Mungkin agak masuk akal apabila orang atheis bertindak semacam itu --dalam hal ini fanatik--, namun kebanyakan atheis pun sebenarnya mencerminkan diri sebagai orang yang memiliki agama. Sebab, sebagian dari mereka beranggapan bahwa perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang kurang masuk di akal.
Coba kita bayangkan, bila kita menyikapi semua perkara secara objektif, kita akan memiliki beberapa sudut pandang yang memudahkan kita pertimbangkan dalam mengambil sebuah keputusan. Berusaha berpandangan objektif pun kadang masih salah dalam mengambil keputusan, apalagi ketika kita hanya menempatkan diri pada satu pandangan.
Apalagi aksi 'itu' bertepatan pada bulan suci ramadhan, sehingga sudah sepatutnya puasa itu membuat kita lebih baik lagi dalam menyikap setiap urusan.
Agak kurang baik kiranya bila seseorang memahami puasa hanya sebatas menahan makan dan minum, sebab puasa pun memberikan kita pelajaran agar dapat menahan diri dari segala hawa nafsu, seperti nafsu untuk marah dan perasaan negatif lainnya yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Penulis di sini berusaha untuk tidak bermaksud menyudutkan apalagi menghina ras, agama, ataupun kelompok. Tulisan ini tak lain dari tujuannya yaitu untuk membuat kita merenungi kembali kondisi negara kita saat ini.
Dengan demikian, penulis pula mengajak seluruh masyarakat khususnya para pembaca yang budiman untuk mari bersatu dan tak lagi memperkeruh kondisi yang saat ini sedang terjadi. Marilah kita bergandengan tangan, lupakan angka, abjad dan apapun itu yang menjadi pemisah diantara kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H