IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI BANGSA BERBASIS PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Oleh:
Yeni Puji Rahayu, S.Pd
- PENDAHULUAN
- Keragaman Indonesia luar biasa tentang suku, ras, adat dan budaya berdasarkan karakter geografis alamnya. Keragaman ini tentunya juga menimbulkan banyak perbedaan, namun hal ini memiliki dampak positif yaitu tumbuhnya sikap toleransi di tengah perbedaan tersebut. Sikap toleransi ini menjadi kekuatan yang perlu terus dijaga untuk mewujudkan cita-cita dan karakter bangsa.
- Sikap moral menjadi bagian penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara di tengah keragaman dan perbedaan. Penumbuhan sikap moral dapat kita wujudkan dalam bentuk toleransi demi terciptanya keamanan dan situasi damai dalam kehidupan. Sikap moral akan menjadi jembatan dalam menghargai sesama makhluk hidup.
- Pelayanan pendidikan yang layak merupakan upaya dalam mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia. Upaya tersebut untuk memberikan keterampilan hidup agar dapat bersaing dengan generasi penerus bangsa lain. Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan nasional. Seperti yang telah kita ketahui tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 terdapat bunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain itu terdapat pula dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa “pendidikan nasional memiliki fungsi untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan serta karakter untuk membangun bangsa”. Kondisi hal ini menjadi salah satu pertimbangan dan alasan bahwa pendidikan sangat penting dan wajib diperoleh. Pendidikan tidak sekadar memberikan keterampilah hidup tetapi juga membangun menuju manusia yang bertakwa, memiliki akhlak yang baik, berkarakter yang baik dan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki dan menerapkan nilai-nilai demokratis dalam berbangsa dan bernegara.
- Pendidikan Pancasila memberikan warna dalam membangun kesadaran sikap moral dalam bentuk tolerasi sebagai bagian warga negara yang baik. Pendidikan Pancasila memiliki peran untuk memberikan pedoman dimana nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila dapat dijadikan dasar dan pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Pendidikan Pancasila tentu memiliki fungsi yang dapat membentuk maupun mengubah cara berpikir maupun karakter seseorang karena nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Dalam hal ini Indonesia saat ini sedang mengalami krisis moral, dimana terdapat banyak generasi muda yang moralnya rusak yang disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal.
- Fenomena pergeseran karakter generasi bangsa pada beberapa waktu terakhir ini, maka menjadi sangat penting untuk adanya implementasi dan realisasi pembentukan karakter bangsa melalui proses pendidikan. Dalam hal ini, Pendidikan Pancasila dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat menjadi wahana dalam pembentukan nilai karakter bangsa yang mulai terkikis. Dengan kata lain, adanya suatu usaha dalam pembentukan karakter pada mata pelajaran PPKn tercermin kuat pada tiga komponen utama PPKn, pada hakikatnya harus membentuk watak/karakter bangsa. Hal ini merupakan tantangan untuk menunjukan bahwa PPKn sebagai ujung tombak sebagai penguat dalam pembentukan karakter bangsa. Dalam penulisan ini difokuskan pada “IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI BANGSA BERBASIS PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN”
- PEMBAHASAN
1.2.1 Penguatan Pendidikan Karakter
- Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agaria menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. (Depdiknas, 2003).
- Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental. Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.
- Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
- Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane kamil.
- Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak terbatas pada pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik harus mampu menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik dikelak kemudian hari.
- Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang strategis.
- Permasalahan serius yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak.
- Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya
- Program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejalan dengan upaya menyukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang digagas Presiden Joko Widodo. Dalam hal ini, lembaga yang menjadi prioritas adalah pendidikan dasar, mulai dari jenjang PAUD, SD, lalu SMP. (dalam Bistari Basuni, 2021)
- Saat ini, program PPK mulai disambut oleh guru-guru dan kepala sekolah. Terbukti dengan diterapkannya program-program khusus di internal sekolah baik dalam bentuk pembiasaan, kegiatan ekstrakurikuler, maupun kokurikuler.
- Meski dalam pelaksanaannya ada yang sudah maksimal dan ada juga yang belum, namun setidaknya kita melihat seluruh pihak mulai menyadari begitu pentingnya pendidikan karakter dibudayakan untuk anak-anak di tengah kemerosotan akhlak yang dikeluhkan banyak pihak.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah merilis 5 nilai (karakter) utama yang harus diprioritaskan dalam melaksanakan PPK di sekolah. Ini menjadi jawaban bagi sebagian guru yang bingung, mau mandahulukan karakter yang mana untuk dibiasakan pada peserta didik. Sedangkan karakter sendiri jumlahnya banyak (setidaknya ada 18 karakter yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun lalu).
- Kelima karakter utama prioritas PPK di sekolah adalah sebagai berikut.
- a. Religius
- Sikap religius mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Disini peserta didik ditekankan agar menjadi pemeluk agama yang taat tanpa harus merendahkan pemeluk agama lain. Apalagi saat ini sedang diwacanakan kurikulum anti terorisme, seyogyanya kita sambut dengan melatih peserta didik untuk selalu mengedepankan toleransi antar umat beragama.
- b. Integritas
- Integritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Peserta didik yang berintegritas akan berhati-hati dalam menjalin pergaulan, sebab kepercayaan yang diberikan teman-temannya itu mahal harganya.
- Dengan maraknya praktik bullying dan perundungan, sekolah perlu membuat kebijakan tegas bahwa peserta didik di sekolah harus berkata dan bertindak positif antar teman sebagai bagian dari pembiasaan melatih karakter integritas.
- c. Mandiri
- Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Mandiri erat hubungannya dengan kesuksesan seseorang. Orang yang hidup mandiri sejak kecil umumnya meraih sukses saat menginjak usia dewasa. Itulah alasan mandiri menjadi karakter terdepan yang harus dimiliki anak sekolah.
- d. Nasionalis
- Nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Untuk memupuk jiwa nasionalis, perlu dimulai dari hal-hal kecil. Seperti mematuhi peraturan sekolah, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengikuti upacara bendera dengan khidmat.
- e. Gotong Royong
- Gotong royong menerminkan tindakan mengahargai kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama. Sudah jelas, tradisi gotong royong semakin lama semakin hilang akibat arus teknologi yang membuat siapapun bisa menyelesaikan pekerjaan sendiri. Hal ini harus diputus salah satunya lewat pembiasaan-pembiasaan di sekolah seperti kerja bakti, mengedepankan musyawarah dan saling menghargai antar teman.
- Prinsip Penumbuhan karakter
Prinsip-prinsip implementasi penumbuhan karakter antara lain:
- Nilai-nilai Moral Universal Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial,dan budaya.
- Holistik Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fis4ik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitaskomunitas di luar lingkungan pendidikan.
- Terintegrasi Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
- Partisipatif Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.
- Kearifan Lokal Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.
- Kecakapan Abad XXI Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
- Adil dan Inklusif Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
- Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhankebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.
- Terukur Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.
- Kemendiknas memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut;
- Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
- Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
- Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun karakter.
- Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik;
- Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
- Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
- Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
- Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
- Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
- Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
- Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
- Landasan yuridis terkait dengan pendidikan karakter secara formal dalam upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa sangat kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa. Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PPPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
- Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMK mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
- Ciri-ciri dasar dan Prinsip Pendidikan karakter
- Ciri-ciri dan prinsip pendidikan karakter antara lain sebagai berikut:
- Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai. Maka nilai menjadi pedoman yang bersifat normatif dalam setiap tindakan;
- Koherensi yang member keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.
- Disana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilainilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.
- Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apapun yang di pandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
- Penilaian Penumbuhan Karakter / Evaluasi
- Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter yang sudah diterapkan. Evaluasi dilakukan tidak dalam ragka mendapatkan nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami perilaku di bandingkan sebelumnya.
- Dalam hal ini, guru harus mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan peserta didik, kemudian memberinya penjelasan mengenai akibat aktivitas tersebut dalam pengembangan karakternya.
- PENUTUP
- Berdasarkan uraian yang telah diulas pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut:
- Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
- Prinsip-prinsip implementasi penumbuhan karakter antara lain sebagai berikut Nilai-nilai Moral, Holistik, Terintegrasi, Partisipatif, Kearifan Lokal, Kecakapan Abad XXI, Adil dan Inklusif, dan Terukur.
- Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
- Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter yang sudah diterapkan. Evaluasi dilakukan tidak dalam rangka mendapatkan nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami perilaku di bandingkan sebelumnya. Kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual.
- Negara Indonesia sudah dianggap sebagai negara yang sopan serta ramah oleh negara lain, namun masih mengalami dekadensi moral secara terus menerus. Beberapa faktor penyebab dekadensi moral di negara ini diantaranya disebabkan oleh era globalisasi yang kini kian berkembang sangat pesat. Pemerintah berupaya memberikan solusi untuk mengatasi dekadensi karakter yang ada di Indonesia ini, yaitu dengan pendidikan karakter yang berlandaskan pancasila. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan bisa membentuk kepribadian yang baik.
- Agar tercipta warga negara Indonesia yang berperilaku baik serta mampu hidup mandiri ataupun sosial. Sudah seharusnya sebagai warga negara dan juga khususnya sebagai generasi milenial di era globalisasi ini kita tidak melupakan nilai nilai yang termuat di dalam pancasila. Selain itu, nilai nilai pancasila juga harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di zaman serba canggih ini. Penguasaan mengenai pendidikan karakter ini menjadi hal yang sewajarnya dan lazim dikuasai oleh seorang tenaga pendidik maupun calon pendidik. Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan yang berkelanjutan dan terkoordinasi dapat diwujudkan melalui pembangunan karakter yang berlandaskan pancasila. Namun dalam hal ini, seluruh rakyat Indonesia berperan penting dalam melakukan perubahan untuk Indonesia lebih maju dan keutuhan bangsa. Kita juga harus siap dalam menghadapi serta senantiasa mengantisipasi konflik yang datang tidak terduga di derasnya arus globalisasi.
Daftar Pustaka
Basuni, Bistari. “PENGKONDISIAN NILAI KARAKTER NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR”. Jurnal Kajian Pembelajaran dan Keilmuan Vol. 5 No.1, April 2021 – Oktober 2021
Depdiknas. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id
Thomas Lickona, 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility.New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books