“Saya Yesi. Saya BISA”
Tahun 2007, awal berstatus mahasiswa. Suatu siang di ruang aula, di tengah ratusan mahasiswa baru, saya berdiri di antara para hadirin, disuruh bersuara lantang mengucapkan beberapa penggalan kata dengan mata tertuju kepada semua yang hadir dalam ruangan. Oleh seorang Guru Besar, yang dikenal killer (katanya, dan ternyata bohong sama sekali), saya ditunjuk untuk menyuarakan bahwa saya bisa menyelesaikan studi dan menyandang gelar sarjana dalam kurun waktu masa studi tiga tahun. Tak dinyana, tepat tahun 2010, apa yang saya ucapkan tersebut, TERBUKTI! Alhasil, saya menyandang gelar Sarjana Pertanian dalam kurun waktu masa studi tiga tahun dengan IPK 3,99. Subhanallah... Alhamdulillah...
Sejujurnya, saya tidak pernah kepikiran untuk bisa benar-benar menyelesaikan studi dalam kurun waktu yang bisa terbilang tidak lama tersebut. Tapi, hal ini merupakan satu anugerah yang patut disyukuri dari buah perjuangan dan doa serta dukungan semua pihak terutama keluarga, dosen dan para sahabat. Saya menyadari bahwa semakin besar mimpi maka semakin besar kekuatannya. Mimpi besar yang mendapat dukungan banyak orang adalah awal dari kenyataan. Tenang kawan, bermimpi itu gratis.
Bila dirunut ke belakang semenjak tamat SMA, ketika itu, saya bertekad dan menaruh harapan yang sangat besar agar bisa diterima di sekolah dengan ikatan dinas. Ketika itu, saya berpikir, kalaupun harus kuliah saya ingin setelahnya telah ada jaminan bahwa saya bisa memperoleh pekerjaan. Tapi, apa daya, saya tidak berhasil lulus di beberapa sekolah dengan ikatan dinas tersebut. Selepasnya, saya melihat iklan di media cetak harian lokal yang mana tertulis Fakultas Pertanian terutama Jurusan Sosial Ekonomi telah menamatkan mahasiswanya dalam kurun waktu tiga tahun dan tentu saja hal ini MENGHEMAT BIAYA KULIAH SEKIAN PERSEN. Esoknya, pendaftaran jalur formal telah ditutup sehingga saya mendaftar melalui jalur khusus dan Alhamdulillah diterima untuk menjadi mahasiswa baru di Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi, Universitas Sam Ratulangi Manado, yang merupakan Universitas Negeri di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Seiring berjalannya waktu, semester demi semester berlalu, saya sempat memperoleh bantuan beasiswa untuk Peningkatan Prestasi Akademik. Saya benar-benar merasa sangat terbantu karena saya berkeinginan untuk tidak memberatkan orang tua. Maka, dengan adanya bantuan beasiswa tersebut, saya bisa menjadi lebih tenang menyelesaikan studi. Saya berusaha menjadi mahasiswa yang berfokus secara akademik. Tapi walaupun begitu, saya pun masih menyempatkan diri terlibat dan bergabung dalam beberapa keorganisasian baik intern maupun ekstern kampus diantaranya Forum Diskusi Ilmiah Mahasiswa, Lembaga Pers Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Badan Tadzkir, Jong Fajar Klub, Buku Bergilir, Komunitas DINDING relawan mengajar anak pasar dan jalanan, dsb. Setidaknya kita harus terus bersosialisasi, bukan? Ini menuntut manajemen waktu yang sangat serius. Sebenarnya ada satu kunci rahasianya: Semenjak awal perkuliahan, saya telah mengatur strategi belajar sebaik-baiknya agar dapat menyelesaikan semua mata kuliah dan penelitian/skripsi tepat waktu.
Pada akhirnya saya menyadari bahwa lebih mudah untuk tumbuh menjadi kuat dalam situasi yang berat. Tentu, kalau selamat. Sebab banyak juga yang mati dalam situasi yang tidak menentu. Tetapi, kalau mampu bertahan, biasanya sangat bagus. Oleh karenanya, wajib hukumnya memiliki karakter yang baik, harus ulet bila dimasukkan dalam kondisi yang sulit. Kita perlu ulet dan tekun. Kita harus kuat mengangkat beban berton-ton. Dan, itu berarti mengubah diri sendiri, dari hanya mampu mengangkat 10 kg. Tumbuh berkembang semakin dewasa, semakin kuat, mengangkat 20 kg, dan seterusnya. Bukan otot badan kita yang kuat, tetapi otot di dalam. Inilah pentingnya meletakkan diri di dalam kesulitan dan tantangan yang berat, sehingga hidup menjadi lebih bersemangat.
Ini hanyalah sekelumit kisah yang sekiranya mampu menggambarkan bagaimana cara kita berproses dalam memaksimalkan potensi diri dan bergerak lebih cepat untuk menyambut tantangan, semata-mata demi masa depan yang lebih baik. Bila diperkenankan cerita ini menjadi inspirasi dan diharapkan mampu mempengaruhi orang, maka hidup yang saya jalani benar-benar harus benar terlebih dahulu, saya harus mempunyai watak moral yang kuat untuk bisa mempengaruhi orang lain. Intinya, perlu kepercayaan. Bukankah orang harus dibuat percaya dulu bahwa yang mempengaruhi sudah menjalankan semua yang dikatakan?
Perlu diingat kembali, bahwa ada banyak kesempatan lewat di depan mata kita. Semua orang punya peluang untuk menangkapnya. Tetapi, banyak yang kehilangan kesempatan. Musuh besar untuk sukses adalah ragu-ragu, tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Jadi, mari maksimalkan potensi diri yang kita miliki dan bergerak lebih cepat menyambut tantangan. Jangan lupa, semua semakin mendesak, kita pun terdesak. Akhir tahun depan kita diperhadapkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Oleh karenanya, Think BIG – Start small – MOVE FAST!
Rahasia sukses adalah seperti bebek; di atas nampaknya tenang dan anggun, tetapi di bawah kakinya mengayun dengan sekuat tenaga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H