Latar Belakang
Berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak. Pendidik itu hanya dapat “menuntun” tumbuh kekuatan kodratnya yang ada pada anak, dalam proses menuntun anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai “pamong” tetap memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah. Kita sebagai pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain oleh karena itu sebagai pendidik harus bisa menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada anak. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pembelajaran yang menyenangkan, dan juga pembelajaran yang dapat memberikan ruang bagi anak untuk dapat berkreasi dan menunjukkan eksistensi dirinya. saat ini banyak hal yang harus disikapi terutama terkait pembelajaran yang ada di kelas.
Pada pembelajaran bahasa Jawa banyak sekali siswa yang merasa tidak bisa dan takut untuk berbahasa Jawa. Oleh sebab itu saya sebagai guru harus bisa memberikan motivasi dan merubah pola pikir siswa bahwa Bahasa Jawa merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan. Sebagai generasi muda harus ikut dalam pelestariannya. Inovasi-inovasi dalam pembelajaran juga saya lakukan agar para siswa merasa senang dan bersemangat. Dengan melihat latar belakang tersebut sehingga diperlukan suatu aksi nyata yang menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan juga sekaligus dapat memberikan tuntunan bagi para siswa agar menjadi siswa yang kreatif.
Deskripsi Aksi Nyata yang Dilakukan
Dalam rangka penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya melakukan Pembelajaran Menyenangkan Melalui Keterampilan Belajar Mandiri Untuk Meningkatkan Kreatifitas Siswa. Hal ini saya lakukan agar para siswa lebih senang dalam belajar dan tertantang dalam proses pembelajarannya.
Hasil Aksi Nyata
Pada awal pembelajaran saya mencoba mengawali dengan bermain dan pembentukan kelompok, di sini saya mengharapkan dengan bermain berkelompok para siswa akan lebih bersemangat dan kompak dalam menerima pelajaran.
Bermain Dakon
Permainan yang saya pilih adalah permainan yang bervariatif seperti “Gotri Ala Gotri” adalah permainan yang mengasah konsentransi siswa dengan bernyanyi para siswa harus bisa memindahkan benda yang ada di depannya. Sebenarnya benda yang digunakan harusnya kreweng (patahan genting) tetapi disini saya menggantikannya dengan alat tulis siswa. Selain itu saya juga mencoba mengawali pembelajaran dengan bermain “Dakon” permainan ini juga mengasah konsentrasi dan mencari strategi.
Setelah bermain dan bersemangat para siswa melakukan diskusi kelompok, pada aktifitas inilah pembelajaran sesungguhnya yaitu pembelajaran yang berpusat pada anak. Siswa aktif dan interaktif dengan kelompoknya dalam menyelesaikan tugas atau tantangan dari guru.
Terlihat sekali siswa sangat aktif, mereka saling menyampaikan pendapat satu sama lain. Rasa menghargai dan menghormati pendapat orang lain sangat terlihat di sini. Pembagian peran disetiap siswa juga terlihat sehingga semua siswa aktif mengerjakan peran masing-masing untuk bisa menyelesaikan tugas atau tantangan dari guru.
Setelah bersiskusi tentunya para siswa mampu mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Pada kesempatan ini saya meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan ke kelompok lain.
Saat presentasi kelompok yang lain boleh memberikan tanggapan, masukan, kritik atau saran. Proses presentasi ini mengasah kepercayaan diri siswa dan siswa bisa bernalar kritis saat memberikan tanggapan kelompok lain. Pembelajaran di dalam kelas berakhir sampai proses ini, selanjutmya para siswa mendapat tugas secara mandiri yang dikerjakan di rumah sesuai dengan kreatifitas dan kemampuannya dalam menyampaikan hasil akhirnya.