Mohon tunggu...
Yeni Kartikasari
Yeni Kartikasari Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seminar Pendidikan: Merawat Nafas Produktifitas di Kala Pandemi Melanda

26 Mei 2020   18:05 Diperbarui: 26 Mei 2020   17:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Superior Youth Idealism

Ponorogo- Superior Youth Idealism kembali menyelenggarakan Seminar Pendidikan secara Online guna menebar benih kebermanfaatan di tengah pandemi Covid-19 bagi pelajar dan mahasiswa di seluruh Indonesia secara gratis, Jum'at (22/02/2020)

Acara yang dilaksanakan di grup whatsapp dan live streaming youtube ini, menghadirkan sosok inspiratif yaitu Firman Islami, mahasiswa matematika Institut Teknologi Bandung. Seminar ini dimulai pukul 20.00 dengan antusias peserta yang luar biasa. Dengan mengusung tema "Dongkrak Keajaiban Pikiran dan Perasaan di masa pandemi. Low Keluhan High Kreativitas." Firman membawakan topik yang hangat dan sangat relevan.

Dengan gaya diskusinya yang santai, Firman menyampaikan poin utama yang akan dibahas dalam seminar online tersebut, yakni tentang Produktifitas, Keluhan, dan kebermanfaatan. "Alasan saya memilih topik ini adalah yang pertama, dampak dari virus covid-19 ini sangat luar biasa seperti dalam bidang edukasi dan ekonomi. Yang kedua, kita tidak pernah tahu kapan episode pandemi ini akan berakhir," ungkap Firman.

Lelaki itu memaparkan bahwa produktifitas adalah perbandingan banyak hal yang diberikan dengan hal yang dihasilkan. Ia juga memberikan detail pengibaratan tentang seseorang yang diberikan waktu yang sama, namun digunakan untuk hal yang berbeda,  "Produktif tidak sama dengan sibuk. Produktif itu menghasilkan sesuatu, sedangkan sibuk adalah menghabiskan waktu untuk mengerjakan sesuatu. Inputnya boleh sama tetapi outputnya berbeda," imbuhnya.

Ia berpendapat tentang cara melakukan produktifitas dengan mengklasifikasikan kegiatan, diantaranya: 1) Future Invest, Segala sesuatu yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan di masa depan dan bersifat jangka panjang; 2) Present, segala sesuatu yang mau tidak mau harus dikerjakan dengan segera dan bersifat jangka pendek; dan 3) Catalysts, segala sesuatu yang bisa mendukung kegiatan future invest dan present activity karena bersifat memberikan kedamaian.

Ditengah-tengah berjalannya seminar, tiba-tiba terdengar lantunan ayat suci al quran Q.S Maryam ayat 1-3 dari Firman yang membuat suasana semakin syahdu. Ditambah dengan sedikit cerita mengenai kisah Nabi Zakariya yang meminta dikaruniai anak dari Tuhan selama berpuluh-puluh tahun.

Selanjutnya, Firman menyampaikan tentang keluhan. Ia membagi menjadi dua, yaitu keluhan yang bersifat in control dan keluhan yang bersifat all off control. Keluhan in control adalah segala sesuatu yang bisa dirubah dan berjalan sesuai kehendak, contohnya membersihkan kamar yang berantakan. Sedangkan all off control adalah sesuatu yang tidak bisa dirubah diluar kemampuan manusia, contohnya leptop yang mendadak eror ketika menjelang dadline tugas kuliah.

"Minim keluhan bukan berarti zero keluhan. Keluhan itu tidak mutlak haram, keluhan adalah roda dari inovasi. Kalau manusia tidak punya keluhan berarti mereka tidak belajar dan tidak punya tantangan, sehingga tidak berkembang," tutur Firman yang merupakan Owner of Public Speaking Class tersebut.

Dalam hal meluaskan kebermanfaatan, Firman mengajak para peserta untuk selalu berdoa dan menebar benih kebaikan. "Kita harus punya cita-cita untuk bisa menolong orang lain dimasa depan untuk memberikan sebaik-baiknya kebermanfaatan. Walaupun masih kecil, masih gak punya apa-apa, tetapi kita harus punya mimpi yang besar. Karena jika seandainya cita-cita kita besar, keinginan yang besar pula. Apalagi bermanfaat untuk sebaik-baik insan, sebanyak-banyaknya orang. Maka yang membantu kita bukan hanya diri sendiri tetapi juga Tuhan dan orang-orang dimasa depan," tegasnya Firman

Lelaki yang juga merupakan enterpreneurship itu, kemudian juga berkisah mengenai pengalaman hidupnya ketika bertemu dengan penjual pena yang bisa ditulis nama, namun dijual dengan harga murah. Ia mengenang ketika perjumpaannya dengan seorang bapak tersebut dan membantu untuk memasarkan di marketnya. Sampai pada suatu hari, Firman mendapatkan rezeki dan mampu memberikan penghasilan tambahan untuk bapak tersebut.

Nur Aini, selaku ketua panitia seminar pendidikan mengaku sangat kagum dengan animo peserta yang luar biasa. Ia mengatakan bahwa sampai pada hari H seminar dimulai, masih banyak calon peserta yang mendaftar, tetapi terpaksa ditutup karena kuota sudah full sampai 5 grup. "Luar biasa sekali, pemateri juga welcome dan humble kepada teman-teman serta berbagi materi dengan totalitas," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun