Mohon tunggu...
Yesaya Gunawan
Yesaya Gunawan Mohon Tunggu... -

Ketua Gerakan Aku Peduli Indonesia, Penyuara hati rakyat yang murni

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aku Melihat Indonesia

13 April 2015   13:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Aku Melihat Indonesia-melalui Kongres ke 4 PDIP “

Timothy Luke Saputra ( Yesaya Gunawan )

Perhelatan besar kembali diselenggarakan di pulau dewata, semua mata mengarahkan pandangannya kepada perhelatan ini. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengadakan acara akbarnya yakni Kongres ke 4 dengan tema Aku Melihat Indonesia. Dan tema itu sebenarnya sangat cocok dengan apa yang terjadi di kongres PDIP ini, karena melalui kongres ini semua kalangan dari pers, para pengamat , sampai rakyat biasapun memberikan komentarnya bagaimana mereka melihat Indonesia. Dan kita mengetahui bahwa komentar-komentar itu mengarah kepada pidato pembukaan daripada ketua umum partai berlogo moncong putih tersebut Megawati Soekarnoputri.

Melalui tulisan saya, saya ingin juga menyampaikan gagasan saya tentang apa yang saya lihat di Indonesia, melalui pidato pembukaan Ibu Megawati tersebut. Bagi saya pidato ketua umum PDIP merupakan nasihat yang baik dan harus didengar oleh seluruh jajaran pemerintahan khususnya kader partai tersebut. Sebab kalau kita dengar dengan seksama tidak ada yang salah dan melanggar konstitusi dalam pidato pembukaan dari Ibu Megawati.

Dalam pidatonya sang ketua umum menyampaikan sebuah gagasan bahwa Kepeloporan Indonesia, hanya terjadi karena semangat juang. Mereka berjuang dengan penuh keyakinan, tanpa terpengaruh oleh opini yang dipublikasikan. Pokok pikiran ini tepat jika kader partai banteng tersebut terpilih menjadi pemimpinmereka terpilih bukan untuk melayani opini public apalagi mencari popularitas, karena ketika mereka terpilih perjuangan baru dimulai untuk mensejaterahkan rakyatnya. Mungkin melalui gagasan itu , ibu megawati ingin mengingatkan kepada kadernya bahwa dalam memeperjuangkan hak rakyat banyak keputusan-keputusan yang tidak populis untuk dipublikasikan tetapi kalau itu jalan yang harus ditempuh kader harus berjalanlah, jadi itu nasihat yang sangat baik yang diberikan ketua umum kepada kadernya.

Ada satu gagasan selanjutnya yang sering disalah mengerti oleh khalayak banyak, ketika ibu Megawati menyampaikan bahwa Kepemimpinan yang seperti ini, hanya akan muncul apabila ia sungguh memahami sejarah bangsanya; memahami siapa rakyatnya, dan memahami darimana asal-usulnya. Menurut saya secara pribadi tidak ada yang salah pada gagasan ini, siapapun orang yang dituju beliau sebenarnya ini harusnya menjadi pesan bahwa ‘kacang tidak boleh lupa kulit’. Bukankah pepatah itu milik bangsa kita, dan bukankah bangsa yang besar menghargai sejarah dan jasa para pahlawannya? Sebelum bangsa menjadi besar pemimpin harus berbesar hati terlebih dahulu. Walaupun pidato tersebut disampaikan oleh ketua umum kepada kadernya yang presiden, kadernya tersebutpun harus menerima nasihat ini, sebab pemimpin yang baik adalah pemimpin yan tidak mudah melupakan, baik melupakan janjinya ataupun jasa-jasa orang yang pernah membesarkannya.

Sampai akhir dari kongres tersebut ada kalimat-kalimat dalam pidato tersebut yang menjadi sorotan public bahwa banyak penumpang gelap yang ada dalam tim kampanye dan memiliki ambisi untuk kekuasaan bukan kerakyatan. Banyak pihak langsung mengomentari siapa penumpang gelap itu apakah pihak relawan, sahabat dekat atau pihak lainnya. Saya memandang dari segi yag berbeda, ketika pidato ini disampaikan oleh ketua umum pada kongres partainya pidato ini juga sedang menyentil dari kader-kadernya. Bukankah memang itu fakta yang terjadi ketika kita melihat Indonesia, bahwa bahwa banyak orang yang memakai tangan rakyat untuk sebuah kekuasaan dan kenikmatan ? nasihat itu bukan hanya tepat gagasan tapi juga tepat waktu disampaikannya, ketika Indonesia ingin memperbaharui konrak minyak dan gas disaat itulah ketegasan tanpa ragu harus diambil, kontrak itu bukan harus menguntungkan penumpang gelap yang pernah menjadi juru kampanye tetapi kontrak itu harus menjadi keuntungan bukan rakyat Indonesia. Seringkali opini public membuat mata kita tertutup, tetapi jika saat ini mata kita terbuka tidak ada yang salah ketika ketua umum menegur kadernya untuk hati-hati agar jangan sampai ditunggangi penumpang gelap atau menjadi penumpang gelap itu sendiri.

Kita ingat setelah kongres PDIP ke-4 dibuka disanur, seluruh pelosok Indonesia dapat melihat kepada media yang sedang panas-panasnya mengomentari perkataan ibu megawati tentang petugas partai. Dan kata itu menjadi perdebatan bagi banyak pihak tentang pejabat yang disebut petugas partai, apalagi di partai tersebut salah satu kader adalah seorang presiden. Namun pendapat saya tentang pejabat adalah petugas partai tidak ada yang harus dipermasalahkan, karena partai berdiri oleh kehendak rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat sama seperti pejabat, mereka terpilih karena kehendak rakyat dan harus melaksanakan keinginan rakyat. Jadi dengan demikian antara Pejabat Negara dan petugas partai tidak ada permasalahan. Karena ketika kader partai dimandatkan oleh partai menjadi pejabat dan kader itu siap menerima mandat tersebut berarti ada kesamaan visi disana yang tidak lain dan tidak bukan adalah kesejahteraan rakyat. Apakah jika seorang disebut petugas partai derajat diri mereka menjadi rendah ? apakah partai sangat buruk dan beban demokrasi ? bukankah konstitusi telah mencatat bahwa partai adalah pilar demokrasi ? seharusnya pertanyaan ini membukakan kepada kita bahwa petugas partai adalah petugas rakyat karena partai tanpa rakyatnya bukanlah partai. Selama kebijakan partai itu tidak melanggar konstitusi selama itu juga sebenarnya pejabat yang kader partai tersebut harus menjalankan mandatnya, sebab sekalilagi partai bukalah musuh rakyat tetapi partai itu lahir dari rakyat.

Tulisan ini ditulis bukanlah untuk saya memihak kepada golongan tertentu, saya hanya ingin melihat Indonesia dari kongres partai PDIP. Hari ini saat saya melihat Indonesa, saya menyimpulkan bahwa Indonesia tidak akan pernah terpuruk. Karena ketika saya melihat Indonesia saya melihat generasi yang siap berkompetisi dan berkontribusi, saya juga melihatIndonesia memiliki ratusan warna , ribuan makna dan jutaan gagasan-gagasan sehingga negeri yang kita cintai ini tidak akan pernah mati melainkan terus memberi inspirasi ke setiap negeri yang jauh disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun