Mohon tunggu...
Yenny r maulid
Yenny r maulid Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mari belajar bersama✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembentukan Konsep, Logika, dan Pengambilan Keputusan

1 Oktober 2020   12:47 Diperbarui: 1 Oktober 2020   12:55 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Manusia tidak dapat lepas dari yang namanya berfikir, nama lain dari yang namanya memproses sebuah informasi. Berfikir merupakan proses yang membentuk representasi mental baru memulai transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, penalaran, pemecahan suatu masalah logis, pengabstrakan, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan.

Pembentukan konsep seperti ini 90% oang sudah menyiapkaj ndan 10%nya ada pada pelaksanaannya. Bagaimana kita membentuk sebuah konsep dan logika yang tepat untuk mengambil keputusan yang tepat pula karena jika tidak tepat, maka dapat mengambil pelajaran disana.

Bagaimana dengan pembentukan konsep sendiri? Sebenarnya istilah pembentukan konsep cakupannya lebih mengerucut dibanding dengan istilah berfikir. Pembentukan konsep lebih mengarah pada pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan suatu ide atau sasaran objek. Pembentukan konsep diawali dengan penggambaran mental, ide atau proses. Hal tersebut dimulai dengan memilih hipotesis terlebih dahulu, atau memilih dan memastikan strategi yang mau di ambil yang paling tepat dan sesuai dengan objek penyelidikan atau kasus kita.

Pembentukan konsep sendiri berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Yang pertama kita dapat menggunakan model asosiasi, yaitu terori pembentukan tertua dan berpengaruh. Pembelajaran konsep ini adalah hasil dari menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus, dengan respon yang mengidentifikasinya sebagai sebuah konsep.

Kemudian ada pengujian hipotesis, Bruner Goodnow, & Austin (1956) dalam buku A Study of Thinking, memperkenalkan analisis hasil metodologi sederhana dalam pembentukan konsep. Tahap awal dalam pembelajaran konsep adalah memilih hipotesis/strategis yang konsisten dengan objek penyelidikan.

Sementara dalam berfikir, tentunya membutuhkan ilmu berfikir, nah hal ini yang dinamakan logika. Setiap orang mungkin berbeda-beda karena pemikiran mereka berbeda meskipun mereka sama-sama sedang berfikir. Tentu hasilnya ada yang berfikir logis, ada juga yang tidak logis. Aristoteles memperkenalkan system penalaran atau validasi argument yang dinamakan silogisme. Silogisme memiliki 3 langkah: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Konklusi diperoleh ketika penalaran silogistik diakui valid, jika premis-premisnya akurat dan bentuknya benar.

Contoh yang dapat di ambil adalah:

Premis mayor: tumbuhan mawar adalah salah satu jenis makhluk hidup
Premis minor: seluruh makhluk hidup bisa mati
Konklusi: oleh karena itu, tanaman mawar bisa mati

Adapun 4 kemungkinan logika deduktif menurut Johnson-Laird, 1995) yaitu:
kesimpulan relasional berdasarkan perangkat logis dari hubungan sebagai:  lebih dari, di sebelah kanan dari, dan setelah
kesimpulan preposisional berdasarkan negasi & dalam koneksi seperti jika, atau, & dan
silogisme berdasarkan pasangan premis yang masing-masing berisi pemberi sifat tunggal seperti seluruh atau sebagian
menjumlahkan kesimpulan kuantitatif berdasarkan premis yang berisi lebih dari satu kesimpulan

bentuk penalaran silogistik dasar seperti semua A adalah B, semua C adalah B, jadi seluruh A adalah C. biasanya pemecahan silogisme ini dilakukan dengan menggambar diagram Venn.

Membahas tentang pengambilan keputusan dalam kehidupan nyata, dialog penalaran dalam kehidupan, manusia bisa masuk dalam percakapan yang melibatkan argumentasi. Ada juga buah pikiran yang keliru dan reifikasi, maksud dari reifikasi suatu ide yaitu menganghap bahwa ide itu nyata padahal sebenarnya ide tersebut bersifat hipotesis atau metafora. Selanjutnya ada juga argument yang menggunakan paksaan dan kekuatan, menggunakan kekuasaan dan ketenaran. Ada juga argumen manusia jerami yaitu membangun suatu argumen yang lemah dan menghubungkannya dengan orang lain sehingga bisa mengalahkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun