Rasanya tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan milik Allah semata. Tidak sedang merangkai kata, hanya sedikit mengingatkan saja. Dulu saya juga pernah muda. Pernah susah sesusah-susahnya, bedanya tidak sampai kebajiran dan pinjam ember tetangga untuk menimba air dari rumah dibuang keluar. Atau tidak juga membeli mobil yang pintunya harus dibuka dari luar... mohon maaf... yang punya cerita seperti itu... pasti sangat tidak menyenangkan. Tapi membacanya lebih berasa seperti bombastis....
Soal kebanjiran? Wow, tinggal di Jakarta di gang-gang sempit, kalau papasan harus miringkan badan biar bisa lewat? Pernahlah... bajir? PASTI lah... tapi kebetulan banjirnya lain, pemilik kontrakan orangnya cerdas, sudah pakai tanggul, jadi aman, banjirnya justru dari genteng-genteng bocor di sana sini dengan lobang tak kalah besar dari gentengnya. Ya bagaimana ga banjir? Mau mbenerin atap takut rubuh, karena kayu-kayunya sudah tua lapuk, ya jadinya nikmati saja. Tetangga ngungsi karena kamasukan air, kita nawu air hujan yang masuk dari bocor tadi. Syahdunya mana hamil besar lagi.... Hmmm ga papa... harus di jalani ya jalani saja!
Masih soal ngontrak yang konon 7jt setahun di bayar Oktober untuk masuk November. Hla Januari sudah diminta untuk tahun berikutnya 8jt, naik ceritanya. Ya ngontrak naik sejuta setahun... anggap aja wajar ya... secara tak punya rumah, ya ikuti aja dulu. Tapi kan parah banget pake baru 2 bulan sudah suruh bayar buat tahun depan. Gimana ceritanya? Kita ngontrak kan karena emang butuh, alias kepepet. Kalo punya rumah ngapain ngontrak?? Yang mboten-mboten saja.
Sopir taksi yang membawa saya pulang kerja suatu sore adalah seorang bapak yang bersahaja. Beliau sudah 10th lebih mengabdi menjadi supir taksi. Dia juga di hadiahi oleh tempatnya bekerja untuk pergi haji... beliau menginspirasi saya yang masih tinggal mengontrak rumah di gang sempit di Jakarta Pusat. Katanya, orang itu harus punya target pencapaian. Bila diperhitungkan dengan benar, hasilnya Insya Allah benar. Nah yang memicu saya adalah kata-kata nya soal rumah, iyalah karena waktu itu saya masih ngontak. Dikatakannya sebagai yang lebih senior dari saya waktu itu, berumah tangga itu nomer 1 adalah rumah. Rumah itu setidaknya harus sudah dimiliki saat anak-anak kita belum lulus SD. Kalau sudah lulus SD, akan sangat sulit menyempatkan dana ke arah sana. Alhamdulillah saya mendengarkan dan mengikuti saran itu.
Senangnya saya sudah bisa membeli rumah dengan sistem KPR 10 tahun, meski jauh dari kota Jakarta, tapi tidak lagi kebanjiran tiap hujan. Atau ditagih-tagih sebelum waktu pembayaran tiba. Rasanya itu 10th yang lalu. Alhamdulillah meski seadanya sudah lunas sekarang. Sudah beda prioritas yang harus di pikirkan.
Saat itu jangan ditanya pergulatan bathinnya. Uang dari mana. Tapi selalu ingat janji Allah selalu benar. Selalu ada kemudahan saat kita sulit. Selalu ada jalan saat kita mencari dan berusaha. Itulah yang saya alami dan saya sangat yakin dialami banyak orang juga di luar sana. Hanya saja versinya beda-beda. Tingkat kesulitan beda dan juga kapasitasnya tidak sama.
Saat punya anak 2 dan hanya punya motor roda 2, asal kami pergi berakhir pekan sekedar jalan-jalan menghabiskan bensin, sebab kalau ke mall nanti lapar mata, uang ga ada, jadi ya sudah jalan-jalan saja ngabisin bensin, anda tahu yang kami alami? SELALU kena pecah ban atau bocor. Ini motornya yang tidak memenuhi syarat atau bagaimana? Saya kurang paham lah soal itu. Tapi saya ingat betul kami beli motor itu baru gres dari dealernya. Tapi itulah yang menimpa kami. Jadi ya.. karena sudah biasa jadi kalau beruntung tidak pecah ban, atau bocor selama bepergian malah berasa aneh, kok ga bocor ya? Â hehehe
Bermula dari kasihan sama anak-anak yang panas kepanasan, basah kehujanan kalau pergi naik motor, saya lalu berangan-angan beli mobil. Saat itu sedang gencar-gancarnya mobil murah 1000cc hanya 60jtan. Saya hanya melihatnya di baliho-baliho di jalan-jalan. Lalu iklannya di TV dan koran. Karena saya tidak mau beresiko dengan mobil second, saya sangat memimpikan mobil murah itu bagaimanapun caranya.
Saya lalu menggambar mobil itu pada kertas, menunjukkan pada anak sulung saya, "INI Mobil MAMA" lalu menempelkannya di dinding yang setiap hari kami lihat. Tahu apa yang terjadi? Tidak lama... sekitar 1-2tahun saya rasa ... saya bisa membeli mobil itu! Hebatnya lagi saya membelinya dengan cara ON-LINE. Saya melihat spec di internet, berbicara kepada marketingnya, lalu saya sampaikan kebutuhan saya: mobil baru, sudah ada ac, 1000cc. Oke itulah standarnya. Oya saya juga bilang soal uang muka yang saya punya dan kesanggupan saya membayar bulannya. Setelah di hitung, saya tidak tahu hitungan persisnya, yang saya tahu saya bayar DP sekian yang saya kirim via bank sesuai yang diberikan dealer, lalu angsuran bulanan sesuai permintaan saya, saya sanggup 3 tahun waktu itu, dan mobil pun dikirim ke rumah saya. Dan itulah pertama kali saya lihat mobil saya. Mobil yang saya beli tanpa saya lihat dulu, tidak pernah saya lihat fisiknya, kelengkannya... Itulah mobil pertama saya yang akhirnya terparkir di carport rumah saya. Itu MOBIL BARU! hore!!!!
Jadi keluaga muda, serendah apapun gaji yang dimiliki, utamakan rumah. Kalau rumah sudah dimiliki, maka lain-lain menyusul pelan-pelan. Jangan menyerah dan merasa ga mampu. Katakan pada diri sendiri kalau kita mampu. Tidak usah khawatirkan apapun, sekali kita teguh melangkah, tetap tegak dan maju, berdoa, berusaha... BISA!!! Jangan remehkan cita-cita sendiri, kalau perlu gambar dan canangkan dalam hati dan pikiran apa yang ingin dicapai.. kelak saatnya tiba sadar tidak sadar akan ada dorongan untuk fokus pada pencapaian itu.
so..good luck ya friend...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H