Mohon tunggu...
Yazid Fathoni
Yazid Fathoni Mohon Tunggu... Pustakawan - Santri

Santri pustakawan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menurunkan Ritme

4 April 2022   00:24 Diperbarui: 4 April 2022   00:47 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa fase dalam hidup yang menuntut kita untuk berjalan perlahan. Menurunkan kecepatan. Menaruh ego. Menikmati ketertinggalan. Mengabaikan segala keriuhan yang ada. Terkadang kita selalu sibuk melihat arus sekitar yang berjalan begitu cepat. Kita lantas terpengaruh, kemudian memasang target-target dan jarak tempuh yang sebenarnya sedikit sulit untuk kita raih -untuk tidak mengatakan mustahil.

Hingga pada akhirnya, jika tujuan tersebut tidak tercapai kita sendiri yang akan mengeluhkan kegagalannya. Tentu saya tidak bilang hal itu buruk, tidak. Mendapatkan dorongan dari pergerakan kawan  sekitar dan bahkan lawan tentu adalah hal yang baik, sangat baik bahkan. Bukankah kita memang di

Tapi dalam konteks ini saya ingin menggarisbawahi satu hal. Dalam proses tersebut mungkin dan bisa saya pastikan ada hal-hal yang akan menghambat kita dalam mencapai satu tujuan. 

Jika ketika saya mengalami ban bocor saya masih terus fokus dengan beberapa tanggungan dan kesialan hari itu. sampai akhir saya menuntun motor, mungkin hanya makian dan racauan yang ada di otak saya. 

Tetapi berkat perkataan teman saya tadi, ban bocor yang menghambat saya menuju kurir paket dan sekian tujuan lain, justru mengantar saya pada cara pandang baru. Tidak selamanya hambatan akan berakhir menjadi sambatan. Justru dengan hambatan yang muncul di tengah perjalanan, sebenarnya kita diberi kesempatan untuk berhenti sejenak. Menikmati segala realita yang ada, sambil memikirkan beberapa solusi yang bisa menjadi alternatif pilihan setelah itu. Kita mungkin sejenak dipaksa untuk menurunkan ritme perjalanan. Karena dalam beberapa hal berpacu dengan kecepatan bisa mengakibatkan kecelakaan. 

"Mungkin saya hari ini belum menyelesaikan tulisan karena sudah sangat suntuk. Mungkin hari ini belum bisa maksimal dalam menunaikan janji, akan tetapi dengan keadaan ini mungkin sejenak saya harus berhenti. Menikmati segala hal dan pencapaian yang sudah terlewati hingga saat ini." Begitu kira-kira renungan saya waktu itu.

"Mungkin satu tulisan hari ini tidak selesai, akan tetapi bukankah dalam bulan ini kamu sudah menulis belasan tulisan. Sebuah pencapaian yang jauh dibanding beberapa bulan yang lalu, dimana 5 tulisan dalam satu bulan sudah sangat banyak bagimu." 

Saya pun sangat menikmati 'jalan-jalan' sore itu. Sampai kami tiba tadi tukang tambal ban yang masih di sekitar Jl. Gotong Royong. Kemudian saya dan teman bersepakat untuk berjalan saja mengantar barang ke pos kurir sambil menunggu motornya jadi. 

"Ketika sebuah hambatan datang, mungkin kita tidak perlu menurunkan target dan tujuan, mungkin kita hanya perlu menurunkan ritme kecepatan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun