sustainable finance atau keuangan berkelanjutan menjadi salah satu instrumen yang penting, dengan peran kunci yang dipegang oleh Bank Sentral. Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral memainkan peran yang sangat signifikan dalam mendukung transisi menuju ekonomi hijau melalui kebijakan moneter dan pengawasan sistem keuangan. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana BI dapat berperan lebih besar dalam mendorong ekonomi hijau di Indonesia, mengingat perannya sebagai otoritas keuangan utama di negara ini.
Perubahan iklim dan degradasi lingkungan telah menjadi salah satu topik isu hangat yang diperbicangkan dikancah global yang paling mendesak di abad ini. Untuk merespons tantangan ini, banyak negara, diantaranya termasuk Indonesia, telah mengambil langkah agenda pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Dalam konteks ini,Keuangan berkelanjutan atau sustainable finance merujuk pada semua bentuk layanan keuangan yang mempertimbangkan kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance atau ESG). Tujuannya adalah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan dampak jangka panjang terhadap planet dan masyarakat. Dalam konteks ini, sustainable finance di indonesia menjadi sangat penting karena negara ini menghadapi tantangan besar terkait perubahan iklim, seperti peningkatan emisi karbon dan deforestasi. Dengan mengambil langkah mengadopsi keuangan berkelanjutan, Indonesia dapat mengurangi dampak lingkungan dari pembangunan ekonomi, serta memperkuat komitmen terhadap Paris Agreement yang berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sebagai otoritas keuangan, BI memiliki berbagai instrumen kebijakan yang dapat digunakan untuk mendorong ekonomi hijau. Beberapa peran utama BI dalam konteks ini adalah sebagai berikut :
- Bank sentral dapat mempengaruhi ekonomi melalui kebijakan suku bunga dan operasi pasar terbuka. Dalam mendukung ekonomi hijau, BI dapat mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dalam penetapan kebijakan moneternya. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan insentif melalui suku bunga yang lebih rendah bagi lembaga keuangan yang mendanai proyek-proyek ramah lingkungan. BI juga dapat mengembangkan kebijakan yang mendorong bank komersial untuk meningkatkan portofolio green lending atau kredit hijau, yang diarahkan kepada sektor-sektor yang mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, seperti energi terbarukan dan pengelolaan limbah.
- Bank sentral juga memiliki peran penting dalam regulasi dan pengawasan sektor perbankan. BI dapat mendorong adopsi standar ESG dalam aktivitas pinjaman bank, serta memperkenalkan kerangka regulasi yang mendukung green bonds atau obligasi hijau. Obligasi hijau adalah instrumen pembiayaan yang khusus ditujukan untuk proyek-proyek yang ramah lingkungan. Di Indonesia, BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berupaya untuk memperkenalkan konsep ini melalui penerbitan green bonds dan obligasi syariah ramah lingkungan (green sukuk). Dengan peran pengawasan yang lebih kuat, BI dapat memastikan bahwa bank-bank di Indonesia semakin berkomitmen pada pembiayaan berkelanjutan.
- Selain kebijakan moneter dan pengawasan, BI juga bertanggung jawab atas stabilitas sistem keuangan. Dalam mendorong ekonomi hijau, BI harus memastikan bahwa risiko-risiko yang terkait dengan perubahan iklim, seperti bencana alam atau ketidakstabilan harga komoditas, diperhitungkan dalam kerangka stabilitas keuangan. Ini bisa diwujudkan melalui penerapan stress testing yang menggabungkan faktor risiko iklim dan lingkungan.
Walaupun ada banyak potensi, BI menghadapi beberapa tantangan dalam menerapkan kebijakan keuangan berkelanjutan. Salah satunya adalah perlunya data yang akurat terkait risiko-risiko lingkungan dan perubahan iklim yang mempengaruhi sektor keuangan. Selain itu, ada kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas bank-bank di Indonesia dalam mengelola risiko ESG, termasuk meningkatkan pemahaman mengenai investasi hijau. Tantangan lainnya adalah bagaimana memastikan bahwa kebijakan hijau tidak berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi jangka pendek, terutama di sektor-sektor yang masih bergantung pada sumber daya alam dan energi fosil.
BI juga dapat memperkuat peran Indonesia dalam inisiatif global terkait keuangan berkelanjutan. Salah satunya adalah melalui partisipasi dalam Network for Greening the Financial System (NGFS), sebuah jaringan bank sentral dan pengawas keuangan internasional yang berfokus pada perubahan iklim. Dengan berkolaborasi di level internasional, Indonesia dapat belajar dari negara-negara lain yang telah lebih maju dalam implementasi keuangan berkelanjutan.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangat penting dalam mendorong ekonomi hijau. Melalui kebijakan moneter yang pro-lingkungan, pengawasan sektor keuangan, serta kerangka stabilitas keuangan yang mempertimbangkan risiko iklim, BI dapat berkontribusi secara signifikan terhadap transisi Indonesia menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan kolaborasi yang erat antara Bank Indonesia, pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat luas. Keuangan berkelanjutan bukan hanya soal pengelolaan risiko, tetapi juga soal menciptakan peluang-peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau dan inklusif.
Dengan demikian, peran Bank Sentral dalam mendorong ekonomi hijau di Indonesia adalah kunci untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi di masa depan tidak hanya menghasilkan pertumbuhan yang stabil, tetapi juga berkelanjutan dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H