Mohon tunggu...
Yeni Angraini
Yeni Angraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Pribadi yang gemar menulis sajak ketika sedang putus cinta, membaca novel ketika sedang kesepian, menonton drakor disaat bosan dengan keseharian, dan mendengarkan happy asmara walaupun asmara kacau.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Analisis terhadap efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Community Development

6 Januari 2025   14:07 Diperbarui: 6 Januari 2025   14:07 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corporate social responsibility or CSR business projects outline diagram 

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang telah menjadi bagian integral dalam strategi bisnis modern. CSR tidak hanya tentang kepatuhan terhadap hukum atau filantropi, tetapi juga tentang tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Salah satu aspek penting dari CSR adalah community development, yaitu pengembangan komunitas lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Artikel ini membahas hubungan antara CSR dan community development, peran keduanya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, serta studi kasus implementasi CSR yang berhasil dalam pengembangan komunitas.

Dalam era globalisasi dan kesadaran sosial yang semakin meningkat, perusahaan dituntut untuk tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. CSR telah menjadi kerangka kerja yang memungkinkan perusahaan untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Salah satu fokus utama CSR adalah community development, yang melibatkan investasi dalam pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi komunitas lokal. Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi instrumen strategis dalam mendukung pembangunan komunitas lokal melalui berbagai program community development. Namun, efektivitas program CSR sangat bergantung pada desain, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan. Artikel ini menganalisis elemen kunci yang menentukan keberhasilan program CSR dalam community development, termasuk identifikasi kebutuhan lokal, partisipasi masyarakat, kerangka kerja keberlanjutan, serta kolaborasi dengan pemangku kepentingan. Studi kasus dari beberapa perusahaan multinasional dan lokal disajikan untuk memberikan gambaran praktis implementasi CSR yang efektif.

Pada dasarnya Corporate Social Responsibility atau biasa disebut CSR merupakan bagian dari kegiatan perusahaan yang diadakan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan seperti terhadap masalah-masalah yang berdampak pada lingkungan seperti polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Hal ini juga sama seperti yang dituliskan didalam UU nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 1 ayat 3 yang menyatakan sebagai berikut. "Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya."

Pada program yang dijalankan, CSR perlu melibatkan masyarakat didalamnya karena masyarakat adalah salah satu entitas dari sekian banyak hal yang menjadi perhatian oerusahaan selain itu masyarakat juga bisa menyumbangkan ide, aspirasi dan pandangan mereka mengenai harapan dan tujuan masing-masing. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bagian integral dari strategi bisnis modern, dengan tujuan utama menciptakan nilai bersama bagi perusahaan dan komunitas lokal. Dalam konteks community development, CSR bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui investasi di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan infrastruktur. Namun, keberhasilan program CSR tidak selalu tercapai, terutama ketika tidak ada sinkronisasi antara kebutuhan masyarakat dan prioritas perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) sering dipromosikan sebagai strategi perusahaan untuk berkontribusi pada pembangunan komunitas dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Namun, efektivitas CSR dalam pengembangan komunitas sering kali dipertanyakan. Artikel ini mengkaji kritik-kritik utama terhadap implementasi CSR dalam konteks community development, termasuk ketidaksesuaian program CSR dengan kebutuhan lokal, pendekatan top-down, motivasi perusahaan yang bersifat PR (public relations), dan keberlanjutan program. Analisis ini memberikan wawasan tentang bagaimana CSR dapat ditingkatkan agar benar-benar memberikan manfaat bagi komunitas yang dilayani.

Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi tren global dalam strategi bisnis. Banyak perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk mendukung pengembangan komunitas melalui pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan infrastruktur. Namun, pertanyaan besar muncul: apakah CSR benar-benar memberikan dampak positif bagi komunitas lokal, atau hanya menjadi alat pemasaran perusahaan? Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kritik-kritik terhadap implementasi CSR, khususnya dalam konteks community development.

Kritik Utama terhadap CSR dalam Community Development

  1. Ketidaksesuaian antara Program CSR dan Kebutuhan Lokal Salah satu kritik terbesar terhadap CSR adalah bahwa program yang dirancang sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan komunitas lokal. Perusahaan cenderung mengadopsi pendekatan seragam (one-size-fits-all) tanpa memperhatikan konteks lokal, budaya, dan aspirasi masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan program CSR kurang relevan dan berdampak kecil pada pengembangan komunitas.
  2. Pendekatan Top-Down Banyak program CSR didesain dan diimplementasikan menggunakan pendekatan top-down, di mana perusahaan menentukan prioritas dan arah program tanpa melibatkan komunitas secara signifikan dalam proses perencanaan. Akibatnya, masyarakat lokal merasa tidak memiliki program tersebut, yang mengurangi partisipasi dan keberlanjutan program dalam jangka panjang.
  3. Motivasi Perusahaan yang Bersifat Public Relations (PR) Kritik lain yang sering muncul adalah bahwa CSR digunakan sebagai alat untuk meningkatkan citra perusahaan daripada benar-benar memberikan dampak sosial. Beberapa perusahaan lebih fokus pada aktivitas yang terlihat baik secara publik (seperti donasi besar atau acara amal) tetapi tidak memiliki dampak jangka panjang bagi komunitas.
  4. Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas Dalam banyak kasus, perusahaan tidak transparan tentang bagaimana dana CSR diinvestasikan dan hasil apa yang dicapai. Hal ini membuat sulit untuk mengevaluasi apakah program tersebut benar-benar efektif atau hanya sekadar formalitas untuk memenuhi regulasi.
  5. Keberlanjutan Program Banyak program CSR bersifat sementara atau proyek jangka pendek tanpa strategi untuk keberlanjutan. Setelah program selesai, masyarakat sering kali kembali ke kondisi awal karena tidak ada mekanisme yang memastikan bahwa manfaat program tetap berlangsung.
  6. Kesenjangan antara Tujuan Ekonomi dan Sosial Perusahaan sering kali berusaha untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi mereka dengan tanggung jawab sosial. Namun, konflik antara kedua tujuan ini dapat mengurangi fokus pada dampak sosial CSR. Beberapa perusahaan bahkan menggunakan CSR sebagai "greenwashing," yaitu menyembunyikan dampak negatif operasi mereka di balik program sosial atau lingkungan yang terlihat positif.

Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan multinasional di sektor pertambangan meluncurkan program CSR untuk mendukung pendidikan di komunitas sekitar tambang. Namun, program ini hanya menyediakan fasilitas sekolah tanpa melatih guru atau memastikan akses terhadap buku dan bahan ajar. Akibatnya, meskipun sekolah fisik tersedia, kualitas pendidikan tidak meningkat secara signifikan karena kebutuhan lain tidak terpenuhi. Meskipun CSR memiliki potensi besar untuk mendukung community development, implementasinya sering kali tidak efektif karena berbagai alasan, termasuk ketidaksesuaian program, pendekatan top-down, dan fokus pada citra perusahaan. Untuk meningkatkan efektivitas CSR, perusahaan harus mengadopsi pendekatan yang lebih partisipatif, berorientasi pada dampak, dan berkelanjutan. Dengan demikian, CSR tidak hanya menjadi alat pemasaran, tetapi juga mekanisme nyata untuk menciptakan perubahan positif di komunitas.

Daftar Pustaka

  1. Blowfield, M., & Frynas, J. G. (2005). Setting new agendas: Critical perspectives on Corporate Social Responsibility in the developing world. International Affairs.
  2. Visser, W. (2006). Revisiting Carroll's CSR Pyramid: An African Perspective. In Corporate Citizenship in Developing Countries.
  3. Banerjee, S. B. (2008). Corporate Social Responsibility: The Good, the Bad and the Ugly. Critical Sociology.
  4. Frynas, J. G. (2005). The false developmental promise of Corporate Social Responsibility: Evidence from multinational oil companies. International Affairs.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun