Mohon tunggu...
Yesiska Aprilina fatmajaya
Yesiska Aprilina fatmajaya Mohon Tunggu... Penjahit - siswa

siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kerajaan Majapahit

30 Oktober 2024   10:18 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

2.Komplikasi - Konflik mulai terjadi ketika Singasari jatuh akibat pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya terpaksa melarikan diri dan mengatur rencana untuk merebut kembali kekuasaan.

3.Klimaks - Puncak cerita terjadi ketika Raden Wijaya bersama pasukan Mongol menyerang Jayakatwang dan berhasil mengalahkannya.

4.Resolusi - Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya justru berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil memaksa mereka mundur dari Jawa.

5.Koda - Bagian penutup menceritakan pendirian Kerajaan Majapahit oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, dan ia dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

*> Analisis Kebahasaan:Teks ini menggunakan bahasa formal dengan struktur kalimat yang baku dan sebagian besar deskriptif untuk menggambarkan latar dan peristiwa sejarah. Ciri kebahasaannya mencakup penggunaan kalimat pasif, kata kerja tindakan, serta penggunaan nama-nama tokoh dan tempat yang spesifik untuk memperjelas sejarahnya. Istilah yang menunjukkan masa lalu juga dominan, seperti "berhasil," "mendirikan," "melarikan," yang menggambarkan tindakan masa lalu dalam rangkaian kronologis.

*> Modifikasi Konflik, Klimaks, dan Koda (Sebagai Cerita Sejarah Fiksi)

Raden Wijaya merasa dendam membara dalam hatinya, membayangkan kematian ayah dan leluhurnya akibat pengkhianatan Jayakatwang. Setiap malam ia terjaga, mendengarkan hembusan angin malam yang terasa seperti desahan para leluhur yang memintanya untuk menuntut balas. Dalam hening malam, Raden Wijaya berbisik pada teman-temannya, "Kita harus merebut kembali apa yang menjadi hak kita, bahkan jika itu harus dibayar dengan darah."

Ketika tentara Mongol tiba di Jawa, Raden Wijaya merasakan peluang besar untuk melancarkan rencananya. "Ini kesempatan kita!" serunya kepada Sora, Nambi, dan Ranggalawe. Dengan tekad baja, mereka bergabung dengan tentara Mongol dan berangkat menyerbu Kediri. Saat pertempuran berkobar, Jayakatwang berdiri di atas bentengnya, dikelilingi oleh pasukan yang mulai gentar. Raden Wijaya menerobos barisan pasukan lawan, hingga akhirnya mencapai Jayakatwang. Dalam duel terakhir, Raden Wijaya berhadapan langsung dengan Jayakatwang, memandang tajam ke arah musuhnya, "Inilah akhir pengkhianatanmu!" Dan dengan satu tebasan pedang, Jayakatwang pun tumbang.

Dengan berakhirnya pertempuran, Raden Wijaya segera menyadari bahaya tentara Mongol. "Mereka bukan sekutu yang bisa dipercaya," pikirnya. Di tengah malam, Raden Wijaya dan pasukannya menyusun serangan balasan diam-diam. Saat fajar menyingsing, ia memimpin serangan dadakan yang mengejutkan tentara Mongol, memaksa mereka mundur dari tanah Jawa. Pada pagi yang tenang itu, Raden Wijaya berdiri di tengah Trowulan, menyaksikan desa yang kini ia namai Majapahit. Ia tersenyum sambil berkata, "Kerajaan ini akan menjadi yang terbesar, tak akan ada yang mampu menghancurkannya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun