Dengan apa kan ku balas Kasih-Mu ?
Adalah ungkapan yang sangat layak dan kewajiban kita haturkan kepada Tuhan, terlebih ketika sudah menjalani hari-hari di Tahun 2018. Saya fikir Tuhan punya kemurahan yang sama bagi tiap-tiap kita (Manusia), namun kembali tergantung bagaimana kita merespon kemurahan itu.
Berbicara tahun 2018 tentu setiap manusia mempunyai cerita yang berbeda-beda dan itulah yang membuat entitas manusia begitu menarik.
2018 merupakan tahun yang begitu banyak benturan. Terbentur, terbentur dan terbentur, Yah akhirnya Terbentuk seperti ungkapan Tan Malaka (Bapak Republik yang terlupakan).
Atas penyelenggaraan-Nya, baik ketika dalam kegagalan maupun hendak dalam keberhasilan bahkan dalam keadaan yang tidak pasti atau dalam proses penantian yang masih belum usai, Dia membentuk yang mendatangkan kebaikan demi kebaikan bagi kita.Â
Pun 2018 menjadi tahun yang harus terus belajar, bekerja dan bergerak. Jika pada tahun-tahun sebelumnya lebih banyak menerima baik dari pendengaran, penglihatan, fikiran dan materi dan begitu banyak lagi. Tahun 2018, Tuhan ijinkan untuk memberi dan berbagi dengan mengimplementasikan dari berkat-berkat yang sudah diterima dalam berkorban sedikit waktu, fikiran, moril bahkan materil melalui wadah-wadah yang dipakai-Nya untuk penatalayanan kehidupan.
Tidak jarang melalui pengorbanan dalam kepemimpinan yang sedikit tadi sering menuai kekecewaan dan sakit hati namun dari sana terus belajar untuk memperbaiki diri dan berbenah sehingga muncul motivasi dalam diri bahwa memimpin adalah melayani " Leiden Is Lijden " dalam bahasa Belandanya. Namun dalam kekecewaan dan sakit hati memunculkan pengharapan untuk terus berbuat lebih baik lagi.
Relasi, Komunikasi, Organisasi mendatangkan pengalaman demi pengalaman yang semakin membuat proses pembentukan itu semakin nyata dan sudah menjadian suatu bagian yang tidak akan lekang dalam rekam jejak di 2018.
2018 pun menjadi tahun yang penuh dengan kesandiwaraan, ketika Begitu banyak dan terus berbicara akan keAgungan Tuhan namun begitu jauh dari-Nya bahkan dalam kehidupan yang tidak mencermikan bahwa Dia adalah Kasih. Bungkam melihat ketidakadilan, berjalan dalam ketidakbenaran ketika banyak teman masuk didalamnya, Ibadah hanya sebagai rutinitas untuk mengisi waktu kosong. Ah begitu banyak mengecawakan Tuhan bahkan sedari fikiran yang berujung dalam perbuatan. Seolah menyuburkan hanya Simbolnya saja, namun rohaninya begitu gersang.
Secara hitungan hari dan kalender, 2018 sudah kita lewati dengan berbagai kasus intoleransi, limpahan kasus pelanggaran hak asasi manusia, serta kasus-kasus yang lebih banyak saudara pembaca ketahui. Namun sejatinya 2018 Belum Selesai! Dengan segala harapan, cita dan cinta yang harus terus perjuangkan dan Puji Tuhan, Tuhan boleh ijinkan kita memasuki dan menjalani hari-hari baru di 2019 yang menyiratkan semangat dan rasa optimesme untuk mewujudnyatakan harapan, cita dan cinta yang belum usai 2018!
Namun ditahun 2019 tantangan akan semakin banyak dan besar akan dihadapi ditambah lagi tahun 2019 menjadi tahun kompetisi politik elektoral yang menjemukkan serta isu bencana yang simpang siur aka melanda Indonesia. Pun kita harus siap menghadapi 2019 ini, tentu dengan resolusi-resolusi yang memberikan pemaknaan baru, segar, membawa damai sejahtera dan membebaskan segala ekpresi dalam ruang-ruang yang membuat kita bertumbuh dan berkembang dan harus bijak dalam menyikapi kondisi yang terjadi dengan gagasan-gagasan yang harus terus diwacanakan dan dilakukan untuk kebaikan bersama.
Akhirnya selamat menjalani hari-hari baru di 2019 dan melanjutkan harapan, cita dan cinta pada tahun 2018 yang belum selesai dengan mambawa Shalom Allah untuk mengejawantah dalam setiap fikir, ucap dan laku untuk hidup sebaik-baiknya untuk mewujud dan membawa dampak positif untuk semua ciptaan.
Tuhan Berselenggara!