Jika kau mau
Simaklah ikhtiar striker dalam menjebol gawang lawan
Ia tak berhenti hingga akhir
Tidak seperti cintamu yang menyerah sebelum peluit panjang menggema
Tidak seperti dadamu yang pongah membusungkan asa atau kepalamu yang mulai lelah menyundul doa-doa
Atau nyalimu yang melemah karena penalti tak terjaga
Aku tak ingin menjadi bola yang jatuh di kakimu yang lapar
Tersebab ia akan berkali menendang demi gol-golmu sendiri dan abai pada kulit bundarnya yang mengelupas atau sepatumu yang robek
Aku pun lelah menjadi lawanmu dan selalu kalah tersebab egomu terlalu kuat atau nuraniku yang lemah
Tersebab Tuhan tak pernah meniup peluit dan menghukum pelanggaran-pelanggaran
Dan kecurangan melahirkan kutukan-kutukan yang tertahan tanpa sempat diungkapkan
Bersamamu, semua waktu adalah injury time yang tegang dan tak kunjung usai
Di mana tidak ada satupun gol mampu kulesakkan demi harapan yang menggetarkan jala di hatimu, dan aku selalu dibuat penasaran
Meski kepala berdenyut-denyut marah
Dan rumput-rumput di lapangan mulai bosan terinjak dan memilih layu
Atau senja yang kelewat gelap, terlambat mengantar anak-anak matahari pulang mengejar cakrawala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H