Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelangi Tanpa Hujan

1 Juli 2020   22:44 Diperbarui: 1 Juli 2020   22:35 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dream-wallpaper.com

"Saya tidak berani meminta hujan di bulan Juli,

tapi saya bisa menciptakan pelangi di bulan Juli" 

(Christina Dewi)

Kutipan kalimat poetic dari kawan Christina Dewi di wall Fbnya, yang sungguh dahsyat itu, mengusik simpanan memori tentang "Fenomenologi" (Edmund Husserl) dan "Teologi Pengharapan" (Jurgen Moltman). Tanpa malu, saya pun memintanya untuk diberi ruang yang cukup (kepada saya), untuk mencecap remah-remah kalimat yang berjuta makna tersebut.

Mari kita simak sambil minum kopi atau teh hangat, agar aliran darah kita menjadi hangat, sehangat isue resuffle kabinet di minggu-minggu terakhir ini.

Menyimak seperti disampaikan Dewi, bahwa kalimat itu muncul dari rasa syukurnya atas penjualan produk yang "tiba-tiba" meningkat. Produk ini bukanlah produk unggulan, tetapi pasar justru menginginkannya.

Jika teks diletakkan dalam konteks, maka ungkapan Dewi dalam kalimat "Saya tidak berani meminta hujan di bulan Juli, tapi saya bisa menciptakan pelangi di bulan Juli" adalah murni sebuah ungkapan kegembiraan. Pilihan kata "pelangi" menggambarkan suasana hatinya terkait meningkatnya omzet.

Tentu, saya harus menghormati maksud dari teks yang ditulis Dewi. Tapi, senyatanya saya mengagumi kecerdasannya memilih (dan merangkai) kata.

Saya tidak berani meminta hujan (di bulan Juli) adalah pernyataan tunduk pada kersaning Allah (kehendak Tuhan). Betapa tidak? Siapa yang berani memerintahkan Sang Pemilik hujan. Tidak seorang pun. Kepasrahan terdalam dari manusia adalah menerima apa yang Tuhan kehendaki, ikhlas.

"Hujan" sendiri bisa dimaknai harafiah, tetapi bisa juga sinonim dengan arti "rejeki yang berlimpah". Hujan yang dimaknai sebagai rejeki yang berlimpah, menjadi selaras dengan situasi yang terjadi di masa pandemik ini. Mengharapkan penjualan selalu meningkat di tengah kesulitan ekonomi secara makro, tentu boleh meski sangat tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun