Mohon tunggu...
Yeni Fitri
Yeni Fitri Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandangan Orang Awam, Sosiologi Jurusan Enteng atau Tidak?

14 Mei 2019   00:52 Diperbarui: 14 Mei 2019   01:13 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jurusan memang selalu menjadi daya tarik utama untuk seseorang mengenal perkuliahan.  Sering sekali jurusan menjadi landasan atau tolak ukur menganalisis kemampuan seseorang.  Adakala seseorang berkognisi dengan anggapan Bagus atau buruknya saat seseorang mengambil Jurusan.  Saat SMA kita dikenal dengan jurusan IPA ataupun IPS adapula Bahasa.  Sering sekali perbandingan antara anak IPA lebih dikatakan unggul.  Memang acap kali seperti itu. Tapi tahukan anda jika kita melabeli seseorang walaupun itu hanya sebuah hipotesa kita,  maka hal itu akan benar-benar menempel pada jiwa mereka.  Mereka beranggapan jika pemikiran orang awam hanya akan berputar pada permukaan dan biasanya seseorang yang sudah terlabeli akan merasa bahwa hipotesa itu benar.  


Singkat cerita,  saya adalah mahasiswa Universitas Riau dengan jurusan yan kupilih sendiri yaitu Sosiologi. Bercerita tentang sosiologi pasti berkaitan dengan masyarakat.  Yup!  Anda benar.  Tapi sebagian orang tidak menjadi Hero untuk melanjutkan jurusan itu.  Orang awam yang baru mendengar jurusan sosiologi berpikir,  ah tentang masyarakat!  Buat apa?  Toh kita juga masyarakat.  Pasti mudah masuk jurusan itu.  Orang yang tidak begitu pintar juga bisa masuk ke dalam jurusan itu.  Begitulah kata-kata tentang jurusan yang kupilih

Rasanya berkecamuk,  seperti ada sebuah batu yang tertancap pada hati ini.  Jurusan ini dianggap paling mudah dan enteng, padahal tidak begitu. Semua jurusan mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendri.

Ini adalah gejolaknya, karena label itu aku mulai berpikir. Apakah benar? Ah! Aku sudah terasuki oleh label orang awam itu. Baiklah, aku mulai berikap biasa saja saat memasuki jurusan ini untuk pertama kali ,tidak ada raut yang begitu gembira ataupun sedih. Terlihat biasa.

Setelah pulang kuliah, aku ditanya oleh seseorang tentang jurusan apa yang aku ambil. Alu benar-benar enggan menjawab, bukannya malu, hanya saja aku terlalu tidak berani untuk mengungkapkan kekesalan hatiku jika mereka mulai menganalisa jurusanku kearah yang menjatuhkan. Tapi tetap kujawab pertanyaan itu dengan senyuman walaupun aku sama sekali tidak bisa menerka apa yang dipikirkan oleh mereka saat menerima jawabanku. Aku sangat menyukai jurusan ini,  apalagi saat aku berhasil mendapatkan peluang beasiwa. Aku benar-benar merasa beruntung dan berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikannya kepadaku.

Aku juga merasa patah saat teman-temanku juga berpikir bahwa aku mengambil jurusan yang salah.  Aku tahu mereka membicarakan jurusan yang aku ambil dan beberapa pendapat mereka kurang baik mengenai jurusanku.  Aku tidak tahu harus berbuat apa.  Rasanya benar-benar termakan oleh pendapat mereka.  Tapi aku berusaha membangkitkan kemauan untuk kesempatan yang aku pilih. Aku memilih untuk bertahan dan melanjutkan perkuliahan ini.  Siapa tahu jika kita lebih beruntung lagi daripada mereka yang suka berpendapat tanpa mengetahui isi hati seseorang.  Bukannya ingin marah atau dendam.  Hanya saja terasa sakit jika mereka mulai membangkitkan persoalan tersebut.  Aku memilih untuk melupakan hal itu dan mencoba menyukai pilihanku kembali.

Aku heran, mengapa sering sekali pemilihan jurusan menjadi acuan bagi mereka menilai.  Boleh kan jika jurusannya tidak begitu terkenal tetapi saat dia mempunyai skill, menjadi sukses dengan tuaian yang manis.

Itu semua berawal pada usaha dan kerja keras.  Tidak semuanya kita berakhir dengan menjaring angin yang berarti awalan sia-sia.  Tuhan saja mau menerima usaha yang kita lakukan walaupun sedikit,  mengapa manusia seakan menganggapnya sia-sia? Apakah aku akan menjadi sia-sia jika memilih jurusan sosiologi? Nyatanya tidak begitu.  Semua usaha yang positif akan berbuah manis.

Aku memilih awalan hidup dengan perspektif mereka yang jelek.  Aku belum mendengar hal yang manis tentang jurusanku,  sampai pada suatu waktu beberapa dosen mulai mengenalkan bagaimana hubungannya selama ini dengan jurusan yang diambilnya sebagai dosen sosiologi. Ini benar-benar membantu.  Memberikan motivasi yang baik dan dapat berbangga pula.

Menurutku sosiologi begitu baik untuk dijadikan jurusan.  Kita mengenal lebih dalam karena kita orang dalam dan mereka hanya pihak luar yang hanya dapat berkomentar apa yang dilihatnya dari luar. Jadi jangan terlalu diambil untuk berpikir keras.


Hidup itu adalah pilihan dan kesempatan,  aku berhak memilih sesuatu yan kusukai dan saya sedang diberikan kesempatan itu.  Maka benar-benar sangat beruntunglah aku karena dapat menggunakan platform hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun