sandal secara terbalik. Sandal yang seharusnya di pakai di kaki kanan ia pakai di kaki kiri, dan sandal yang seharusnya dipakai di kaki kiri ia pakai di kaki kanan. Saat melihat kejadian itu tentunya kita berpikir, mengapa sih anak kecil sering kali melakukan hal ini? Apakah ada alasan ilmiah di balik perilaku ini? Dan bagaimana kita menanggapinya? Nah di dalam artikel ini mari kita jelajahi lebih dalam mengenai hal ini.
Dalam proses tumbuh kembang anak, ada banyak hal yang membuat kita tersenyum ketika melihatnya. Salah satunya adalah ketika anak memakaiPada usia 2-6 tahun anak sedang dalam tahap perkembangan kognitif, mereka masih belajar mengenai konsep dan perbedaan antara kanan dan kiri. Memakai sandal yang benar membutuhkan pemahaman yang matang mengenai kedua sisi tersebut. Pada tahap ini anak balita belum sepenuhnya memahami konsep kanan dan kiri, sehingga mereka cenderung memakai sandal secara terbalik tanpa menyadarinya.
Menurut Dra. Retnaningsih dilansir dari nova.grid.id "di usia ini kemampuan intelektual anak sangat terbatas", "ia pun belum mengerti konsep kanan dan kiri, sama halnya ia belum memiliki konsep baik-buruk atau salah-benar" tambah ketua Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma. Jadi ya kalau kita menasehatinya berulang kalipun, esoknya pasti akan terulang lagi. Namun, jika hal ini terus terjadi tidak usah dikhawatirkan, sebab seiring bertambahnya umur tentu kemampuan otak juga ikut berkembang, dan mereka akan memahaminya seiring berjalannya waktu.
Pada tahap balita, anak juga merasa bahwa dirinya merupakan penjelajah alami yang ingin terus belajar dan memahami dunia di sekitar mereka, dengan cara sendiri mereka berusaha untuk menjadi mandiri. Memakai sandal secara terbalik bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran dan eksplorasi mereka. Anak pada masa ini menunjukan otonominya, seperti yang dibahas pada salah satu teori yang di kemukakan oleh pakar psikologi ternama yaitu Erik Erikson. Dia mengatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap, yang pada tiap tahapannya memiliki konflik yang harus di selesaikan.Â
Pada masa bayi misalnya, yang merupakan tahap pertama. Bayi mengembangkan basic trust atau rasa percaya dengan lingkungan sekitarnya, misalnya dengan pengasuhnya. Rasa percaya yang dirasakan bayi akan menjadi fondasi kepercayaan sepanjang hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan untuk ditinggali.
Selanjutnya tahap kedua, yaitu ketika anak menginjak usia 2 tahun. Setelah anak mendapat kepercayaan dari pengasuh mereka, anak mulai mengetahui bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Anak mulai menyatakan kemandirian mereka atau disebut juga otonomi. Pada saat yang sama, mereka juga merasakan rasa ragu dan keraguan terhadap kemampuan mereka sendiri.
Ketika anak balita mencoba memakai sendal mereka sendiri, mereka menghadapi tugas baru yaitu memahami tentang arah dan orientasi sandal. Jika anak berhasil memakai sandal dengan benar, mereka akan merasa bangga dan percaya diri dengan tugas mereka. Namun, jika anak merasa kesulitan atau sering memakai sandal secara terbalik, mereka mungkin merasa ragu dan kurang percaya diri.
Pada saat inilah, kita sebagai orang dewasa atau pengasuh memberikan kesempatan kepada anak balita untuk mencoba dan belajar secara mandiri. Dukungan yang positif dan pujian atas usaha anak dalam mencoba memakai sendal dengan benar dapat membantu membangun kepercayaan diri mereka. Melalui pengalaman dan latihan, anak balita dapat mengatasi rasa ragu dan meningkatkan kemandirian mereka.
Selanjutnya ada trik yang pernah penulis baca, yaitu cara untuk membantu anak agar ia mudah membedakan mana sandal kanan dan kiri, supaya anak tidak sering lagi salah dalam menggunakan sandal. Triknya yaitu, dengan cara memasang stiker yang berbeda di sandal anak. Trik ini juga terkait dengan teori psikologi perkembangan yang di kemukakan oleh Jean Piaget. Bahwa anak memiliki tahapan perkembangan kognitif. Salah satu tahapanya yaitu tahap simbolis atau praoperational. Pada tahap ini pemikiran anak masih terbatas, pemikiran anak belum berpikir secara operasional atau belum sesuai dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip logika tertentu.Â
Tahap simbolis ini biasanya terjadi antara usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol seperti kata, gambar, atau mainan untuk merepresentasikan objek, orang, atau peristiwa yang nyata. Jadi karna anak pada tahap ini menggunakan simbol untuk mengingat suatu objek, kita bisa membantunya membedakan sandal dengan memberikan simbol berupa stiker pada sandal anak. Misalnnya di sandal kanan kita tempelkan stiker kucing, sedangkan di sandal kiri kita tempelkan stiker tikus. Nanti kita tinggal meminta anak untuk memakai sandal dengan stiker kucing dipakai dikaki kanan, sedangkan sandal dengan stiker tikus di kaki satunya. Dengan ini anak akan lebih mudah membedakannya.
Nah jadi kesimpulannya, kita sebagai contoh untuk anak-anak penting bagi kita untuk mengingat bahwa memakai sandal secara terbalik pada anak balita adalah hal yang normal dalam tahap perkembangan mereka. Dalam sebagian besar kasus, anak-anak akan belajar dan memperbaiki kesalahan mereka seiring berjalannya waktu. Memberikan bimbingan dan dukungan yang positif dapat membantu anak dalam memperoleh keterampilan dan kesadaran yang diperlukan untuk memakai sandal dengan benar. Dalam menghadapi anak balita pada tahap simbolis, penting bagi kita untuk memberikan dukungan yang sesuai untuk mendukung perkembangan kognitif mereka. Jadi, ketika kita melihat anak kecil memakai sandal secara terbalik, tersenyumlah dan berikan mereka kesempatan untuk belajar dan tumbuh..