Mohon tunggu...
desianiyudha
desianiyudha Mohon Tunggu... -

lifelong escapades

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Pengalaman Teman

24 April 2013   12:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:41 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sehabis UTS saya sempatkan untuk refreshing sejenak sebelum kembali kuliah hari ini. Saya hangout bersama teman saya. Rencananya sih bertiga bersama teman “geng” saya. Sekalian reuni kecil-kecilan karena kebetulan kami jarang ketemu karena kesibukan masing-masing. Kami bertiga punya waktu sekitar 1.5jam untu hangout bertiga. Karena jam 2.30 salah teman saya harus bekerja kami janjian jam 1 dirumah saya. Tapi sampai hampir jam stengah 2 teman saya tidak muncul, say telepon berkali-kali tidak diangkat , sms pun juga tidak ada balasan. Kemudian dengan reflek saya berkata pada teman saya yang satunya, yang saat itu sudah ada dirumah saya.

“iki paling dia sik telpon2an karo p**”. Saya menyebut nama pacarnya teman saya itu.

“lho, mereka wes putus” kata teman saya.

“Lho, tapi kemarin2 udah balikan gitu”

“tapi sekarang putus lagi dan tetap karena alasan yang sama dan bahkan lebih parah nduk sekarang” . teman saya berbicara dengan nada serius.

“hah..maksudnya lebih parah?”

teman saya itu kemudian bercerita tentang kondisi teman saya yang satunya. Setiap kali ia menjalin hubungan, setiap itu pula ia harus terluka. Lagi dan lagi. setahu saya bukan kali ini saja ia mengalami hal yang serupa. Tulisan saya ini bukan untuk menghakimi atau membuka aib orang lain termasuk aib teman saya sendiri. Tapi inilah realita kisah percintaan anak muda jaman sekarang dan saya banyak belajar dari pengalaman teman saya itu agar tidak ikut terjerumus pada kesalahan yang sama

Kini ketika semua yang ia punya sudah diambil oleh orang yang pernah bilang cinta padanya, ia hancur. Dia sudah kehilangan harta terbesarnya sebagai seorang perempuan. Dan itu “dicuri” oleh orang terdekatnya dahulu. Dan setelah itu dia ditinggal, dan mantan pacarnya itu menggandeng adik kelas. Hingga sekarang sebenarnya saya masih tidak percaya kalau teman saya itu kondisinya seperti itu. Tapi seberapun saya menolak mempercayai itu, si “pelaku” mengakuinya. Saya masih ingat betul kami bertiga menangis bersama ketika teman saya ditinggal “kabur” si  “pencuri”. Tidak hanya itu teman saya itu bahkan sampai masuk RS karena shock. Saya sendiri mungkin tidak akan kuat kalau berada diposisi dia kala itu. Lebih parah lagi kejadian memalukan itu oleh “bekas orang yang dicintai” diceritakan pada pacar barunya dan setelah itu berita menyebar. Saya saat itu sampai bingung menjawab ketika ditanya oleh teman yang lain. saya selalu menjawab tidak tahu, karena memang saya tidak tahu, kalaupun tahu saya tidak mungkin bercerita.

Waktu terus berlalu, saya ikut senang karena perlahan ia bisa bangkit dan menjadi lebih baik. Saya semakin senang karena belakangan ia mulai mau membuka hati lagi untuk laki-laki. Dan ia menjalin hubungan dengan orang itu. Bahkan saya dengar hubungannya sudah serius. Tapi, beberapa bulan lalu dia bercerita kalau dia diputus oleh pacarnya karena alasan yang tidak jelas. Kejadian itu berlangsung beberapa minggu setelah ia bercerita  mengenai keadaannya kepada pacarnya itu. Dan yang membuat teman saya samapi shock dan sampai masuk RS lagi adalah Mantan pacarnya yang semula mau menerima keadaannya tiba-tiba memutuskan dia dengan alasan ia tidak bisa menerima keadaan teman saya itu. Belakangan ia tahu kalau ada wanita lain dibalik kata putus itu.

Kemudian mereka balikan. Dan setelah itu saya tidak tahu kabar mereka karena kami sama-sama sibuk. Sampai kemarin teman saya yang satunya itu bercerita kalau mereka berdua sudah putus. Kali ini bukan karena wanita lain melainkan karena si laki-laki itu selalu mengungkit masa lalu teman saya. Saya kaget mendengarnya, karena yang saya tahu dulu si laki-laki itu mengejar teman saya abis-abisan. Bahkan ditolak pun tidak mempan, tapi akhirnya seperti who knows??

Sebenarnya masalah seperti ini banyak terjadi dikalangan remaja saat itu. Pergaulan sudah semakin bebas bahkan hingga berbuat yang tidak manusiawi. Dan cerita sepeti ini bukan pertama kalinya saya dengar. Dulu saat SMA saya juga pernah melihat teman satu sekolah saya bertengkar hingga ramai bahkan sampai tindak kekerasan. Sepasang mantan kekasih bertengkar hingga semua kata-ata kotor bahkan kekerasan fisik keluar karena si perempuan tidak terima aibnya dibuka dan disebarkan sama mantan pacarnya. Kejadian itu sangat membekas diingatan saya, sekaligus sebagai “tamparan hebat”buat saya. Sebagai wanita harga diri saya ikut terinjak-injak oleh laki-laki yang dulu bilangnya sayang dan cinta pada kita tapi ternyata malah menghancurkan.

Pertanyaan saya sekarang, apa semua laki-laki itu seperti itu? Apa semua laki-laki itu tidak bisa menjaga mulutnya dan bangga menceritakan dosanya sendiri pada orang lain? apa lelaki itu merasa ke-jantan-nya itu perlu diakui oleh semua teman-temannya? Dan apa lelaki itu merasa keren kalau bisa “begituan” sama setiap pacarnya, makanya diceritakan pada teman-temannya?

Tentu saja ini tidak bisa digeneralisasi pada semua laki-laki. Karena saya yakin masih ada laki-laki baik diluar sana yang bisa menjaga kehormatan dirinya dan juga orang yang ia cintai. Hanya saja kebetulan yang saya temui adalah laki-laki yang seperti itu. Menurut saya kendali ada ditangan keduanya. Tidak hanya di laki-laki maupun dipihak perempuan. Ingatlah, kalau pacaran itu tidak sama dengan menikah. Pacaran itu hanya sebatas mengenal pribadi satu sama lain bukan mengenal alat reproduksi satu sama lain.

Semoga kejadian diatas bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua. Terutama bagi kita yang perempuan supaya hati-hati agar tidak termakan rayuan laki-laki. Menjadi pembelajaran kalau kita para wanita berhak diperlakukan baik dan dihormati bukan hanya dijadikan alat pemuas nafsu laki-laki yang ngakunya cinta pada kita. Dan bagi laki-laki yang membaca tulisan ini agar lebih bisa menghargai pasangannya dan menyadari kalau wanita itu bukan boneka yang bisa dimainkan sesuka hati. Dan menceritakan perbuatan dosa pada orang lain bukan jantan namanya. Kejantanan seorang laki-laki bukan ditunjukkan berapa kali ia tidur dengan pacarnya. Ingat yaa hanya PACAR bukan ISTRI :D. Dan menyebar aib pacar itu sama juga menyebar aib diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun