Mohon tunggu...
Inovasi

Tanah Subur Belum Tentu Sehat, Tanah Sehat Belum Tentu Subur

4 Maret 2018   18:08 Diperbarui: 4 Maret 2018   18:15 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, tanah yang subur belum tentu sehat, sebaliknya tanah yang sehat belum tentu subur.
Tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
Untuk dapat menjalankan perannya itu dengan sempurna maka tanah selain harus subur juga harus sehat.

Lalu apa beda kedua kata itu?
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya.
Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan, suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan apapun.

Beberapa faktor penyebab menurunnya kesuburan tanah di antaranya yaitu penyerapan zat hara oleh tanaman, penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan terjadinya erosi.

Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan tanah di antaranya, tidak pernah diberi bahan organik, pemakaian pupuk yang berlebihan, terjadinya pencemaran bahan kimia berbahaya seperti pestisida kimia, melakukan pembakaran di atas lahan yang berakibat rusaknya tekstur tanah dan juga erosi.

Dari pemahaman itu, kita bisa menilai betapa pentingnya upaya untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kesuburan dan kesehatan tanah pada para petani.
Mereka seharusnya mengetahui, selain harus subur, tanah juga harus sehat dan tidak sakit.
Berbagai upaya untuk membuat tanah tetap subur dan sehat harus disosialisasikan pada para petani agar mereka bisa lebih optimal mengelola lahannya.
Salah satu hal terpenting adalah menyebarluaskan pemahaman tentang cara dan aplikasi pemupukan yang baik dan benar, karena pemupukan menjadi salah satu variabel menentukan yang akan membuat tanah menjadi subur dan sehat.
Pemupukan yang salah akan membuat tanah menjadi sakit sekaligus bisa menyusut kesuburannya.

Sayangnya pemahaman itu sering diabaikan para petani karena cara berpikir mereka yang cenderung instan. Mereka tidak lagi berpikir jangka panjang tentang prospek kesuburan dan kesehatan tanah yang akan membuat tanah bisa memberi hasil lebih berlimpah.
Contoh paling mudah, penggunaan pupuk organik yang baru bisa menunjukkan hasil setelah tahun ketiga bahkan keempat setelah aplikasi.
Karena hasilnya tidak langsung tampak maka banyak petani enggan menggunakan pupuk organik.
Demikian juga ketika petani disarankan 'memasukkan' jerami sisa panen ke tanah sawah, kebanyakan mereka enggan bahkan tidak mau karena dinilai merepotkan bahkan mengganggu proses pengolahan tanah.
Padahal sesungguhnya jerami itu bisa menjadi pupuk yang membuat tanah menjadi lebih subur dan sehat, sekaligus dapat mengurangi biaya pemupukan.

Tampaknya memang masih dibutuhkan waktu untuk membuat petani lebih memahami arti pentingnya tanah yang subur dan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun