A Little Story About ‘Puunggaloba Squad’
Puunggaloba squad, demikian kami menyebut kelompok kami untuk pertama kalinya.
Kelompok yang berisikan 15 orang mahasiswa dari berbagai latar belakang jurusan yang berbeda, namun dengan satu tuju. Menyelesaikan masa penantian S-1 dengan cepat.
Jujur, menyatukan Lima belas orang yang berbeda dalam satu kelompok berarti menyatukan lima belas pemikiran yang berbeda-beda. Menyatukan lima belas sifat yang berbeda-beda. Juga Menyatukan lima belas perilaku yang pasti berbeda. Dan hal itu sangatlah sulit. Benar-benar sulit.
Diantara kami ada yang pendiam, benar-benar sangat jarang berbicara. Sekali berbicara suaranya sangat kecil. Bahkan ketika ia berbicara dan angin sedang bertiup, maka kalian bisa membayangkan huruf-huruf yang dihembuskan angin menjauh. Dia Ayu, Niluh Putu Ayu Wardani lengkapnya. Seorang mahasiswi semester 6 dari Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu dan Budaya.
Ada yang oleh teman-teman lelaki kami, dia disebut sebagai pembunuh berdarah dingin. Ya entahlah, pandangan orang awam terhadap seorang perempuan yang berhijab panjang itu memang sedikit berbeda. Dia pula jarang berbicara dengan teman lelaki kami yang lain, hanya satu orang saja diantara 7 orang lelaki itu yang benar-benar cocok jika berbagi cerita dengannya. Menyapu dan mengepel adalah keahlian sehari-harinya. Dia pernah mengatakan padaku bahwa dia benar-benar senang menyapu, walaupun halaman kantor kelurahan saat itu sudah Nampak miring tetap saja disapu rata. Dia ita, Wa Ode Sitnawati lengkapnya. Seorang mahasiswi semester 6 dari jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Adminitrasi Negara.
Ada sang ibu bendahara yang belum lama ini kami buat menangis di rapat pertanggung jawaban anggaran kelompok. Bagaimana tidak? Uang harian kami yang dipegangnya dan berjumlah 4,5 juta habis tak bersisa hanya dalam 3 minggu saja padahal uang tersebut harusnya bisa kami gunakan untuk 30 hari kehidupan kami disana. Tetapi itu semua bukan kesalahannya, uang konsumsi dan uang program serta uang foya-foya makanan ringan semua tergabung dalam uang itu, tentu saja lekas habis. Namun seorang teman kami hanya mempermasalahkan satu hal, mengapa tidak ada catatan mengenai rincian pembelanjaan? Tenang, itu juga bukan salah bendahara kami. Dia juga tidak mencatat pengeluaran karena demikian ketua kami menginstruksikannya. Dia indry, Wa de Angriani. Seorang mahasiswi semester 8 dari jurusan pendidikan matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan.
Kemudian ada yang kami sebut sebagai duo koki kami. Mereka berdua adalah orang yang benar-benar setia untuk tinggal di tempat itu dan tak pernah lepas dari pekerjaan dapur. Memasak dan belanja serta menentukan menu makan apa kami setiap hari. Tak lupa pula mereka dengan senang hati selalu membersihkan tempat tinggal sementara kami itu di setiap pagi. Dua jempol untuk mereka. Mereka adalah elfa dan rani. Elfa adalah seorang mahasiswi semester 8 yang dari Jurusan PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan. Sedangkan rani, mahasiswi semester 8 dari jurusan pendidikan matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan.
Diantara kami pula ada seorang calon dokter. Bagaimana ya bisa kugambarkan? Orang yang cukup menyenangkan. Bagiku dia cukup jarang hadir bersama kami, mungkin karena jam kuliah para calon dokter yang padat itu? Entahlah. Katanya, dia punya beberapa mata kuliah yang harus dia ulang sehingga dia menunda untuk selesai lebih cepat. Dia lipy, Anastalia Sely Pongrekun. Seorang mahasiswi semester 8 dari Jurusan Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran.
Ada pula yang awalnya tak kami tahu, bagaimana wujud sebenarnya orang ini? Belum pernah ia muncul dihadapan kami sejak kami diputuskan untuk berkelompok hingga hari pemberangkatan tiba. Namun seiring berjalannya waktu, dia ternyata orang yang cukup sering pula hadir di tempat itu. Membantuku mengurus kesekretariatan ketika aku sedang berhalangan hadir. Gambarannya? Hmm, mungkin dia yang orang-orang sebut dengan hitam manis dan anggun. Dia resty, Resty Al Fauzih. Seorang mahasiswi semester 8 dari jurusan ilmu lingkungan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.
Kemudian ada pemimpin kami yang sering kami sebut tulalit. Cukup sering terkena serangan panic ketika ia harus memberikan sambutan di depan warga. Namun cukup handal dalam memimpin kami. Bagaimana kami bisa menunjuknya menjadi pemimpin? Karena dialah yang pertama kali berinisiatif untuk mengumpulkan kami satu per satu saat hari pembagian kelompok tiba. Dia ilham, Ilham Saputra Mayoro. Seorang mahasiswa semester 8 dari Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan.