Hari itu
Matahari (telah) berhenti mengantar waktu,
Malam mulai berkabut,
deru ombak tak lagi ganas beradu,
penjual otak-otak ikan tenggiri pun beranjak menepi
Dermaga sepi, berhenti meratap sendu,Â
Air laut yang seharian berlari, akhirnya terhempas (berulang) di pinggir waktu,
Meski, sesekali merebut paksa kerang-kerang dari akarnya satu-satu
sambil meniup bulu-bulu landak yang diam terpaku,
masih ragu.
Hari itu
air laut mengayunkan ombaknya tanpa ragu,
Mengikis jenuh yang mulai berjamur,
saat berpasang mata tetiba rabun
pun telinga-telinga mendengar terompet kabar yang tak perlu
Hari itu
air laut menepi ke ujung waktu
mencongak butiran-butiran pasir yang berdebu,
lalu bernyanyilah angkasa mendendang lagu,
beranak-pinak dalam dekapan selaksa rindu
Hari itu
air laut libur melaut,
semalam-malaman berdiam dan bertelut,
lepas jiwa lepas raga tanpa takut,
bersujud,
takjub.
GG: Anyer, 6 Agt. 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H