Mohon tunggu...
desianiyudha
desianiyudha Mohon Tunggu... -

lifelong escapades

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kritik vs Pujian

15 November 2014   02:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:47 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KRITIK VS PUJIAN
Hallo apa kabar? Sore-sore gini emang paling enak buat nge-galau ya apalagi lagi gerimis begini. Dengerin lagu galau, sambil tiduran kayaknya emang kombinasi yang pas. Tapi seribu tapi sayangnya saya malah sama sekali nggak bisa tidur padahal badan rasanya remuk karena kurang istirahat beberapa hari ini. Oke daripada nggak ada kerjaan lebih baik nulis aja, nulis yang nggak penting juga boleh. Anyway, apa yang ada dipikiran kalian tentang KRITIK dan PUJIAN? Pilih mana dikritik atau dipuji? Baiklah, kalian tidak perlu menjawab karena ini sebenarnya pertanyaan buat saya sendiri.
Jujur saya jarang sekali menerima kritik dari orang lain. Bukan karena saya ini baik atau hebat tapi mungkin orang malas buat mengkritik saya, atau kebanyakan dari mereka sungkan untuk mengkritik saya. Sedangkan saya, pandai sekali mengkritik orang. Saya bahkan sering ngomong ceplas-ceplos tanpa berpikir dulu dan tentu itu mungkin akan menyakiti hati orang lain. Saya selalu mengatakan apa yang ingin saya katakan tanpa basa-basi. Dalam satu waktu bersamaan saya bisa mengkritik orang sekaligus memuji orang yang sama. ANEH! Tapi itulah saya, dan tentu itu sesuatu hal tidak patut untuk dipertahankan.
Kadang ke-ngotot-an saya membuat orang lain terluka tanpa saya sadari. Dalam satu waktu saya pernah bertanya kepada orang-orang disekitar saya tentang keburukan saya. Tapi kenyataannya tidak satupun dari mereka yang mengatakan keburukan saya. Kebanyakan mereka hanya menjawab tentang kebaikan saya padahal yang saya tanyakan adalah keburukan saya. Ketika saya minta dikritik justru yang terjadi adalah pujian. Saya yakin mereka tidak sepenuhnya berkata jujur, ada banyak sekali yang mereka sembunyikan dan mungkin mereka sungkan untuk mengatakannya kepada saya.
Dalam satu waktu saya dapati orang-orang yang benar-benar objektif menilai saya. Awalnya sakit awalnya pahit saat mendapati orang lain berkata buruk tentang saya. Merasa marah dan merasa dipermalukan. Kritik itu layaknya obat yang walaupun pahit tapi menyembuhkan. Saya ingin orang lain memberikan kritik yang membangun untuk saya. bukan hanya pujian yang semakin menenggelamkan saya dalam kesombongan. Intropeksi memang bisa jadi salah satu kritik untuk diri sendiri, tapi itu tidak cukup. Intropeksi hanya akan mampu menemukan kesalahan yang disadari , tapi akan meniadakan kesalahan yang tidak disadari. Sedangkan kritik akan banyak ditemukan kesalahan-kesalahan yang tidak disadari diri sendiri.
Tidak jarang saya melihat diri sendiri lebih baik dari orang lain, padahal kenyataannya banyak yang jauh lebih baik dari saya. Hanya saja saya tidak menyadari itu, karena tidak ada yang menegur saya ketika saya salah. Dan ketika tidak ada kritik , tapi hanya pujian yang saya dapatkan sebenarnya ini adalah kehancuran buat saya sendiri. Saya tenggelam dalam pujian yang entah itu jujur atau bohong , dan pada akhirnya membuat saya selalu merasa benar. Hancur hancur hancur , dan saya tinggal menunggu diri saya sendiri musnah kalau terus begini. Saya bukan orang baik. SAYA BUKAN ORANG BAIK! Mungkin hanya terlihat baik karena ALLAH sedang menutup rapat aib saya.
BISMILLAH, dalam rangka ingin hijrah untuk menjadi lebih baik saya siap menerima kritik-kritik yang membangun untuk perbaikan diri saya. Jangan hanya memuji saya tapi kritik saya juga dong :D. Bila ingin memuji saya cukup dalam hati saja, karena dengan begitu saya tidak menjadi sombong sekaligus belajar untuk IKHLAS. Tidak ada kata terlambat untuk belajar menjadi baik, dan semuanya butuh proses. Jadi, tegur saya bila saya salah, nasehati saya agar saya tidak tersesat, dan ajari saya agar saya mengerti 

Kediri, 14 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun