Saat pertama mendengar adanya acara Festival Film Pendek Indonesia yg digelar kompas dengan tema “Indonesiaku, Kebangganku”. Saya sedikit merasa ragu bahkan dengan sedikit nyiyir berpikir bagaimana mungkin bisa sebuah film (film pendek apalagi) bisa menggambarkan kebanggaan berbangsa. Tapi setelah saya menyaksikan sendiri ada kesan luar biasa (bagi saya pribadi tentunya), penasaran apa kesan yang saya dapat?
Malu
Ya malu, ketika mengetahui saya mendapat email bahwa saya salah satu yang beruntung mendapat undangan dari KOMIK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) untuk menyaksikan penganugerahan FPPI 2015 yg bertempat di Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia, saya malu karena ternyata saya baru tau ada tempat itu di grand indonesia haha. Saya sudah beberapa kali nonton film di teathre di sebelahnya tapi tidak pernah ngeh ada sebuah galeri tentang kayanya indonesia disitu.
Saya sendiri malu sendiri ternyata di dalam galeri indonesia kaya kita bisa dapat banyak informasi tentang indonesia, mulai dari kesenian, bahasa, baju adat sampai dengan permainan tradisionalnya.
Malu berikutnya saya dapat setelah menyaksikan karya sineas-sineas muda yg termasuk dalam finalisnya yg terbagi dalam kelompok umum dan pelajar. Dari kelompok Pelajar Film yang berhasil menjadi jawaranya adalah Film dengan judul Surya The School Gangs yang disebut sebagai The raid nya pelajar. Bagaimana saya tidak malu melihat karya anak SMK Muhammadiyah 1 Temanggung yang koreografinya diakui Angga Dwimas Sasongko (salah satu Juri FPPI 2015) sebagai koreografi pertarungan yang lebih bagus dari koreo di film Indonesia sekalipun. Saya saja membuat adegan berantem dengan adik saya malah berantem beneran haha.
Untuk Jawara Kategori Umum keluar sebagai pemenang film dengan judul “Bubar, Jalan” yang diproduksi oleh Rumahku Film dari Garut. kalau film yang satu ini membuat saya sedikit tersenyum kecut karena saya merasa tersindir atas pengalaman seorang pemimpin upacara di sebuah sekolah dasar yang salah besar dalam menjalankan protokolnya (kalau kesalahan saya tidak perlu dibahas hehe).
Bangga
Setelah melalui proses “memalukan” tersebut saya rasa Kompas sebagai penyelenggara cukup berhasil menumbuhkan kebanggaan berbangsa dalam diri saya, karena dengan melihat kesepuluh film hasil karya finalis yang sangat sederhana justru menunjukkan kekayaan sejati negeri ini yang harus kita banggakan.
Ya dengan kesederhanaan kita bisa mentertawakan kekurangan kita dan terus memperbaikinya tanpa harus terus tertunduk dalam kesalahan, hal ini bisa kita lihat dalam film “Bubar, Jalan”, kita juga harusnya bangga akan identitas kita sebagai warga Indonesia yang majemuk seperti yang coba di ceritakan dalam film “Ojo Sok Sok an” bahkan kita bisa berbangga dengan kekayaan alam kita yang mampu mempengaruhi kehidupan di masyarakat seperti cerita dalam film “Ali-Ali Setan”.
Terimakasih terhadap kompas yang telah memberikan wadah bagi sineas-sineas muda banggsa untuk bisa berkarya dan menyampaikan pendapat mereka tentang kebanggan mereka terhadap Indonesia. Saya bangga bisa berada Negara kita Indonesia Tercinta. Sampai ketemu kembali tahun depan.