Intelegensi berasal dari kata latin "intelligere" yang berarti mempertautkan atau menggabungkan. Kecerdasan adalah kemampuan untuk bereaksi dengan cepat dan akurat, baik secara fisik ataupun mental, berkenaan penngetahuan baru, sehingga menjadikan pengalaman dan pengetahuan yang ada tersedia untuk digunakan ketika menghadapi tantangan, peristiwa atau kondisi baru. Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut Intelligence dan dalam bahasa Arab az-zaka berarti interpretasi, kecekapan dan totalitas terhadap sesuatu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti perkembangan intelektual dan mental yang sempurna untuk berpikir, memahami atau tajam. Kecerdasan sendiri dapat dipahami sebagai sesuatu yang cerdas, terutama totalitas perkembangan mental seperti kecerdasan dan kedahsyatan mental. Kecerdasan enosional menurut Daniel Goleman adalah suatu kemampuan bagaimana mengendalikan emosi diri sendiri, membangkitkan semangat diri sendiri, dan membangun hubungan yang baik terhadap orang lain. (Daniel Goleman, 2007). Sementara itu, Salovey dan Mayer mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional sebagai kesanggupan mengetahui emosi, mengakses dan menciptakan emosi untuk berfikir, mendalami emosi dan kegunaannya, serta menanggulangi emosi secara meluas untuk dapat berkontribusi pada barisan emosi dan cendekiawan. (Lauw Tjun Tjun, dkk, 2009) Kecerdasan emosional berperan penting dalam memajukan kinerja dan kejayaan seseorang. Kecerdasan emosional yang sebanding dengan kebahagiaan pribadi akan memajukan hal positif pada diri seseorang karena kecerdasan emosional dapat menegakkan tindakan dan kerutinan positif, membenahi emosi dan membentuk nilai-nilai positif dalam diri seseorang sehingga individu dapat menggapai kebahagiaannya. Kecerdasan emosional juga sangat tergerak oleh lingkungan, tidak tetap dan mampu berubah sewaktu-waktu. Sebab kecerdasan emosional adalah kekuatan "mencermati" emosi yang dibisikkan dan menggunakannya menjadi awal pemberitahuan yang penting dalam menafsirkan diri sendiri dan orang lain untuk menggapai Haluan. Kecerdasan emosional mengacu pada kecakapan kita dalam mendapati emosi diri sendiri dan orang lain, kemampuan kita untuk mendorong diri sendiri, dan kemampuan kita untuk secara efektif mengatur emosi dalam diri sendiri dan dalam jalinan kita dengan orang lain. (Daniel Goleman, 2007).
-Menurut teori Goleman, ciri-ciri kecerdasan emosional masuk dalam 5 (lima) bagian sebagai berikut:Â Â
a. Kesadaran diri, yaitu mendapati bagaimana perasaan kita pada saat tertentu dan menetapkannya untuk mengarak pengumpulan kepastian kita sendiri, mempunyai kriteria praktis atas kecakapan kita dan itikaf diri yang kuat.Â
b. Pengaturan diri, yaitu mengelola emosi agar berakibat positif berkenaan penerapan kewajiban, paham berkenaan hati nurani dan dapat mengundur kesenangan sebelum menggapai target dan dapat memulihkan perasaan stres fisik. c. Motivasi, yaitu khususnya menghabiskan harapan luas kita untuk memotivasi dan memandu kita menghadapi tujuan, mendukung kita menjadi proaktif, berbuat efektif, dan bersikukuh dalam melawan keputusasaan dan kekecewaan.Â
d. Empati, yaitu khususnya menikmati apa yang orang lain alami, mahir mencerna sudut pandang mereka, membina hubungan berkeyakinan, dan bergaul dengan orang-orang yang beragam.
 e. Keterampilan sosial, yaitu khususnya mengetahui cara mengelola emosi dengan baik di hadapan orang lain dan teliti membaca keadaan, jejaring sosial, serta berkait dengan lembut.
- Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional terbagi menjadi banyak arah kesanggupan yang melatihnya. Perspektif kemahiran kecerdasan emosional bervariasi dari profesional ke profesional, tergantung pada perspektif dan pemahaman. Menurut Salovey, kecerdasan emosional memiliki 5 aspek utama, yaitu:Â Â
a. Mengenali emosi sendiri, yaitu: Mengidentifikasi emosi diri sendiri adalah kecakapan mengidentifikasi emosi yang muncul.Â
b. Mengelola emosi, yaitu: Manajemen emosi merupakan kecakapan pribadi dalam mengelola emosinya supaya bisa diungkapkan dengan pas, kemudian tergapai keserasian dalam diri sendiri.
 c. Memotivasi diri sendiri, yaitu: Pengendalian emosi mencegah dari keriangan dan membatasi keinginan adalah dasar kesuksesan di banyak bidang.Â
d. Mengenali emosi orang lain, yaitu: Menandai emosi orang lain disebut saja dengan belas kasihan. Orang yang berempati lebih lihai mendeteksi isyarat sosial terpaku yang menandakan apa yang diperlukan atau diinginkan.
 e. Membina hubungan, yaitu:Kesanggupan membangun ikatan merupakan keahlian yang mendukung reputasi, keunggulan, dan kesuksesan interpersonal.
 Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Deretan manusia sangat rentan oleh dua komponen yaitu internal dan eksternal, mengartikan bahwasanya sejumlah komponen yang memengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: a. Faktor otak Mengungkap cara otak menyediakan letak khusus bagi amigdala sebagai pelindung emosi, pelindung yang dapat membajak otak. Amigdala bertindak sebagai seperti gudang kenangan emosional dan karenanya bermakna secara emosional. Kehidupan tanpa amigdala adalah aktivitas tiada arti apa pun.Â
b. Faktor Keluarga Dorongan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mendalami emosi, yaitu belajar memikul dan merespon emosi diri sendiri dengan memikirkan emosi tersebut. Orang tua khususnya memegang kewajiban dalam rangkaian kecerdasan emosional anak. Goleman percaya bahwa lingkungan keluarga adalah sekolah pertama yang mengajarkan emosi. Pembelajaran emosional terjadi tidak tidak hanya melalui apa yang dikatakan dan digarap orang tua secara langsung kepada anak-anaknya, tetapi juga lewat contoh-contoh yang mereka alokasikan terhadap emosi mereka sendiri atau perasaan yang sering timbul antara suami dan istri. (Patricia Pramuditha Novitasari, dkk)Â
c. Lingkungan sekolah Guru mengatasi kedudukan dalam menebarkan kapasitas anak mengarungi gaya kepemimpinan dan cara pengajarannya supaya kecerdasan emosional berkembang dengan sempurna.
Menurut Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional dalam buku berjudul Kecerdasan Emosional merupakan pedoman dalam menemukan visi ilmiah di bidang emosi. Dan mengembangkan kemampuan mengendalikan impuls emosional, membaca emosi terhadap orang lain dan menjaga hubungan sebaik mungkin. Mempelajari kecerdasan emosional juga dapat membangun hubungan, suatu keterampilan yang dapat meningkatkan ketenaran, kepenanggung jawaban, dan kesuksesan antar individu. Dan orang yang menguasai keterampilan ini dengan sempurna akan berhasil dalam bagian apa pun karena mereka dapat memercayakan kelancaran interaksi dengan orang lain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H