Mohon tunggu...
Yemima Anindya Kartika
Yemima Anindya Kartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Trunojoyo

sea obsessed

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Restorasi Terumbu Karang sebagai Perlindungan Ekosistem Pesisir di Pulau Gili Genting, Madura

27 November 2024   18:32 Diperbarui: 28 November 2024   10:23 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Terumbu karang di Pulau Gili Genting/dokpri)

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan kekayaan terumbu karang terbesar di dunia. Wilayah segitiga terumbu karang (Coral Triangle) yang meliputi Indonesia memiliki lebih dari 75% spesies terumbu karang dunia.

Madura memiliki kekayaan ekosistem laut yang tidak hanya menjadi aset ekologis, tetapi juga daya tarik wisata, salah satunya adalah terumbu karang di Pulau Gili Genting.

Pulau ini terletak di Kabupaten Sumenep yang dikenal dengan keindahan bawah lautnya yang memukau, dimana terumbu karang menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya.

Keberadaan terumbu karang di Gili Genting tidak hanya penting bagi ekosistem laut, tetapi juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan dan pariwisata.

Namun, meskipun memiliki potensi besar terumbu karang di kawasan ini menghadapi berbagai ancaman, seperti aktivitas perikanan.

(Limbah jaring ikan nelayan di Pulau Gili Genting/dokpri)
(Limbah jaring ikan nelayan di Pulau Gili Genting/dokpri)

Kerusakan ekosistem terumbu karang sering kali disebabkan oleh aktivitas nelayan dalam mencari ikan, terutama ketika metode yang digunakan kurang ramah lingkungan.

Salah satu contohnya adalah penggunaan jaring yang tidak terkendali, dimana limbah jaring atau jaring yang tersangkut pada terumbu karang menjadi ancaman serius.

Jaring-jaring ini dapat merusak struktur fisik karang, menghancurkan koloni karang hidup dan mengganggu habitat berbagai biota laut yang bergantung pada terumbu karang. 

Selain itu, limbah jaring yang tertinggal di laut dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang karena terus bergesekan dengan karang akibat arus laut, bahkan membunuh organisme laut yang terjebak di dalamnya.

Melihat besarnya ancaman tersebut, diperlukan kesadaran kolektif dari berbagai pihak untuk melestarikan terumbu karang.

(Kegiatan Pulau Air tahun 2023 dan 2024/dokpri)
(Kegiatan Pulau Air tahun 2023 dan 2024/dokpri)

Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura kembali mengadakan kegiatan tahunan yaitu Pulau Air.

Kegiatan tersebut merupakan sebuah kegiatan pengabdian Masyarakat berupa restorasi ekosistem pesisir yang salah satunya restorasi terumbu karang yang bertujuan memulihkan ekosistem laut, dimana restorasi tahun ini juga mendapatkan dukungan berupa donasi dari berbagai pihak.

Kegiatan ini membuka kesempatan bagi para volunteer dari berbagai kalangan untuk berpartisipasi dan menjadikannya sebagai ajang kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat dan pihak-pihak yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. 

Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari upaya restorasi yang sebelumnya dilakukan di Pulau Gili Genting.

Dengan melibatkan lebih banyak volunteer dan memperluas cakupan kegiatan, kegiatan Pulau Air diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan keindahan dan keberlanjutan ekosistem laut, khususnya terumbu karang di wilayah Madura. 

Kegiatan restorasi terumbu karang yang diinisiasi oleh mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura mendapat sambutan positif dari warga setempat.

Banyak warga yang secara sukarela membantu logistik kegiatan dan memberikan dukungan moril kepada para mahasiswa dan volunteer.

Restorasi terumbu karang Pulau Air tahun ini dilaksanakan pada tanggal 22-24 November 2024, dengan melibatkan sekitar 60 peserta, termasuk mahasiswa dan volunteer.

Proses restorasi dilakukan dengan menggunakan metode web spider, yaitu struktur rangka buatan untuk mendukung pertumbuhan karang, sebanyak 10 unit.

(Proses penurunan media transplantasi/dokpri) 
(Proses penurunan media transplantasi/dokpri) 
Penggunaan web spider dalam transplantasi kali ini memiliki keunggulan yang menjadikannya metode yang efektif untuk rehabilitasi ekosistem laut.

Salah satu keunggulannya adalah kemampuannya untuk menyediakan struktur yang stabil dan kuat bagi terumbu karang yang baru ditanam, memungkinkan karang tumbuh dan berkembang dengan lebih optimal.

Web spider berfungsi sebagai penopang yang mengurangi risiko kerusakan akibat arus laut yang cukup kuat atau aktivitas perikanan, seperti jaring yang bisa merusak koloni karang.

Struktur ini juga memudahkan penataan karang dengan rapat, sehingga memberikan ruang yang cukup untuk koloni karang berkembang tanpa saling bersaing dengan terumbu karang lainnya.

(Terumbu karang di Pulau Gili Genting/dokpri)
(Terumbu karang di Pulau Gili Genting/dokpri)

Jenis terumbu karang yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Coral Brancing, seperti Acropora. Jenis karang tersebut merupakan salah satu jenis karang bercabang yang memiliki peran penting dalam membangun ekosistem terumbu karang.

Selama kegiatan berlangsung, peserta tidak hanya terlibat dalam proses restorasi fisik, tetapi juga mendapatkan edukasi mengenai teknik rehabilitasi karang dan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut.

(Proses penurunan media transplan/dokpri)
(Proses penurunan media transplan/dokpri)

Proses penurunan terumbu karang menggunakan web spider dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan struktur transplantasi dapat ditempatkan dengan aman di dasar laut tanpa merusak ekosistem yang ada.

Dalam mekanisme ini, tim karang yang terdiri dari 6 orang, dimana 3 diantaranya berperan penting dalam mengarahkan dan mengontrol penempatan web spider di dalam air.

Pertama, web spider yang telah dipasang dengan fragmen karang disiapkan di atas perahu atau kapal. Selanjutnya, tim menyelam bersama alat tersebut, memastikan posisinya tetap stabil selama perjalanan ke lokasi penurunan.

Setibanya di dasar laut, ketiga anggota tim bekerja sama untuk menempatkan web spider di area yang telah dipilih dengan kondisi substrat yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan karang.

Selama proses ini tim karang juga memastikan struktur tidak menimpa web spider lain yang ada di sekitarnya dan menyesuaikan kerangka web spider agar tetap kokoh meski terkena arus.

(Penanaman Cemara udang/dokpri)
(Penanaman Cemara udang/dokpri)
Kegiatan restorasi terumbu karang ini tidak hanya berfokus pada transplantasi karang di perairan, tetapi juga diakhiri dengan aktivitas yang mendukung pelestarian lingkungan darat.

Sebagai bagian dari program keberlanjutan, kegiatan selanjutnya adalah melakukan penanaman pohon cemara udang di Taman Hiburan Bringsang. 

Aktivitas ini bertujuan untuk mendukung rehabilitasi kawasan pesisir yang rentan terhadap abrasi serta mempercantik lingkungan taman sebagai ruang terbuka hijau yang dapat dinikmati masyarakat.

Penanaman cemara udang juga menjadi simbol komitmen kolektif dalam menjaga keseimbangan ekosistem, baik di laut maupun di daratan.

Dengan rangkaian kegiatan ini, restorasi tidak hanya berdampak pada ekosistem laut, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi pelestarian kawasan pesisir.

Salah satu volunteer yang turut berpartisipasi dalam kegiatan Pulau Air, menyampaikan rasa antusiasnya terhadap program ini. Ia merasa senang dapat terlibat langsung dalam upaya pelestarian lingkungan laut melalui kegiatan restorasi terumbu karang. 

"Saya senang mengikuti kegiatan Pulau Air ini, semoga tahun depan diadakan lagi. Saya juga berharap kegiatannya bertambah, tidak hanya melakukan restorasi terumbu karang, tetapi juga dapat menjamah ekosistem pesisir lain" ujarnya. 

Pendapat Arifin mencerminkan semangat dan harapannya agar program ini terus berkembang menjadi lebih luas dan berdampak, mencakup perlindungan ekosistem lain.

Dukungan dan aspirasi seperti yang disampaikan oleh Arifin menjadi dorongan positif bagi penyelenggara untuk terus meningkatkan kualitas dan cakupan program Pulau Air di masa yang akan datang.

Semoga dengan adanya kegiatan Pulau Air ini dapat memberikan dampak yang berkelanjutan bagi ekosistem laut dan masyarakat pesisir.

Diharapkan kegiatan ini dapat terus berkembang, menjangkau lebih banyak lokasi restorasi, dan melibatkan lebih banyak pihak dalam pelaksanaannya.

Selain itu, semoga dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan laut dan mendorong terciptanya sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah dalam menjaga kelestarian laut Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun