Mohon tunggu...
Yenny Kristanto
Yenny Kristanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

I enjoy the smell of popcorn in the cinema, I love the scent of a newly opened book, and I am fascinated by the aroma of gas petrol. I cherish the giggling of those pair of rounded eyes filled with curiosity. I wonder how not to be grateful for each and every simple thing because there's always beauty in it. As failures and successes transform into bridges I'm learning to walk on the path that I've taken and trusted its process to the universe. Be continuously unstoppable in learning and spreading kindness. At the end of the day, love and teachings are the true legacies.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kontribusi Maria Montessori dalam Pendidikan

22 November 2022   09:15 Diperbarui: 23 November 2022   09:10 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Our aim is not merely to make the child understand and, still less to force him to memorize, but so to touch his imagination as to enthuse him to his innermost core” Maria Montessori.

Bagi banyak orang Maria Montessori bisa diibaratkan mercusuarnya pendidikan modern pada masanya bahkan hingga sekarang ini. Metode Montessori sendiripun telah memberikan banyak  inspirasi pendidikan contohnya kepada Ki Hajar Dewantara sewaktu masa pengasingannya di negeri Belanda sehingga ia dapat adopsi dan sesuaikan dengan norma dan budaya Indonesia pada waktu itu.

Maria Montessori adalah seorang pendidik, ilmuwan, dan dokter perempuan pertama di Italia. Ia lahir pada 31 Maret 1870 dan menghembuskan napas terakhir pada tanggal 6 Mei 1952. Maria dibesarkan dari sebuah keluarga yang terpandang, tetapi itu tidak lantas menjadikan ia seorang anak yang manja, sebaliknya ia dididik agar menjadi anak yang mandiri dan penuh disiplin. Walaupun begitu, hal tersebut tidak mengurangi kasih sayang ibunya kepada Maria kecil.  

Maria sedari kecil sudah menunjukan dedikasinya kepada kaum miskin dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Setiap hari dia merajut untuk dapat diberikan kepada anak-anak yang kurang beruntung.  Ia juga berteman dekat dengan gadis tetangga yang memiliki kelainan fisik. Sejak berumur 12 tahun Maria sudah bisa menentukan edukasi yang tepat untuk dirinya. Pada waktu itu ia sangat menyenangi Matematika, sehingga ia memutuskan untuk belajar Engineering, kemudian ia menghadiri sekolah yang kesemuanya adalah murid laki-laki. Setelah beberapa waktu berlalu minatnya berganti ke Biologi dan akhirnya ia memutuskan untuk mempelajari ilmu pengobatan.  Berkat kecerdasan dan kegigihannya Maria mampu lolos menjadi mahasiswi pertama kedokteran di Italia. Pada saat itu ia menerima banyak bea siswa. Di waktu luangnya ia juga memberikan les privat. Kepiawaiannya membuat banyak para mahasiswa pria cemburu sehinggga hampir terjadi bullying, tetapi berkat rasa humornya ia berhasil mengatasi itu semua. 

Di dalam perjalanannya menjadi Dokter, ia banyak menemui anak-anak berkebutuhan khusus, ia berusaha mempelajari dan memahami tingkah dari anak-anak tersebut. Sampai pada akhirnya ia berkesimpulan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus tetap bisa dididik melalui sebuah pengajaran yang tepat tanpa perlu diisolasi dari anak-anak normal lainnya, karena ini bukan cuma masalah mental tetapi pedagogi juga memiliki peranan yang penting.

Metode Montessori adalah salah satu metode yang terbilang paling ideal dalam pendidikan anak-anak.  Metode ini mendukung kebebasan anak untuk memilih, menghargai hak anak, fokus dalam pembentukan karakter, kemandirian dan kedisiplinan anak. Peran guru tentunya masih sangat dibutuhkan tetapi fokusnya adalah student center bukan teacher center. Montessori juga berfokus kepada kegiatan eksplorasi sehingga anak diharapkan mampu berpikir kritis, penuh inisiatif dan mampu mengkoreksi kesalahannya sendiri. Disini anak didorong untuk lebih mencintai dan menghargai alam, anak diarahkan untuk menjadi anak yang aktif dalam kegiatan fisik secara outdoor bukan menjadi indoor generation yang kesehariannya sibuk dengan gadget.  Di dalam metode Montessori, diajarkan konsep dasar secara konkrit melalui media-media pembelajaran yang telah di desain khusus terutama untuk pelajaran Mathematics, Science, Language dan keahlian dasar dalam keterampilan yang meliputi tugas sehari-hari seorang anak di rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci, memasak dan menjahit. Di dalam metode Montessori anak banyak diajarkan mengenai self-regulation dan dididik untuk menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sehingga ia melaksanakan tugasnya dengan kesadaran penuh tanpa adanya iming-iming reward atau punishment.

Banyak bukti keberhasilan metode Montessori yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Sebut saja, Mawar seorang anak Down Syndrome, pada masa awal pembelajaran ia banyak melewati masa-masa sulit untuk beradaptasi secara sosial dan akademis dengan teman-teman sebayanya. Setelah melalui tahun-tahun yang penuh lika-liku akhirnya, Mawar bisa belajar mandiri, ia mampu bersosialisasi dengan baik, ia mampu membaca dan menulis dalam Bahasa Inggris, bahkan ia mampu melakukan presentasi sendiri di kelas. Sungguh sebuah prestasi yang mengharu-biru terutama untuk para guru yang pernah mengajar dan mendampingi Mawar. Contoh kedua, sebut saja namanya Lily, pada awal masa pembelajaran Lily adalah anak yang sangat pendiam, setiap guru memanggilnya ia hanya diam seperti orang tidak mendengar. Penasaran, pada saat itu penulis menghampirinya dan mengajaknya bicara, mengapa ia hanya diam ketika dipanggil. Lalu ia menyibakkan rambut panjangnya. Ternyata kondisi telinganya tidak seperti telinga pada umumnya. Daun telinga Lily rapat menutupi saluran pendengaran. Seiring berjalannya waktu, Lily berhasil menumbuhkan kepercayaan dirinya, ia tidak lagi menutupi kekurangannya dengan rambut panjangnya. Ia tidak ragu untuk meminta guru atau temannya berbicara lebih keras agar ia bisa mendengar.  

Suatu hal yang sangat diapresiasi adalah ketika semua anak bisa saling menghargai satu sama lain dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka. Anak-anak saling membantu, mengerti,  dan berempati kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Jadi disinilah bisa disimpulkan bahwa terciptanya suatu ekosistem pendidikan yang sehat berkat sebuah metode yang tepat. The analogy of a child’s potential can be associated with a rainbow. The reflection of a rainbow depends on the amount of light and raindrops. If a rainbow is not seen from the correct angle or perspective, some of the beautiful colors might not be seen at all (Cloete, 2005).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun