ombaknya kecil tapi mengikis bebatuan, airnya keruh tersadur rindu didalamnya. matanya mengeluarkan air, hatinya sedih tak terkira. kepalanya dipenuhi pikiran, pundaknya di isi beban. gadis yang selalu berpikir hidupnya tidak akan lama, gadis yang sedang tidak beruntung di kisahnya. inginnya memutar waktu, naas tergerus rindu. inginnya kembali, naas tidak peduli. butuh dekapan dari orang yang sama, hingga mata terlelap. perasaan kesepian yang sering menghampiri, membuatnya hampir depresi. butuh pendamping, tapi sayang semuanya menghilang. rindu yang menyerang gadis itu membuatnya kewalahan, apa yang harus diperbuat? terjun dari lantai 2? lari ketengah jalan raya? minum cairan obat nyamuk? atau memotong nadi? pikiran sialan.
bukan, ini bukan perihal sepele. menerjang rindu, bahkan mengaku pun menjadi salah. salah karena gadis itu menyimpan rindu, salah karena gadis itu mempunyai harapan, salah karena gadis itu terlalu naif. lalu bagaimana gadis itu memiliki kembali kebahagiaannya yang telah lalu? merebut kebahagiaan orang lain? atau berdiam diri dan lagi-lagi mengharapkan kebahagiaan itu datang dengan sendirinya? semuanya terasa sesak dan menyiksa, memang seharusnya rindu itu dibuang jauh-jauh, memang seharusnya rasa sayang itu tidak terlalu dalam, memang seharusnya tidak mempunyai harapan yang tinggi, memang seharusnya hanya percaya kepada diri sendiri. gadis malang yang sedang berperang menahan rindu yang menjulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H