Mohon tunggu...
yeni djokdja
yeni djokdja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

free on my mind

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cinta dalam Tatap Mata Charis

6 Mei 2013   12:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:01 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Charis adalah nama anak lanangku, sekaligus teman tidurku selama 22 bulan terakhir ini. Pria kecil yang mulai beranjak "dewasa", dimana seringkali aku merindukan masa-masa bayinya.

Ini hal lumrah dalam romantisme para ibu... Ketika anak masih bayi, tiba-tiba ibu  seperti terpenjara di rumah sendiri, tak bisa beraktivitas di luar rumah karena bayinya membutuhkan kehadirannya 24 jam (betapa repot pot pot pot...). Namun ketika bayi itu sudah tak lagi bayi, tiba-tiba ibu (terutama aku) merasa sangat takut, mengapa waktu ini cepat sekali berlalu... Beberapa bulan lalu ia bebas kupeluk kapan saja, selama atau sesebentar apa, lemah tanpa kuasa menendang..., tetapi sekarang, baru dipeluk sebentar saja sudah ngacir tak tahu ke mana sambil berceloteh mendekati mengomel tak ada arti... (alangkah lucunya...). Jika 22 bulan ini saja dia sudah tiba-tiba tumbuh "dewasa", rasanya tak berani aku membayangkan jika ia benar-benar sudah tinggi besar bercambang. Hiks... anak mama....

Charis memiliki mata yang indah. Kelihatan hidup dan menarik perhatian (eye catching banget). Aku suka menatap matanya, untuk memastikan ada cinta untukku di sana. Parno...parno...parno. Apakah kemudian aku menemukan kepastian? Malangnya, entah aku ibu yang kurang peka atau bagaimana, seringkali aku tak menjumpai apa yang kucari. (Lagipula mana mungkin aku diberi banyak kesempatan oleh dia untuk bertatap mata lama-lama? Baru berpandangan sebentar saja, sambil tersenyum ia sudah buru-buru pergi ke sana kemari sepertinya sangat sibuk...).

Tetapi, dari pandangan mata yang sebentar itu, satu kepastian yang kudapatkan... ada cinta di kedua matanya. Cinta Tuhan kepada dia, cintaku, cinta papanya... Itu adalah kepastian. Semoga cinta yang melimpah kepada dia tersebut dapat berbuah lebat. Ia tumbuh dengan cinta yang besar kepada Tuhan, kepadaku, kepada papanya, dan kepada sesama... Ya, saat ia sudah besar, gagah, bercambang nanti, kiranya ia memiliki hati yang penuh dengan cinta. Aminnnn.... Hiks... anak mama....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun