Mohon tunggu...
Yensi Purwanti
Yensi Purwanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Jember yang sedang menempuh jenjang pendidikan S1 pada program studi Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peningkatan Produktivitas Pertanian Melalui Penyuluhan Pengolahan Lahan di Desa Seletreng

6 Agustus 2024   13:10 Diperbarui: 6 Agustus 2024   13:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di minggu ke-3 kkn 189 universitas Jember berkolaborasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo, untuk mengadakan penyuluhan  mengenai pengolahan lahan di Desa Seletreng, tepatnya di lahan Bapak Suwito, salah satu anggota GAPOKTAN Sumber Urip. Acara penyuluhan ini dihadiri oleh GAPOKTAN, perwakilan petani dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Seletreng, serta para mahasiswa Polbangtan Malang yang saat ini bertugas di Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo.

Pemaparan materi dilakukan oleh Ibu Umi, Ibu Nana, dan Pak Saipul selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di desa setempat. Materi pertama yang diberikan oleh PPL yaitu mengenai pengolahan tanah, meliputi penggemburan tanah, pemupukan, dan pemberian bahan organic untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Materi berikutnya yang dipaparkan oleh Ibu Umi mengenai pembibitan, seperti persiapan benih atau bibit untuk ditanam di lahan. Pada kesempatan ini Ibu Nana juga mengenalkan bibit BK 01 dan BK 02 yang merupakan bibit terbaru dan unggulan di Kabupaten Situbondo, bibit ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia di tahun 2025 karena kualitasnya yang sudah diakui oleh Kementrian Pertanian.

Selanjutnya para PPL mengajak petani terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengecekan pH tanah, dimulai dengan pengambilan sampel tanah yang ada di lahan Bapak Suwito. Tanah tersebut bisa dicek dengan dua cara. Cara pertama dengan menggunakan teknologi modern berupa soil moisture meter pH tester yang langsung ditancapkan pada tanah. Yensi Purwanti, selaku Koordinator Desa Seletreng, juga ikut andil dalam proses pengecekan menggunakan alat tersebut. Namun, karena harganya yang  relative mahal, Ibu Umi juga memberikan alternatif lain untuk pengukuran pH tanah secara tradisional menggunakan kunyit. Sampel tanah yang sudah diambil dilarutkan dengan segelas air lalu didiamkan selama 10 menit hingga tanah sepenuhnya sudah mengendap. Kemudian kunyit yang sudah dikupas dicelupkan ke dalam air hasil endapan tanah selama 30 detik. Warna kunyit menjadi indicator penentu pH tanah. Kunyit berwarna lebih gelap menandakan tanah bersifat basa dan berwarna lebih terang jika tanah bersifat asam. Hasil pengecekan pH tanah akan menentukan perlakuan apa yang harus diberikan pada tanah tersebut.

Diakhir pertemuan ini, para petani juga aktif bertanya kepada PPL mengenai bagaimana pengolahan lahan yang baik dan benar. Kami harap melalui program ini, petani mendapatkan pengetahuan baru yang bisa diterapkan ketika bekerja di lahan.

Informasi lebih lanjut mengenai program-program serta kegiatan KKN kelompok 189 dapat di akses melalui media sosial kami.

Instagram: @kkn_189_seletreng

Tiktok: @kkn_189_seletreng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun