Pandemi Covid-19 meninggalkan banyak ‘catatan merah’ terkait ‘ulah’ yang ‘berimbas’ terhadap kehidupan manusia. Virus ini hadir di Indonesia berdasarkan data yang ada, bermula di awal bulan Maret 2020 dan sampai detik ini masih ‘berkeliaran’ di sekitar kita. Virus ini selain membuat kehidupan manusia menjadi kacau, dirinya dikenal karena ‘tidak punya hati’. Memang kalau dikategorikan sebagai organisme, virus ini tidak punya sel ataupun inti sel, tetapi hebatnya bisa membuat manusia ‘ketakutan’ jika bertemu dengannya. Tidak sedikit yang menjadi korban akibat dirinya. Virus ini tidak mengenal manusia dari segi jabatan, pekerjaan, status, finansial, agama, dll. Tak peduli anda mau duduk di kursi yang jabatannya paling tinggi pun, ia mampu ‘menekuk’ hingga dibuatnya ‘tak berdaya;. Sungguh ironi yang begitu kejam. Semua aspek kehidupan masyarakat menjadi ‘tumbalnya’.
Banyak dari kalangan berbagai aspek harus ‘memutar otak 1000 kali’ untuk bisa bertahan ditengah situasi dan kondisi yang susah untuk ditebak. Banyak rumor yang mengatakan bahwa virus ini hanyalah bagian dari rencana beberapa pihak untuk mengambil keuntungan yang ada. Menggunakan situasi semacam ini untuk mengambil sedikit demi sedikit hal-hal yang ada dalam masyarakat, yang nantinya digunakan untuk memperlancar tujuan yang sudah direncanakan. Namun diluar banyaknya konspirasi dan konsep mengenai adanya pandemi ini, hal ini sudah merasuki kehidupan masyarakat. Tinggal sekarang kita sebagai manusia yang terkena dampak / imbas dari ulahnya, harus bisa bertahan hidup dan menemukan solusi-solusi alternatif demi ketahanan hidup dalam Pandemi.
“Serangan Fajar” Covid-19: Semua Menjadi ‘Lumpuh’.
Hidup manusia tidak hanya berkaitan dengan satu aspek saja, melainkan beragam aspek yang saling mempengaruhi dan terhubung dalam realitasnya. Pergerakan kehidupan yang semakin maju membuat beragam aspek dalam hidup semakin beragam. Hal ini disebabkan karena banyaknya kaitan dan hubungan yang secara tidak langsung mempengaruhi diri seseorang dalam bertindak dan berpikir. Dalam suatu negara, ada aspek-aspek utama yang nampak dalam hidup masyarakat, diantaranya: ekonomi, sosio-antropos, agama, kesehatan, politik, hukum, ilmu pengetahuan dan tekonolgi, pendidikan, budaya, bahasa, moral, dan beberapa aspek pendukung lainnya. Aspek-aspek inilah yang membentuk pirbadi seseorang dalam hidup sebagai individu maupun sebagai bagian dalam masyarakat.
Saat ini situasi yang dirasakan oleh hampir semua manusia diberbagai negara adalah situasi Pandemi. Hadirnya virus Corona yang masuk kebilik realitas manusia membuat semua menjadi kacau atas tindakannya. Secara tidak langsung, ia membuat banyak manusia harus membatasi dirinya dengan memperhatikan akan protokol kesehatan agar tidak menjadi ‘sarang berkembangnya’ virus ini. Pemerintah mengambil tindakan yang cukup tegas untuk kebaikan dan keselamatan warganya, dengan memberikan kebijakan-kebijakan yang selalu terbaharui tiap situasi yang ada (bergantung pada situasi dan kondisi). Beberapa aspek kehidupan yang dulunya membutuhkan waktu untuk dilaksanakan pada area luar rumah, sekarang harus dibatasi dan mau-tidak mau harus menaati peraturan yang ada, agar tetap bertahan dalam situasi yang ‘menyebalkan’. Beberapa aspek kehidupan manusia yang ikut menjadi ‘imbas’ atas corona, diantaranya:
Kesehatan: Aspek Terpenting Dalam Hidup Manusia.
Bagi sebagian besar orang melihat kesehatan bukanlah suatu hal yang penting dalam hidup sebelum adanya Pandemi. Mereka memandang bahwa kesehatan tiap orang bergantung pada pola hidup mereka dan situasi lingkungan disekitar. Adanya pandemi dan virus corona yang masuk dalam hidup manusia, membuat aspek ini menjadi fokus utama dalam kajian pemerintah. Mulai dari edukasi terkait virus yang ada sampai pada anjuran untuk menaati protokol kesehatan dengan menerapkan sistem 3M: memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan adalah langkah pemerintah demi mencegah penyebaran wabah ini dalam masyarakat. Disamping itu sebelumnya kebijakan untuk tidak berkontak fisik dan penerapan sistem PSBB masih berlanjut hingga detik ini.
Sayangnya beberapa hal yang nampak dalam fenomena menyisahkan pro dan kontra tersendiri dalam upaya penanganannya. Di samping harapan banyak masyarakat yang ingin segera terbebas dari wabah ini, masih ada beberapa permasalahan yang tidak banyak meninggalkan beberapa kesedihan dari berbagai kalangan. Ketatnya peraturan dalam lingkup kesehatan membuat beberapa kalangan merasa disulitkan dengan aturan dan sistem kesehatan yang tujuannya agar tidak menyebarkan virus ini demi menjaga keselamatan satu sama lain. Pada akhirnya keputusan ini masih belum menjadi suatu langkah yang tepat. Mahalnya akan harga dari test-test yang diwajibkan sebelum memeriksakan keadaan fisik yang sebenarnya membuat beberapa pihak dan kalangan dari golongan yang kurang tercukupi merasa terbebani. Tidak heran jika pada akhirnya hal ini membuat orang bersikap enggan untuk bersikap melihat situasi yang ada, dan memilih untuk ‘mengikuti prinsip diri sendiri’.
Ekonomi: ‘Jantung’ Kehidupan Masyarakat
Ekonomi bagi manusia ialah suatu aspek yang penting dalam realitas kehidupan. Dalam berbagai kalangan, ekonomi menjadi hal yang utama untuk tetap bertahan hidup dalam berbagai situasi dan kondisi. Menjualkan barang demi mendapatkan keuntungan untuk pemenuhan hidupnya, dan membeli barang kebutuhan sesuai dengan apa yang dirasa berguna bagi diri sendiri dan keluarga adalah bukti bahwa ekonomi menjadi ‘jantung’ hidup manusia. Ekonomi juga menjadi bagian yang cukup sentral dalam hubungan bilateral antar negara. Lewat kegiatan dan aktivitas ekonomi dalam lingkup besar, secara tidak langsung ada hubungan timbal balik berupa keuntungan dari masing masing pihak. Dari aspek ini, negara dapat dinilai maju atau tidaknya, berkembang secara kualitas ataupun kuantitas.
Ketika adanya wabah yang menyerang hampir semua negara dibelahan dunia, aspek inilah yang dirasa cukup mengalami ‘penurunan yang drastis’ akibat ‘serangan fajar’ dari virus ini. Semua aktivitas yang berkaitan dengan manusia menjadi sesuatu yang dibatasi. Perekonomian yang melibatkan hubungan kerjasama antar negara, baik melalui jalur darat maupun jalur udara dan laut, dihentikan sementara karena ada virus ini. Semua ikut merasakan ‘apes’ nya. Dalam lingkup ekonomi mikro, dampak yang sangat dirasakan adalah kalangan menengan kebawah menjadi semakin sulit. Walau sudah diupayakan bantuan dari pemerintah dengan memberikan beberapa sembako, namun kebutuhan akan barang-barang pokok menjadi suatu hal yang langkah. Hal ini di karenakan banyaknya ‘serbuan’ individu yang membeli barang dengan jumlah yang ‘tidak ramah dengan sesama’ dan akhirnya mereka yang membutuhkan harus menahan itu, dan mencari cara lain demi kebutuhan dirinya dan keluarga.