[caption id="" align="aligncenter" width="670" caption="Dipikir karo melaku (Dipikir sambil jalan)"][/caption]
Banyak sekali sekarang dijumpai lelucon di sosial media mengenai ungkapan ‘Aku rapopo’ yang merupakan ungkapan dari Bahasa Jawa yang berarti ‘Aku tidak apa-apa’ atau ‘Aku baik-baik saja’ yang juga biasa diikuti dengan gambar-gambar lucu dengan ekspresi wajah yang berlawanan dengan ungkapan ‘Aku rapopo’ yang tertulis dalam gambar.
Gambar yang ada di balik ungkapan ini biasanya adalah ekspresi sedih yang lucu dari masyarakat biasa, tokoh-tokoh pejabat sampai hewan yang kebanyakan ekspresinya sedang menepuk jidat, menandakan ada sesuatu yang membebani pikiran mereka.
Dari fenomena ini bisa disimpulkan bahwa banyak dari kita sebagai mahkluk sosial sulit untuk berkata jujur. Kalau dalam pandangan saya, fenomena ini sebenarnya mengajak masyarakat untuk jujur dengan diri kita sendiri. Saya pernah melihat sebuah iklan dari produk mie instan dimana diceritakan disitu ada seorang penjahat yang sedang di-interogasi, saking lihai mulutnya dalam berbohong, Lie detector atau alat pendeteksi kebohonganpun tidak mempan sampai akhirnya penjahat itu disodorkan produk mie didalam komersial itu, dan setelah dia makan, dia sempat bilang tidak enak, meski sinyal kebohongan sudah terdeteksi, sang penjahatpun masih lihay, sampai akhirnya alat detectornya dipasang lidahnya dan si penjahat ini tidak bisa berkutit lagi. Lebih jelasnya, silahkan lihat video ini:
http://www.youtube.com/watch?v=pod-Re0i2NQ
Jujur pada diri sendiri itu kadang mudah diucaokan tapi susah dilakukan, terbukti juga dengan hasil beberapa wawancara di acara talkshow,Mata Najwa yang kita tahu banyak beberapa calon-calon politisi menutup kenyataan dari diri mereka meskipun akhirnya terkuak bahwa sebenarnya mereka hanya ‘omong doang’
Saya pribadi sebenarnya juga mengalami kesulitan untuk jujur pada diri sendiri, pengalaman saya waktu saya resign dari pekerjaanpun, saya berbohong pada atasan saya tapi pada akirnya saya berani berbicara terus terang pada atasan saya meskipun itu saya lakukan setahun setelah saya resign. Saya akui cukup sulit untuk jujur pada diri sendiri waktu itu dan melalui setiap peneguhan dari Tuhan lewat teman-teman saya, sayapun berani untuk terus terang pada akhirnya.
Fenomena ‘Aku rapopo’ ini bisa menjadi peneguhan juga buat masyarakat pada umumnya untuk jujur pada diri sendiri. Mungkin mulut kita bisa berkata ‘Aku rapopo’ tapi ekspresi wajah kita tidak bisa menipu. Be truthful to yourself, true to your heart! Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H