Mengajarkan ejaan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bukan sekadar urusan menghafal aturan. Proses ini adalah langkah awal membentuk kemampuan literasi anak, yang akan mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berpikir maju. Namun, dalam praktiknya, ejaan sering kali dianggap sebagai pelajaran yang kaku dan kurang menarik. Â
Tantangan dalam Mengajarkan Ejaan
1. Pergeseran Fokus Pembelajaran
Di era digital, pembelajaran lebih banyak berfokus pada keterampilan teknologi dan komunikasi cepat. Akibatnya, aspek mendasar seperti ejaan kerap terpinggirkan. Guru dihadapkan pada dilema antara mengejar kurikulum yang padat dan memastikan siswa benar-benar memahami dasar-dasar ejaan. Â
2. Kesalahan Berulang yang Tidak Dikoreksi
Banyak siswa cenderung mengulangi kesalahan ejaan yang sama, terutama dalam menulis tugas-tugas sehari-hari. Hal ini sering terjadi karena kurangnya perhatian pada detail atau karena kebiasaan menulis informal di media sosial yang terbawa ke dalam penulisan akademis. Â
3. Motivasi Belajar yang Rendah
Pelajaran ejaan sering kali dianggap membosankan oleh siswa karena metode penyampaian yang repetitif. Minimnya elemen permainan atau aktivitas kreatif membuat siswa kehilangan minat, sehingga mereka kurang termotivasi untuk memperbaiki kesalahan ejaan. Â
Solusi Praktis dan Inovatif Â
1. Metode "Cerita Bersambung"
Guru memulai sebuah cerita di papan tulis dengan beberapa kata yang salah ejaan secara sengaja. Setiap siswa bertugas melanjutkan cerita dengan memperbaiki ejaan yang salah sebelumnya. Pendekatan ini melibatkan kreativitas siswa dan mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang ejaan saat menulis. Â
2. Kelas Ejaan Berbasis Peran
Adakan sesi bermain peran di mana siswa menjadi "detektif bahasa" yang bertugas mencari kesalahan ejaan di teks-teks pendek. Dengan menggunakan kaca pembesar mainan atau lencana detektif, siswa akan merasa tertantang untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan. Â
3. Ejaan dalam Dunia Nyata Â
Libatkan siswa dalam proyek menulis surat kepada tokoh masyarakat atau membuat poster kampanye kelas. Dengan cara ini, siswa akan melihat pentingnya ejaan yang benar dalam komunikasi di dunia nyata. Kesadaran ini akan membuat mereka lebih memperhatikan ejaan di setiap tulisan. Â
4. Jurnal Visual Ejaan Â
Berikan siswa buku kecil yang berfungsi sebagai "Jurnal Ejaan". Setiap kali mereka menemukan kata baru atau ejaan yang menarik, mereka diminta menggambarnya dan menuliskan definisi serta contoh kalimat. Kombinasi visual dan tulisan ini memperkuat memori siswa terhadap ejaan yang benar.
Oleh karena itu mengajarkan ejaan di SD bukan hanya soal benar atau salah, melainkan membangun kebiasaan berpikir cermat dan teliti. Dengan menghadirkan metode yang lebih interaktif, personal, dan relevan dengan kehidupan siswa, ejaan bisa menjadi bagian yang dinanti dalam proses belajar. Mari ubah pelajaran ejaan menjadi petualangan bahasa yang seru dan penuh makna!