Kehadiran COVID-19 di seluruh dunia nyatanya membawa pengaruh yang sangat besar bagi Kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Diketahui bersama, adanya pandemi COVID-19 mengharuskan setiap pemerintah di dunia membuat kebijakkan “work from home” guna memutus rantai pesebaran COVID-19. Seiring dengan adanya kebijakan tersebut, konsumsi jasa layanan antar makanan (food delivery) mulai diminati kembali oleh masyarakat di dunia karena dianggap praktis dan dapat meminimalisir penyebaran virus COVID-19.
Food delivery atau delivery order merupakan sebuah kegiatan dimana pembeli melakukan proses pemesanan makanan melalui sebuah aplikasi atau website tertentu tanpa harus mengunjungi restoran yang dituju (Li et al., 2020). Dengan adanya aplikasi digital dan situasi pandemi COVID-19 secara tidak langsung pola komunikasi pada proses transaksi jual beli makanan berubah (Nurbayti, 2019). Perubahan ini disertai dengan adanya beberapa keuntungan diantaranya ialah: efisiensi waktu, mengurangi kontak fisik, dan mampu menekan angka penyebaran COVID-19.
Demi menekan penyebaran virus COVID-19, Gojek dan Grab berhasil menawarkan sebuah aplikasi food delivery online dengan berbasis Android dan Web yang dilengkapi dengan ketepatan titik lokasi kurir pengantar makanan dan juga beberapa kebijakan proses pengantaran makanan yang sesuai dengan protokol kesehatan. Sistem tersebut dibangun dengan memanfaatkan bahasa pemrograman yang dikenal dengan Hypertext Processor (PHP) yang diterapkan dalam platform Website dan Java yang diaplikasikan pada aplikasi Androidnya (Prabowo et al., 2017).
Hypertext Processor (PHP) merupakan salah satu bahasa pemrograman yang dapat disisipkan ke dalam HMTL yang biasa digunakan dalam proses pembuatan program situs web yang dinamis (Fitri Ayu and Nia Permatasari, 2018). Sedangkan, Java sendiri merupakan Bahasa pemrograman yang dapat dijalankan pada komputer dan juga telepon genggam (Bastari et al., 2017). Dengan adanya kombinasi dua bahasa pemrograman PHP dan Java mengakibatkan perusahaan Gojek dan Grab memfokuskan pengembangan fitur-fitur yang sudah ada, khususnya fitur layanan jasa pesan-antar.
Adapun fitur-fitur yang ditawarkan oleh perusahaan Gojek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, diantaranya ialah: layanan pesan-antar makanan, yaitu Go-food, layanan pesan-antar belanjaan, yaitu GoMart, dan layanan pengiriman barang, yaitu GoSend (Gojek, 2020). Sedangkan, fitur unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan Grab, diantaranya ialah: layanan pesan-antar makanan, yaitu GrabFood dan GrabFresh, layanan pesan antar belanjaan, yaitu Grab Mart, dan layanan pengiriman barang, yaitu Grab Express. Masing-masing fitur tersebut dilengkapi dengan laporan suhu tubuh harian bagi mitra pengemudi dan mitra pengantaran, terjalinnya kolaborasi dengan mitra merchant dan restoran untuk meningkatkan standar keamanan terpadu untuk layananan pesan-antar dengan memperhatikan prosedur kebersihan dan pengemasan makanan, disediakannya masker dan hand sanitizer bagi mitra pengantar (Damaledo, 2020).
Dengan adanya kemajuan teknologi dan layanan fitur pesan-antar yang ditawarkan oleh Gojek dan Grab, menunjukkan beberapa dampak positif dan negatif dalam sektor perkonomian dan lingkungan di Indonesia. Dampak positif dari adanya fitur unggulan pesan-antar yaitu, Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mampu mengisi 84% pangsa pasar dengan lebih dari 50 juta transaksi dalam kurun waktu enam bulan (Septiani Rizki, 2019). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pada indeks perkonomian indonesia sebesar 7,99% (Mediaindonesia.com, 2020). Selain itu, dengan adanya fitur layanan pesan-antar makanan juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan terutama dalam peningkatan penggunaan plastik kemasan makanan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah sampah plastik sebesar 91% pada tahun 2019 dan 183% pada tahun 2020 (Ng, 2021).
Oleh karena itu, pemerintah menghimbau masyarakat agar dapat menggunakan dan memanfaatkan fitur layanan pesan-antar dengan bijak dan melakukan aksi-aksi yang dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dengan cara membuat kebijakan pembatasan penggunaan plastik sebagai kantong kemasan.
Penulis : Yesha Meita Adrian Pabo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H