Mohon tunggu...
Yenny Teng-Lee
Yenny Teng-Lee Mohon Tunggu... -

Live in CA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membela Anggito Abimanyu

11 Maret 2014   10:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya menulis artikel ini karena saya ingin mengingatkan UGM dan rakyat Indonesia bahwa Anggito Abimanyu adalah aset yang bernilai tinggi bagi UGM dan rakyat Indonesia dan tuduhan plagiat terhadap Anggito  tidak konsisten dengan karakter beliau dan tidak masuk akal.

Saya bekerja sebagai asisten peneliti Anggito Abimanyu di Pusat Antar Universitas UGM (PAU) ketika saya masih menekuni pendidikan S1 di bidang Akuntansi, UGM. Mas Titok, begitu saya dan kolega lainnya memanggil Pak Anggito, juga adalah pelatih tim putri basket ball UGM dimana saya adalah salah satu anggota tim tersebut. Pak Anggito dan saya sering berinteraksi dalam pelatihan basket ball dan proyek penelitian di PAU.

Saya berpendapat tuduhan plagiat terhadap Pak Anggito itu tidak konsisten dengan karakter Pak Anggito karena pertama, selama mengenal Pak Anggito, saya tahu beliau tidak pernah mem-plagiat atau menyontek tulisan orang lain.

Kedua, beliau itu tidak perlu mem-plagiat tulisan orang lain. Bukan hanya karena Pak Anggito itu adalah salah satu dari beberapa orang Indonesia yang mendapatkan gelar Doctor (S3) dari Amerika Serikat pada usia yang sangat muda, beliau itu juga luar biasa pintar.

Kemampuan berpikir Pak Anggito itu benar-benar luar biasa. Otak beliau selalu bekerja mencari pemecahan masalah atau menelorkan ide-ide baru. Misalnya, beliau menelorkan gagasan kerja sama antara UGM dengan Bank Dunia dan organisasi international lainnya melalui penterjemahan buku-buku, penjualan data ekonomi dalam kemasan yang berbeda, dan mempetakankan biaya distribusi barang-barang di Indonesia.

Memang benar seperti manusia lainnya, Pak Anggito memiliki kelemahan juga. Meja kerja beliau sering berantakan. Banyak sekali kertas-kertas dan buku-buku bertebaran di kantornya. Beliau selalu sibuk. Anda bisa bayangkan ribuan file-file komputer dari berbagai topik yang disimpan dalam komputer beliau. File-file tersebut mungkin memiliki nama yang hampir sama atau file tersebut salah diberi nama. Selain itu, dalam proses penulisan sebuah artikel, artikel yang lain atau penelitian sebelumnya sering digunakan sebagai batu susun untuk membangun ide atau aplikasi yang baru. Jadi bisa dibayangkan bahwa dalam kesibukannya, Pak Anggito khilaf dalam mereferensi kalimat-kalimat tertentu yang dikopi dari artikel yang berbeda.

Ketiga, tuduhan plagiat terhadap Pak Anggito itu tidak masuk akal dari sudut analisa akibat/resiko dan keuntungan (cost benefit analysis) bagi Pak Anggito. Anggito Abimanyu memiliki reputasi baik dikalangan akademisi, pemerintah, dan masyarakat umumnya di Indonesia dan di dunia internasional. Anggito Abimanyu juga memiliki hubungan baik dengan organisasi internasional seperti Bank Dunia yang sudah beliau bina beberapa puluh tahun lamanya. Hasil penelitian beliau juga sudah diterbitkan di jurnal yang bertaraf internasional. Akibat/resiko dari tulisan plagiat bagi Pak Anggito adalah kehilangan reputasi baiknya di semua kalangan yang disebutkan di atas.

Keuntungan paling besar dalam melakukan plagiat tulisan asuransi tesebut adalah beliau mendapat honor dari Kompas sebesar satu atau dua juta rupiah dan nama beliau yang sudah terkenal tersebut dipampang di media cetak Kompas.

Saya berpendapat bahwa keuntungan mem-plagiat tulisan orang lain itu sangat kecil dan resiko/akibat plagiat bagi Anggito Abimanyu itu luar biasa besar dibandingkan dengan keuntungannya. Karena itu, sungguh sangat tidak rasional menuduh Anggito Abimanyu memplagiat tulisan orang lain. Kesimpulan yang lebih rasional adalah beliau khilaf dalam mereferensi tulisan orang lain.

Berdasarkan tiga alasan yang saya uraikan di atas, saya berpendapat bahwa tuduhan plagiat terhadap Anggito Abimanyu itu tidak konsisten dengan karakter Pak Anggito, tidak masuk akal, dan tidak rasional. Saya juga berkesimpulan bahwa kesamaan antara tulisan artikel Anggito Abimanyu dan tulisan Hotbonar Sinaga and Munawar Kasan adalah karena kecerobohan Pak Anggito dalam mereferensi tulisan kedua penulis tersebut.

Jangan biarkan kekhilafan kecil seperti ini mengakibatkan kita lupa bahwa Anggito Abimanyu adalah aset yang bernilai tinggi bagi UGM, rakyat dan negara Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun