Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Save Bunaken, melalui Plastic Bank dan Travelling on Trash

14 Desember 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Nasional Bunaken, siapa yang tidak kenal dengan taman nasional yang satu ini? Indonesia Travel pun banyak mengulas tentang keindahan Taman Nasional Bunaken khususnya kehidupan bawah lautnya yang menakjubkan. Taman nasional ini terkenal di seantero penjuru Nusantara hingga mancanegara karena keindahan alam bawah lautnya (lihat disini). Tak pelak, hal ini kemudian membuat  taman laut ini menjadi destinasi wisata andalan Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara serta merupakan salah satu taman laut terindah di dunia. Berbagai terumbu karang dan biota laut hidup di taman laut ini. Temperatur udaranya berkisar 26 - 31 derajat celcius dengan curah hujan 2500 - 3500 mm/tahun. Musim kunjungan sekitar bulan Mei hingga Agustus. Cara pencapaian lokasi Taman Nasional Bunaken diantaranya dapat ditempuh melalui pelabuhan Manado, dengan menggunakan perahu motor menuju Pulau Bunaken sekitar 30 menit.

Sumber: www.seputarsulut.com

Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir. Pulau Bunaken terletak di bagian utara. Tidak perlu disangsikan lagi atas potensi alam yang dimiliki misalnya potensi daratan pulau yang kaya dengan jenis palem, sagu, woka dan kelapa. Jenis satwanya pun tidak kalah hebat meliputi kera hitam Sulawesi, rusa dan kuskus. Adapun berbagai jenis tumbuhan di hutan bakau dimana hutan ini kaya dengan berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut. Selain berbagai jenis ganggang dan berbagai genera karang hidup di perairan yang didominasi jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang, yang paling menarik ialah tebing karang vertikal sampai sejauh 25 - 50 meter. Tidak cukup sampai disini, taman nasional ini pun memiliki sekitar 91 jenis ikan dan berbagai jenis moluska (Nugroho, 2011). Sungguh kekayaan alam yang luar biasa. Tapi, satu yang menjadi ironi bagi taman laut nasional Bunaken yang pernah menyabet penghargaan British Airways Tourism for Tomorrow pada tahun 2003 untuk kategori manajemen ecotourism ini ialah ketika beberapa tahun belakangan taman nasional Bunaken dipenuhi oleh sampah yang bertebaran (lihat disini). Entah karena sampah kiriman atau kelalaian pengunjung maupun prasarana dan sarana kebersihan yang masih minim, yang pasti harus ada yang berpikir dan bertindak untuk keberlangsungan dan kelestarian aset wisata alam taman nasional Bunaken. Mengingat masalah sampah yang ada (khususnya sampah plastik yang sukar terurai) sudah sangat mengkhawatirkan khususnya dari segi ekologis dan lingkungan, serta sosial dan ekonomi. Sebenarnya sudah banyak aksi kepedulian yang dilakukan oleh berbagai pihak masyarakat dari berbagai kalangan yang turun tangan membenahi masalah sampah yang ada, tetapi saya pribadi merasa bahwa hal tersebut belum cukup efisien dan efektif bila aksi tersebut tidak dilakukan secara berkelanjutan hingga memunculkan kesadaran individu pada pribadi masing-masing. Sehingga, merupakan suatu keharusan untuk melestarikan aset pariwisata Indonesia ala kita, ala saya, ala Anda, khususnya untuk kelestarian Taman Nasional Bunaken dengan tujuan mencegah kepunahan atas pengrusakan yang mungkin tidak secara sengaja dilakukan. Hal ini mencegah Indonesia nantinya kehilangan aset bangsa di bidang pariwisata serta mencegah penurunan kunjungan wisatawan, agar perekonomian warga di daerah sekitar dan devisa negara di bidang pariwisata tetap terjaga.

Sumber: manado.radiosmartfm.com

Dalam kesempatan ini kiranya saya secara pribadi ingin memberi sumbangan pemikiran ide sederhana (kalau belum bisa disebut brilian) terkait dengan pelestarian aset wisata Taman Nasional Bunaken, semoga diperkenankan dan nantinya bisa terealisasi.  Berdasarkan atas pengalaman kunjungan ke taman nasional Bunaken dalam beberapa kali kunjungan, fenomena persampahan yang ada memang cukup membikin hati saya miris dan meringis, sangat disayangkan. Sehingga saya berniat nantinya: 1. Membangun Plastic Bank untuk mengatasi masalah sampah plastik dan berperan dalam peningkatan penghasilan dan pendapatan sehingga mampu mengentaskan kemiskinan. Mekanismenya ialah melalui sampah plastik yang nantinya akan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Sampah plastik yang dikumpulkan kemudian bisa ditukarkan dengan uang atau melalui salah satu kegiatan yang ada kaitannya dengan pengumpulan sampah plastik. Kegiatan ini bukan untuk menjadikan (maaf) pemulung tetapi menjadi pengumpul, karena sejatinya sampah bisa menjadi berkah. Dari sampah plastik yang dikumpulkan kemudian diolah menjadi kerajinan tangan yang unik dan bernilai jual. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kemampuan dan keterampilan soft skill yang dimiliki untuk memunculkan value added dari suatu produk. 2. Travelling on Trash, merupakan satu kegiatan aksi sosial yang perlu digagas kaitannya  dengan pelestarian aset wisata alam. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak mulai dari masyarakat lokal, wisatawan serta pihak-pihak yang terkait lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk social capital dan menciptakan kondisi saling membaur dan memunculkan stigma pemahaman di masyarakat bahwa sampah itu perlu diatasi bukan untuk ditangisi. Mekanismenya berkaitan erat dengan plastic bank, jadi dimana para wisatawan maupun masyarakat lokal bersama-sama mengumpulkan sampah plastik yang ada lalu memilih dan memilahnya untuk dibawa ke plastic bank lalu bersama-sama pula dengan masyarakat lokal membuat satu kerajinan tangan yang unik. Nantinya akan tercipta kegiatan fun edukatif yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tentunya pro lingkungan. Bahkan, bisa jadi bernilai jual. Jadi, wisatawan tidak hanya berwisata untuk menikmati keindahan alam tapi juga berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan pelestarian alam dan lingkungan. Karena sejatinya kebersihan merupakan kewajiban bersama dan menuntut peran serta dari tiap individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun