Mohon tunggu...
Aprilia Ebtiani
Aprilia Ebtiani Mohon Tunggu... -

Pribadi cerdas, bahagia dan sukses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Pesan Penting Papa”

23 Mei 2014   18:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tulisan : “PESAN PENTING PAPA

Aku ingat saat itu keadaan papa sudah sangat buruk, setiap nafas yang ditariknya telah payah sekali. Kami sekeluarga berada pada masa yang mau tidak mau harus belajar menerima kenyataan bahwa papa dapat pergi sewaktu-waktu karena kondisi seperti itu. Awalnya mama masih terdengar tersedu-sedu, kemudian mama terdiam. Tak berapa lama terdengar adikku juga menangis kencang. Mama dan kami, anak-anak, semua berada dalam keadaan tegang. Hanya tinggal adikku, Dian, yang masih kami tunggu. Kami, anak-anak papa-mama berjumlah  4 orang, semuanya perempuan. Dian sedang bertugas sebagai koas di Sumatera, tapi ia segera berada di jalanpulang saat mengetahui keadaan kritis papa.

Sebagai anak sulung, aku merasa tidak sempat menangis karena aku harus memperhatikan keadaan mama. Aku takut mama bisa drop suatuwaktu taksadar kan diri, ia bisa terjatuh dan aku tidak mau hal itu terjadi. Hari itu juga, Dian akhirnya datang. Lengkap sudah kami semua. Sekitar satu jam  setengah setelah kedatangan Dian, sungguh mengherankan keadaan papa tiba-tiba agak membaik. Terlihat mulut papa berkomat-kamit seperti ingin berbicara.

“Mana semua?Mana semua?Papa mau bicara.”Kata papa nyaris tak terdengar. Akhirnya, kami semua berkumpul di sekitar papa dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Benarkah papa akan sembuh karena ia kini bisa berbicara?

“Anak-anak… Jaga mama.”Kata papa lirih.

“Tidak usah khawatir. Kalian pasti bisa hidup baik. Papa-mama sudah punya tabungan. Cukup untuk semua bisa hidup dan menyelesaikan sekolah.”Ucap papa tersengal.

“Tapi yang paling papa khawatirkan adalah… Karena semua anak-anak papa adalah perempuan. Soal memberi kalian makanan, baju danp endidikan, papa tidak pernah pusing. Tapi yang selalu menakutkan bagi papa adalah… Kalau kalian tidak bisa menjaga diri baik-baik. Hidup di dalam pergaulan bebas, kumpul kebo, hamil di luarnikah, dibodohi laki-laki, dimanfaatkanlaki-laki.”Kembali susah payah papa menyelesaikan kalimatnya.

“Ingat!Ingat!! Tidak boleh! Tidak boleh!  Tidak boleh kalian tidur dengan laki-laki yang tidak sahmenjad isuami kalian.Ingat itubaik-baik!”Lanjut papa lagi.Tampaknya hal ini begitu penting bagi papa karena saat menyampaikan hal itu, suara papa yang tadi nyalemah terdengar lebih keras. Papa mengerahkan tenaganya untuk pesan itu. Saa titu, usiaku 24 tahun, adik-adikku berusia 23 tahun, 21 tahun dan 17 tahun.

“Berjanjilah pada papa… Bahwa kalian semua akan menjaga kehormatan kalian sebagai perempuan. Papa akan senang, papa akan tenang, jika papa mengetahui kalian hidup baik-baik.”Suara papa terdengar melemah. Kami berempat mengangguk sedih.Dan setelah pesan itus elesai, papa terdiam lagi. 5 jam setelah itu, papa pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.

Dokte rmerasa heran bagaimana papa bisa bertahan selama 2 harisementara beberapa organ tubuhnya sudah kacau berfungsi dengan semestinya, kemudian tiba-tiba bisa berbicara kembaliwalau dengan susah payah, secara medis hal itu sungguh tidak mungkin. Tapi kami tahu jawabannya, di dalamkeadaan yang sekarat, papa masihberusahamenunggu Dian, adik kami .Untuk memberikan nasehat terakhirnya, papa memastikan bahwasemua anggota keluarganya mendengarkan pesan yang dianggapnya penting itu.

Itulah kejadian 17 tahun yang lalu.Saat itu, aku hanya merasakan hal tu sebagai suatu pesan saja agar kami tidak menyusahkan mama. Namun sekarang, dimana aku telah memiliki 2 orang putri yang mulai memasuki masa remaja dan mereka mulai membahas masalah pacaran dan cinta-cintaannya, aku baru mengerti tentang kekhawatiran papa sehingga walau dalam keadaan sekarat, papa masih tidak ingin pergi juga sebelum berpesan kepada kami.

Apakah kedua putriku akan mampu menjalani semua siklus kehidupan mereka dengan tidak kurang apapun? Dapatkah mereka masuk kedalam kehidupan pernikahan yang baik? Cukupkah pembekalanku untuk mereka?Mengertikah mereka mengapaaku harus melarang mereka untuk tidak berteman sembarangan?Tahukah mereka membedakan antara yang baik dan yang buruk? Bagaimanakah jika mereka mengabaikan kata-kataku dan terseret arus pergaulan bebas? Dan terlintas beberapa hal buruk terjadi pada putri-putriku.. Oh! Tidak! Jangan! Jangansampai hal itu terjadi pada mereka. Tiba-tiba kacaupikiranku. Oh, Pa! Aku sekarang mengerti, mengapa papa maumati-matian bertahan untuk memberikan pesan pada kami semua untuk bisa menjaga diri. Sekarang ini saja, aku sungguh tak relamati jika belum ku pastikan putri-putriku dapat hidup baik.

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo Advance Education Center - Kursus Kecerdasan Pribadi Pertama di Indonesia untuk usia 2 s.d 19 tahun – www.myyemayo.blogspot.com

FB fanpage: Yacinta Senduk

Follow twitter: @yacinta_senduk

Instagram : yemayoaec

Add Yemayo-AEC BB Pin: 2736346A

WHATSAPP YEMAYO-AEC: 0812-8985-9968

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun