Mohon tunggu...
Y Banu
Y Banu Mohon Tunggu... -

Y Banu adalah seorang pemberdaya masyarakat, dan juga seorang pemerhati masalah perpolitikan, sosial budaya serta kepedulian akan kondisi perbatasan negara...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anda Terlambat, Pak Jokowi!

13 Mei 2017   11:40 Diperbarui: 13 Mei 2017   11:52 3020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1 Tahun lalu, ketika ribut-ribut terkait isu munculnya Neo PKI, saya menuliskan di status Sosial Media. Inti dari status tersebut adalah jaman sekarang kok takut sama PKI, palu arit itu hanya simbol saja sama seperti ketika Ahmad Dhani memakai lambang Nazi di video klipnya. Justru pertanyaannya, kenapa HTI demo meminta khilafah dan tidak mengakui Pancasila, dan Habib Rizieq menghina Pancasila mereka tidak ikut ribut? Padahal bagi saya sebagai orang awam itu lebih bahaya, mereka terang-terangan ingin mengganti dasar negara dan menghina lambang negara.

Patut disayangkan, hal yang terang-terangan terjadi tersebut tidak segera dilakukan penindakan atau proses hukum oleh pemerintah. HTI sejak lama udah menggaungkan khilafah dan tidak mengakui dasar negara Pancasila. Bahkan mereka makin aktif dan semangat ketika mereka mendapat pengakuan dari negara, dengan diakui sebagai organisasi sosial keagamaan yang dikeluarkan oleh Kemendagri pada tahun 2006, dan disahkan sebagai badan hukum oleh Kemenkumham pada tahun 2014.  Untuk Habib Rizieq sendiri kita semua sudah tahu sepak terjangnya dengan organisasi yang bernama FPI. Intinya semua yang tidak dia suka akan dihina, dicaci, bahkan diserang dengan menggunakan massa FPInya dengan mengatasnamakan agama. 

Lalu ketika HTI dan Habib Rizieq semakin eksis dari tahun lalu, apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi? Pak Jokowi hanya diam, tidak ada instruksi kepada pihak kepolisian untk melakukan tindakan kepada orang yang telah menghina lambang negara , tidak juga ada tindakan untuk mengusulkan pembubaran kepada ormas-ormas anti Pancasila yang telah terang-terangan menyatakan akan mendirikan negara Khilafah dan ingin mengganti Pancasila.  

Pak  Jokowi, mohon maaf anda terlambat, andaikata tahun lalu Habib Rizieq langsung diperiksa seperti Pak Ahok secara cepat, mungkin saat ini dia sudah ada dipenjara, andaikata media-media penebar hoax yang Pak Jokowi pernah blokir tetap konsisten diblokir serta pengurusnya diproses, mungkin saat ini tidak banyak berita hoax yang beredar dan andaikata HTI lebih cepat diusulkan pembubaran lewat pengadilan, mungkin saat ini HTI sudah benar-benar bubar dan Pak Jokowi tinggal memerintahkan Menteri Agama untuk melakukan bersih-bersih penceramah, ustad-ustad yang sealiran dengan HTI dengan tidak memberi tempat untuk ceramah di masjid-masjid atau dakwah di tabligh akbar maupun  televisi dan lebih mendorong penceramah, kiai-kiai, dan ustad-ustad dari NU untuk mengisi ceramah di masjid-masjid, tabligh akbar maupun dakwah di televisi.  Pak Jokowi pun bisa memerintahkan Menteri Pendidikan untuk membersihkan sekolah-sekolah, universitas-universitas ataupun lembaga pendidikan lainnya dari atribut yang anti pancasila, termasuk melakukan bersih-bersih di kalangan tenaga pendidik mulai dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi sehingga tidak ada lagi kita dengar tenaga pengajar mengajarkan anak-anak PAUD lagu-lagu yang tidak menghargai keberagaman, perintahkan juga Menteri Pendidikan untuk mengevaluasi  materi ajar di semua lembaga pendidikan sehingga tidak ada lagi materi-materi sisipan terkait antikeberagaman  khususnya bagi anak-anak usia dini.  Di samping memerintahkan kedua menteri itu, Pak Jokowi bisa juga dapat memerintahkan Menpan RB untuk memonitor seluruh ASN-ASN yang bekerja di lembaga-lembaga negara dan pemerintahan. Mereka yang sealiran dengan HTI dan radikal kanan langsung dengan tegas dikumpulkan untuk diberikan pembinaan bila sudah dibina mereka tetap seperti itu ya dibinasakan alias pecat mereka sebagai ASN. 

Tapi saat ini, semua sudah terlambat Pak Jokowi,  diamnya Bapak, pembiaran dari Bapak waktu itu, sekarang menuai hasilnya. Suhu politik semakin memanas membuat investor ragu untuk masuk disini, golongan radikal semakin melawan dan berani menunjukkan diri, politisi pekerja keras dan bersih telah dipenjarakan oleh mereka, dakwah-dakwah di Masjid semakin radikal,  politisi jujur lainnya semua difitnah, yang islam dituding syiah, yang non muslim difitnah PKI, anak-anak kecil pun sudah mengatai temannya kafir dan haram ditemani, apakah ini yang Pak Jokowi harapkan? 

Sekarang diam bukan solusi Pak Jokowi, Pak Jokowi punya seluruh perangkat untuk menindak tegas mereka, memang sekarang semua sudah terlambat, tetapi setidaknya tunjukkanlah keberanian Bapak melawan mereka dengan cara yang cantik, tidak usah dengarkan pembisik-pembisik Bapak yang   mengatakan jangan melawan demi suara 2019, kalau tidak melawan justru Pak Jokowi jadi target selanjutnya, dan bukan tidak mungkin 2019 nanti justru Pak Jokowi yang kalah, dan mereka menang, lalu Indonesia jadi apa Pak Jokowi? 

Indonesia saya yakin akan tetap ada, tetapi jangan berharap kaum idealis membantu membangun Indonesia , mereka akan melihat percuma menjadi orang idealis, pintar, dan jujur di Indonesia bila ternyata mereka ujung-ujungnya cuma difitnah dan dipenjara atas kriminalisasi suatu kasus. Mending jadi orang jahat saja, seperti M. Taufik pernah jadi napi korupsi, bisa kembali jadi anggota DPRD, contoh lainnya adalah seperti Wawan adik dari Ratu Atut yang terbukti korupsi Rp 9,6 M cuma dihukum 1 tahun penjara, lebih kecil dari hukuman seseorang yg dianggap menodai agama, Korupsi pengadaan Al Quran tidak dianggap sebagai sesuatu yang menistakan atau menodai agama sehingga tidak perlu didemo 7 juta orang dan berjilid2, nabrak orang di jalan sampai banyak korban, ga dipenjara kok, malah kuliah di luar negeri, Mafia yang susah payah Bapak berantas akan kembali seperti dulu, politisi yang bermodal omongan janji dan ayat akan menghiasi pemerintahan Indonesia, dan rakyat kecil tetaplah rakyat kecil, mereka tetap terpecah menjadi dua kubu, mereka akan terus berantem di sosial media. 

Ya itulah yang para mafia mau, rakyat kecil berkelahi sesuatu hal yang tidak membuat mereka sejahtera, sedangkan para mafia diam-diam mengambil keuntungan dari bumi Indonesia dibalik kebisingan kelahi nya para rakyat kecil yang terpecah. 

NKRI jadi bersyariah? Bukan urusan gue, yang penting gue dan teman2 gue kenyang, begitulah kata para mafia.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun