Mohon tunggu...
Yesi Ningrum
Yesi Ningrum Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggung Sandiwara

10 Mei 2019   16:11 Diperbarui: 10 Mei 2019   16:28 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kayak sinetron-sinetron aja.
Karena saudara tiri jadinya di istimewakan.
Pemikiran-pemikiran alot mulai dimunculkan.
Dianggapnya golongan muda yang terlahir dari rahim yang berbeda tak sependapat.
Golongan tua yang dikatakan sebagai saudara tiri dari seorang bapak, jadi penguasa dan pengadu domba.
Hidup tak selamanya kekal di dunia.
Akhirat telah menanti di depan mata.
Kalimat-kalimat dan tindakan konyol mulai dilakukan.
Golongan tua bertingkah layaknya anak kecil yang merebut mainan.
Apakah kisah sinetron di angkat dari kisah nyata?
Beginikah hidup yang dikatakan sebagai jalan menuju akhirat?
Ataukah karena minimnya sandang pangan dan pendidikan?
Katanya persaudaraan indah.
Mengapa harus ada percekcokan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun