Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semangat Guru Menulis (SGM): Eksplor, Aktif, Progress

16 November 2014   20:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Guru adalah pejuang rakyat yang bekerja tanpa pamrih walaupun ketika di rumah harus bergelut dengan segala kebutuhan dan kondisi hidup yang serba sulit. Guru bukan pekerjaan main-main karena yang dihadapinya adalah anak-anak yang kelak akan menentukan arah perubahan masa depan bangsa. Anak-anak adalah rumah masa depan kita” (Ibu Monica, Pensiunan Guru asal Maluku)

Mungkin benar satu pernyataan bahwa “Guru pandai mengajar, hal biasa. Guru terampil menulis, ini baru luar biasa”. Membaca dan menulis, merupakan dua aktivitas penting yang mesti dikuasai oleh para guru. Sepanjang masa pengabdian guru, semuanya pasti penuh hikmah kehidupan. Dengan menulis, hal ini niscaya menjadi warisan paling berharga bagi murid-muridnya. Insya Allah merupakan cara paling tepat untuk menilai siapa diri kita yang sesungguhnya. Andai saja SEMUA guru menulis, apa yang akan terjadi? Maka, BUDAYA LITERASI AKAN MEMBAHANA KE SEANTERO BUMI PERTIWI.

Lantas, menulis itu rumit atau mudah? Ini soal persepsi.

Secara pribadi, saya menganggap bahwa menulis seolah dapat menjadi terapi terbaik untuk mengatasi masalah hidup. Menulis menjadi salah satu cara yang menandakan karakter diri yang sebenarnya. Sehingga pada akhirnya mampu berdamai dengan kehidupan melalui aktivitas menulis. Menulis untuk kemerdekaan hidup, merdeka dari bayangan masa lalu suram dan merangkai harapan baru untuk kehidupan di masa depan.

Lantas, mengapa harus guru?

Guru merupakan salah satu sosok penting yang bisa menjadi penjaja impian bagi anak-anak. Mereka bisa jadi idola. Dengan menjadi idola, mudah bagi mereka untuk memupuk impian yang dimiliki anak-anak. Pentingnya memunculkan karakter gigih dan mau berprestasi kepada para orangtua dan termasuk juga guru. Guru, inilah sosok yang mesti mampu membangkitkan keberanian murid-murid untuk bermimpi. Mimpi untuk menjadi manusia seutuhnya, unik, otentik dan paham mengapa mereka harus punya mimpi. Perlu disadari terutama oleh pemerintah bahwa guru adalah aset berharga yang bisa memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Rofni Sangeroki, misalnya, beliau adalah Substitute Teacher di SMA Negeri 7 Manado. Selain pakar dalam bidang IT, beliau juga senang menyalurkan hobinya dalam tulis menulis (simak salah satu tulisan beliau disini). Bisa jadi beliau merupakan contoh nyata dari seorang guru yang menggunakan tulisan sebagai media pembebasan. Lebih lanjut beliau menjelaskan mengenai pentingnya guru menulis, ketika saya menanyakan opini beliau terkait hal tersebut maka beliau mengutarakan bahwa:

“menulis itu penting bagi guru, selain menghasilkan karya malah otak akan semakin terasah, cara berkomunikasi kamu bisa jadi lebih tertata dan teratur. Sebagai pendidik cara berkomunikasi sangatlah penting malah bisa dibilang vital, betapa sistematisnya penulisan artikel/buku sehingga bisa melatih guru untuk lebih terarah. Lagipula dengan menulis guru mendapat nilai tambah untuk poin kenaikan pangkat. Menulis merangsang otak untuk mengeluarkan ide-ide cemerlang”

Perlunya menjadi guru inspiratif dengan menulis, terutama menjadi guru inspiratif bagi banyak orang terutama bagi murid-murid, orang tua murid dan rekan-rekan guru. Menulis adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjadi guru inspiratif. Menjadi guru inspiratif dengan menulis, merupakan sebuah mantra penyemangat yang bisa dibagi kepada guru-guru hebat di seluruh Indonesia. Berikut tips cara belajar menulis sehingga mampu memotivasi dan menginspirasi yaitu Perbanyaklah membaca buku; Mulai menulis sambil mengoleksi buku sebanyak-banyaknya yang bisa memotivasi untuk terus menulis; Menulislah sesuai passion; Menulis di blog; Cari waktu yang tepat untuk bisa menulis; Menulis seperti makan nasi; Bergabunglah dengan komunitas; Ikut pelatihan menulis; Bersahabat dengan Penulis; Menulislah untuk menginspirasi. Adapun manfaat menulis bagi guru yaitu Kegiatan menulis bagi guru bisa meningkatkan wawasan atau pengetahuan dalam berbagai bidang; Menulis juga bisa meningkatkan kualitas diri kita menjadi pribadi yang lebih baik; Menulis adalah cara mendidik lewat kata; Menjadikan personal branding; Menulis bisa menginspirasi banyak orang.

Tapi, masalahnya masih sangat sedikit aktor utama pendidikan yang tergerak untuk menuliskan pengalaman dan pemikirannya melalui tulisan. Maka, berangkat dari kepedulian berbagai pihak terhadap pentingnya menulis bagi tiap pendidik terutama guru, pada tahun 2001, Sukanto Tanoto dan keluarganya mendirikan Tanoto Foundation untuk merintis sebuah model pemberantasan kemiskinan melalui pendidikan pemberdayaan dan peningkatan SDM. Tanoto Foundation juga memfokuskan salah satunya pada melatih para guru, dan lainnya. Sukanto Tanoto merupakan satu sosok entrepreneur peduli bangsa. Tanoto Foundation mendukung pengembangan kapasitas guru dalam belajar mengajar. Hasilnya, lingkungan fisik dan intelektual khususnya sekolah di daerah pedalaman meningkat, kualitas guru pun makin hari makin baik.

Tanoto Foundation sebagaimana dilansir dalam arsip web-nya membahas mengenai Workshop Menulis yang pernah dilaksanakan dimana menulis bagi sebagian orang masih dianggap bukanlah sebuah pekerjaan yang menyenangkan bahkan menjadi sebuah beban. Jarang orang yang melihat menulis merupakan salah satu cara berkomunikasi. Oleh karenanya, Tanoto Foundation sangat perhatian pada kemampuan untuk bisa menulis dengan baik dan benar agar mampu menyampaikan ide-ide dalam bentuk tulisan baik dalam bentuk proposal maupun presentasi. Tanoto Foundation rutin mengadakan workshop menulis untuk mengembangkan kemampuan dalam tulis menulis.

Selain itu, Tanoto Foundation juga memiliki program melalui Program PELITA Pendidikan yang merupakan program pengembangan sekolah yang terfokus pada pemberdayaan guru dan institusi pendidikan dan perbaikan lingkungan fisik dan intelektual sekolah. Target pengembangan ditujukan untuk lebih dari 200 sekolah, yang sebagian besar adalah SD Negeri di daerah-daerah terpencil di tiga propinsi yaitu Sumut, Riau dan Jambi. Program PELITA Pendidikan terbagi dalam empat komponen yaitu diantaranya yang menjadi unsur ketiga adalah Pelita Guru Mandiri (Mantap, Andal, Niat, Dermawan, Intelektual, Ramah dan Berintegritas). Pelatihan ini dirangkai sebagai bagian dari upaya untuk mencapai perubahan paradigma mengajar secara sistemik. Model pelatihan guru ini pada awalnya akan difokuskan pada pemberdayaan guru-guru di sebuah daerah perdesaan di Propinsi di Riau, untuk memfasilitasi kegiatan belajar aktif, kreatif dan kolaboratif. Kedekatan geografis merupakan sebuah strategi yang diharapkan dapat memperkuat sistem pendukung bagi guru-guru selama dan setelah proses pelatihan, dengan pemberdayaan kelompok-kelompok guru dan institusi pendidikan lainnya, dimana proses ini keseluruhannya difasilitasi oleh pelatih lokal yang diharapkan dapat teridentifikasi selama proses pelatihan berlangsung.

Tanoto Foundation juga menjalin kerjasama dengan Komunitas Sejuta Guru NgeBlog dalam Pelatihan Guru. Berangkat dari keyakinan bahwa sesungguhnya profesi guru adalah kegiatan yang paling dekat dengan kegiatan tulis menulis. Memiliki visi yang sama yaitu menciptakan satu juta guru ngeblog dan menulis setiap harinya serta memiliki komitmen untuk membangun kualitas guru Indonesia dan tentu demi terwujudnya kualitas pendidikan Indonesia yang lebih baik. Intinya, bersama membangun kualitas pendidikan Indonesia.

Jadi, mulai sekarang penting bagi guru untuk terus menulis. Menyumbangkan pemikiran dan pandangan solutif tentang dunia pendidikan sembari membuktikan bahwa kita adalah tenaga pendidik yang berdedikasi, kreatif, inspiratif dan inovatif dalam memajukan pendidikan. Memberi inspirasi positif bagi masyarakat di tengah maraknya isu negatif mengenai pendidikan di Indonesia sehingga mungkin saja dapat menjadi dasar bagi pembuatan kebijakan pendidikan di level atas yang lebih berkeadilan bagi tenaga pendidik. Serta bertujuan menyulut gairah menulis para guru. Dengan bersama-sama saling memotivasi untuk berkarya, harapannya nanti akan bermunculan berbagai karya tulis luar biasa dari para pejuang pendidikan. Komitmen berikhtiar untuk jadi guru yang baik. Ternyata sederhana saja, yaitu dengan komitmen diri, itu kunci menjadi guru kreatif.

Saatnya Guru Menulis (SGM) Eksplor, Aktif, Progres. Eksplorasi melalui penjelajahan lapangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan terutama sumber yang terdapat di suatu tempat (penyelidikan, penjajakan); kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Aktif dengan giat (bekerja, berusaha); dinamis atau bertenaga; mampu beraksi dan bereaksi. Progres yaitu bersifat kemajuan.

Perlunya memuliakan profesi guru yang mulia, ini sekaligus seruan bagi para pemimpin bangsa. Menjadi guru tak boleh didasari oleh niat untuk sekadar mengisi lowongan pekerjaan. Guru bukan status, tapi fungsi. Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali. Profesi guru, bukanlah jalan untuk memuaskan hasrat dunia. Sesungguhnya, menjadi guru adalah amanah yang hanya bisa diemban oleh orang-orang pilihan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun