Mohon tunggu...
Yesaya Whisnu Wardhana
Yesaya Whisnu Wardhana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Writing Enthusiast, Longing for changes, and most of all, God oriented \r\nTwitter: @jezzwardhana, philosophy maker #KnowledgeIsPain\r\nKnowledge is pain but you have to keep working on it to make yourself a brainiac

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memperbesar Visi

13 Januari 2014   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pribadi dulunya  bukan seseorang yang visionaris besar atau bermimpi yang terlalu muluk-muluk dalam menentukan kehidupan pribadi saya untuk jangka panjang kedepan. Bukan berarti saya tidak memiliki mimpi dan tujuan hidup. Apa yang saya kerjakan saat ini adalah bagian dari mimpi dan tujuan hidup saya dimana saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif sebagai seorang jurnalis dan penulis.

Waktu kuliah dulu, saya dikelilingi oleh orang-orang yang bervisi besar untuk jangka panjang hidupnya, dalam pemikiran saya selalu keluar sebuah cibiran yang menganggap remeh impian muluk-muluk mereka dan  banyak dari impian muluk-muluk mereka tidak terealisasi, makanya saya saat itu semakin getol mencibir

Tapi sebuah perubahan saya alami saat saya lulus kuliah dan bergabung dalam sebuah organsisasi pemuda yang bergerak di bidang sosial dan kerohanian dimana banyak dari mereka memiliki suatu mimpi yang besar, dimana impian mereka adalah sebuah bangsa yang baru, Indonesia Baru. Waktu itu, sayapun masih mencibir tapi lama kelamaan, visi itupun melekat dalam diri saya.

Sejak saat itu, saya mulai intropeksi diri saya kenapa saya tidak memiliki keberanian untuk bisa bermimpi besar. Sebab dari ketidakberanian saya adalah, saya takut kecewa dan malu. Pengalaman waktu kecil dimana saat itu saya merengek minta orang tua untuk dibelikan Roller Blade karena saya terobsesi dengan serial remaja, “Olga dan Sepatu Roda”  saat itu. Orang tua saya sudah berjanji untuk membelikan saya dan saya sudah pamer ke teman-teman tapi kenyataan tidak terealisasi dan akhirnya saya malu dan sejak saat itulah saya tidak berani untuk memiliki sebuah mimpi dan visi.

Tapi semenjak saya ikut organisasi ini, hasrat saya untuk bermimpi sangat kuat dan apalagi saat tutup tahun 2013 lalu, seperti biasa kalau teman-teman saya biasanya malam tahun baru mereka menginap di vila pribadi dan ada yang dugem-dugem ria di pub, tapi saya menghabiskan malam tahun baru saya dengan beribadah di gereja dan saat pendeta saya menyampaikan  kotbah, beliau juga berbicara mengenai memperbesar kapasitas, salah satunya dalam visi dan mimpi, hal itu semakin memperkuat saya untuk terus bermimpi dan bervisi.

Visi dan mimpi saya pribadi adalah saya ingin sekali menjadi seorang jurnalis yang professiona,  bisa pergi keliling dunia, apalagi kalau jadi jurnalis tempat wisata pasti semakin mengasikan. Sekarang ini saya sedang memperbesar kapasitas kemampuan saya menjadi seorang jurnalis handal dengan bekerja di tempat kerja saya sekarang ini, sebuah perusahaan indsutri kreatif yang juga merupakan training center supaya setiap orang didalamnya menjadi pekerja-pekerja professional di bidangnya.

Jangan takut untuk memiliki suatu visi karena keberhasilan dan kesuksesan kitapun bergantung seberapa besar visi dan mimpi yang kita miliki.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun