hingga ekonom itu bisa menjadi fundamentalis ekonomi. Pemikiran beliau tercermin dalam konsep Pemasaran Politik dan Kepemimpinan. Beliau mengutarakan bahwa dalam kehidupan, rasa kemanusiaan adalah naluri yang paling kuat untuk memenangkan pertarungan dalam hidup.

Oleh karenanya, menjadi hal yang mendesak untuk senantiasa memperbaharui kurikulum. Beliau secara lebih khusus menegaskan agar Ilmu Ekonomi yang diajarkan dan dikembangkan di fakultas hendaknya Ilmu Ekonomi yang manusiawi (humane). Ilmu ekonomi merupakan ilmu untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, dalam arti societal welfare, secara berkesinambungan untuk mengemban tugas humanisasi. Hal Ini merupakan awal pemikiran ke arah strukturalisme.

Besar harapan hal ini dapat mengatasi ketimpangan struktural yang mengoyak nurani, ketidakadilan ekonomi, eksploitasi bahkan perilaku predatorik yang brutal terhadap yang lemah ekonomi. Kaum strukturalis menegaskan bahwa cita-cita mulia pembangunan tidak boleh berubah menjadi proses dehumanisasi.

Transformasi ekonomi berdasarkan paham demokrasi ekonomi merupakan paham ekonomi berdasar – dalam bahasa agama – ke-jemaah-an dan ke-ukhuwah-an yaitu salah satunya berdasar kemanusiaan dimana agama merupakan berkat bagi semua. Selama ini ilmu ekonomi seolah-olah hanya merupakan ilmu menciptakan pertumbuhan ekonomi. ini merupakan bibit awal dehumanisasi kehidupan ekonomi.

Bukankah sejak awal kemerdekaan pesan konstitusi kita menegaskan cita-cita dasar kehidupan sosial ekonomi bangsa ini, bahwa “…tiap-tiap warga Negara berhak akan pekerjaan (anti pengangguran) dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (anti kemiskinan)…”.

Sebagai anak muda yang terus menerus berpengharapan besar, saya tetap yakin dengan apa yang dikatakan Mas Pram dalam “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu” bahwa Barangsiapa mempunyai sumbangan pada kemanusiaan, dia tetap terhormat sepanjang jaman, bukan kehormatan sementara. Mungkin orang itu tidak mendapatkan sesuatu sukses dalam hidupnya, mungkin dia tidak mempunyai sahabat, mungkin tak mempunyai kekuasaan barang secuil pun. Namun umat manusia akan menghormati karena jasa-jasanya. Aamiin. Maju terus anak muda Indonesia, dimanapun kamu berada! Derap langkah mu adalah perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun