Mohon tunggu...
Yermias Degei
Yermias Degei Mohon Tunggu... -

Satu yang pasti: setiap detik hidupku menuju detik matiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mama Kasia Mote, Penyuluh Kesehatan Keliling Tak Kenal Lelah

17 Desember 2011   12:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:08 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tuhan Pakai Saya Selamatkan Nyawa orang Papua” Nabire--Berbagai penyakit menular semakin meningkat di tanah Papua. Berbagai pihak prihatin dan melakukan upaya-upaya untuk menanganinya. Muncul berbagai organisasi pemerintah maupun organisasi non-pemerintah yang peduli. Tidak sedikit dana yang dikucurkan oleh pemerintah dan oleh donor-donor internasional untuk menanganinya.Namun, penularan berbagai penyakit dan kematian terus meningkat. Banyak pihak menyoroti, berbagai lembaga dengan dana yang besar tidak efektif mengatasinya. Ada yang menuding, berbagai program tidak menyentuh sasaran langsung. Program hanya di atas kertas. Berbagai informasi tentang kesehatan tidak disampaikan secara efektif. Semua orang menganggap itu tugas pemerintah atau organisasi resmi. Dalam kondisi inilah, Mama Kasia Mote, A.Mk., muncul secara independen, seorang diri dan berani di tengah kelompok-kelompok beresiko dan masyarakat umum. Dia melakukan penyuluhan tentang penyakit menular, kesehatan, gizi, dan narkoba dari rumah ke rumah. Ia berjalan kaki seorang diri. Apabila tempatnya jauh, dia terpaksa harus mengeluarkan uang pribadinya untuk naik ojek. Bahkan, kini, rumah pribadinya ia jadikan tempat pengobatan khusus penyakit menular. “Tuhan pakai saya untuk selamatkan nyawa-nyawa orang Papua. Saya punya kaki pernah patah karena ditabrak mobil. Tuhan sedang sembuhkan supaya saya perhatikan domba-dombanya. Saya pernah berjanji kepada Tuhan untuk membagikan apa yang saya tahu dan yang saya bisa kepada orang lain. Itulah yang sedang saya lakukan,” kata suster perawat itu pada acara penyuluhan kepada 320 orang dari Gereja Edoutou di Pantai Gedo Nabire 2 September lalu. Kepada wartawan, ia mengemukakan, ada beberapa masalah pokok dan mendasar bagi orang asli Papua saat ini. Masalah-masalah ini harus disampaikan kepada orang Papua secara tepat. Harus secara lisan karena lebih banyak masyarakat kita tidak biasa baca dan sebagian lagi tidak bisa membaca. Katanya, masalah pertama menurutnya soal kebersihan. “Kebanyakan orang Papua tidak punya kesadaran untuk mandi. Sebenarnya kita harus mandi pagi dan sore. Kalau tidak mandi akan mengakibatkan berbagai penyakit,” katanya. Soal kedua adalah masalah gizi. Makanan yang bergizi itu penting. “Makanan bergizi tidak harus mahal. Kita bekerja salah satunya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Kalau makanan baik, kesehatan kita juga akan terjaga. Kalau gizi kurang, penyakit juga cepat masuk dalam tubuh kita,” katanya. Katanya, masalah ketiga adalah soal penyakit menular. “Saya himbau kepada orang Papua untuk segera periksakan diri ke dokter, termasuk periksa HIV/AIDS. Ini penting dan segera. Penyakit menular yang ada obatnya akan diberi obat oleh dokter. Tetapi, penyakit yang belum ada obat, yaitu HIV akan diberi obat untuk memperpanjang umur,” katanya. Soal HIV, kata Kasia petugas VCT Puskesmas Kota Nabire ini, bukan penyakit kutukan dari Tuhan. “HIV bukan kutukan. Kita tidak perlu jauhi mereka. Mereka juga manusia. Kita harus beri mereka motivasi dan makanan yang bergizi agar mereka punya umur panjang. Soal penularan hanya terjadi melalui hubungan seks, transfusi darah, dan cairan tubuh lainnya. Kita harus minta informasi yang benar kepada petugas,” katanya. Masalah lain yang paling penting saat ini di Papua menurut penyuluh lapangan ini adalah perhatian kepada anak-anak terminal atau anak jalanan (anak aibon) yang tidak bisa baca-tulis. Juga, soal penutupan pintu-pintu minuman keras di tanah Papua. “Saya lihat masa depan Papua bahaya kalau anak-anak terminal tidak segera diatasi dan pintu alkohol tidak ditutup. Pada 5 September 2011, saya melakukan penyuluhan tentang Narkoba, Kebersihan, dan Penyakit menular kepada anak-anak jalanan. Mereka ada yang hadir seluruhnya ada 36 orang. Di dalamnya, 10 orang mahasiswa, pemuda 5 orang, ada tiga orang tua, dan sisanya anak jalanan. Anak-anak itu sebagian tidak bisa baca dan tulis. Soal baca dan tulis itu masalah lagi karena ini di kota. Belum lagi di kampung-kampung,” katanya. Dalam kegiatan yang dilakukan di Balai kiring Aweida itu, menurutnya dilakukan tanya jawab dan diskusi langsung. Ia juga menampung benyak masukan dari anak-anak. “Kami jadi begini (anak jalanan:red) karena stress. Biaya sekolah tidak ada. Kami putus dari SD, SMPdan ada yang SMA. Orang tua hasilanya terbatas. Kami juga ikut dengan teman karena tidak ada pekerjaan lain,” katanya menirukan pernyataan anak jalanan. Selain itu, katanya, selain faktor di atas ada beberapa faktor lain. “Anak-anak muda Papua menjadi anak jalanan karena ada pacar lalu orang tua tidak terima. Lalu, juga maskawin mahal dan gagal nikah. Juga, mereka ikut tes pegawai tetapi tidak diterima. Jika, mareka kasih pekerjaan maka Papua akan aman. Mereka harus kita disibukan dengan pekerjaan,” katanya. Kasia Mote setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Nabire pada 1985 langsung ditugaskan di Enarotali, Kabupaten Paniai hinga 1987. Selanjutnya, 1987 ia pindah tugas di Oksibil hingga 1991. Selanjutnya, ia bertugas di Wamena hingga 1994. Lalu, pindah ke Komopa Paniai hingga 2000. Dan, sejak 2000 pindah ke Nabire hingga kini bertugas di Puskesmas Kota Nabire bagian VCT dan Konseling HIV/AIDS. Ia sekolah lagi di Akademi Keperawatan (AKPER) Nabire dan selesai pada 2005. “Sejak tugas pertama hingga saat ini saya senang melakukan penyuluhan tentang berbagai penyakit. Apalagi setelah saya sekolah lagi tambah banyak pengetahuan. Saya tingkatkan lagi. Pada 21-22 Oktober 2009 saya ikut seminar KPA di Jakarta. Hasil-hasilnya saya melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk semua jenis penyakit. Saya bagi-bagi kepada masyarak agar masyarakat tau dan mau,”katanya. Ia menekankan kembali, pemerintah, organisasi pemerintah, dan organisasi non-pemerintah harus secara serius melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada orang Papua. Kepada orang Papua tidak cukup dengan bicara di media dan melalui buku serta melalui poster-poster. Melalui media-media itu hanya akan menyentuh kepada orang-orang terpelajar. “Kepada masyarakat kecil harus masuk dalam kehidupan mereka. Pemerintah dalam hal ini donatur harus melihat, siapa yang benar-benar melakukan demi kemanusiaan. Banyak organisasi punya uang banyak tetapi tidak ada kegiatan yang langsung ke masyarakat,”katanya. (Yermias Degei) http://www.yerifile.co.cc/2011/09/mama-kasia-mote-penyuluh-kesehatan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun